Kaki kiri Carlos terluka, ia merasa tubuhnya bergetar hebat saat ini, sel darah Carlos seakan berhenti berjalan mengikuti nadinya. Nyatanya musuh Carlos saat ini bermain licik, mereka memasukkan racun kedalam peluru hingga melumpuhkan lawan dengan seketika di mana pun lawan terkena.
"Ambilkan aku itu!" Carlos menunjuk ke arah botol berwarna biru di sudut lemari. Tidak menunggu lagi, Barnard langsung merangkak meraih botol namun tembakan dari luar menghalangi Barnard meraih botol, peluru mengenai botol kaca berwarna biru itu hingga botol pecah seketika saat terjatuh ke lantai. "Argh ... bangsat!" Umpat Carlos lalu merangkak mendekati Barnard sambil memegang kakinya yang terasa sakit. Cairan yang ada di lantai secepatnya Carlos raih lalu ia balurkan pada lukanya, setidaknya walaupun sedikit mampu menghentikan sel racun yang akan menyebar ke dalam tubuhnya. Barnard begitu syok dengan keadaan yang ia alami saat ini. "Aku sekarang tak lebih dari pemberontak dan bajingan," lirih Barnard sambil menatap Carlos yang meringis menahan sakit. "Jika tak ingin mati di sini, ayo merangkak ke sana!" Carlos menunjuk ke arah ruangan berpintu besi di luar ruangan khusus pelatihan mereka, nampak terlihat jelas ruangan itu karena pintu terbuka lebar saat Edward keluar tadi. Mereka merangkak berdua ke arah ruangan yang dapat menahan peluru masuk namun kondisi tubuh Carlos sudah mulai lemah. Laki-laki yang bergelar bos itu jatuh pingsan, racun dalam tubuh Carlos mulai menyebar ke organ tubuh lainnya. "Bos!" Dengan gerakan cepat Barnard menarik tubuh Carlos hingga membuat Barnard begitu kesal pada Carlos.Baru saja Barnard menutup pintu seseorang yang tidak ia kenal datang menghampiri ruangan pelatihan mereka, lalu mengambil senjata yang Carlos simpan dan susun dengan rapi. Sedangkan Barnard menyentuh dadanya yang terasa begitu berdebar karena takut. Barnard begitu takut mati dan ia juga tidak ingin mati sia-sia di negara asing. Jack pasti akan senang jika Barnard benar-benar mati.Seseorang yang sempat mengambil senjata di ruang pelatihan pergi begitu saja setelah mengambil beberapa senjata, Barnard mengusap dadanya pelan. Saat ini ia dan bos yang baru saja ia kenal lolos dari kepungan mereka. Sekarang saatnya memikirkan bagaimana membuat Carlos sadar dari pingsannya, ia tidak ingin Carlos mati begitu cepat karena Barnard belum menguasai trik Carlos sepenuhnya untuk menjadi seorang pemimpin dan memiliki kekuatan dan kekayaan yang berlimpah. .Suasana di luar sudah terdengar sepi, kekacauan yang mereka buat justru mengundang polisi untuk menyelidiki kasus apa yang mengakibatkan kekacauan yang begitu parah dan rumit. "Tidak ada, Pak!" Seorang polisi terus mengedarkan pandangannya ke semua sudut ruangan hingga ia menemukan ruangan anti peluru tempat persembunyian Barnard dan Carlos. "Buka pintu! apa ada seseorang di dalam?" Polisi mengetuk begitu kuat namun Barnard samasekali tidak membukakan pintu. "Seperti benar-benar tidak ada orang. Ayo kita pergi, sungguh sial, kenapa mereka bisa melarikan diri semuanya kecuali mayat-mayat ini," ucap salah seorang polisi membuat Barnard bergidik ngeri. Mayat siapa yang mereka maksud, anggota Carlos atau penyusup yang akan menghabisi mereka tadi. Barnard nyaris kena serangan jantung karena ini pertama kali yang ia alami dan membuatnya begitu takut. Barnard menatap tubuh Carlos yang hampir membiru membuatnya semakin takut, sementara pintu ruangan anti peluru tidak bisa di buka, terlebih jika Barnard membawa Carlos ke rumah sakit maka mereka akan tertangkap dan kelompok mereka akan bubar, sementara Barnard belum puas dan belum mendapatkan ilmu apa pun setelah apa yang ia alami hari ini dan kemarin. "Itu." Carlos menunjuk ke arah ranjang besi seperti ranjang di rumah sakit namun tanpa kasur. Ranjang yang biasa Carlos gunakan untuk mengoperasi anggota kelompok yang cedera atau percobaan obat-obatan beracun yang ia racik sendiri agar musuh jatuh dan mati dengan cepat, namun hati ini justru Carlos sendiri berada dalam bahaya besar. Segera membantu Carlos berdiri dan memapah tubuh Carlos yang lemah menuju ranjang lalu membaringkan Carlos dengan lembut. "Apa yang harus saya lakukan," ucap Barnard dengan nada bergetar. Dirinya mulai di serang panik, satu sisi Barnard juga takut ia kan tertangkap dan di sisi lainnya Barnard juga takut jika Edward dan yang lainnya menuduh dirinya telah membunuh Carlos. Saat kepanikan Barnard tiba-tiba ponsel Carlos berdering, laki-laki berketurunan China itu segera merogoh saku Carlos lalu mengangkat panggilan. "Apa kau baik-baik saja, Bos?" Suara Edward terdengar begitu serak sebab ia juga terluka namun tak separah Carlos. "Bos dalam bahaya, cepat kesini! Aku tidak bisa mengatasinya," jawab Barnard cepat. "Posisi." "Lantai tiga di ruang rahasia anti peluru." Barnard tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Carlos. "Oke." Panggilan pun berakhir, sementara Barnard berjalan mondar-mandir lalu tak lama terdengar suara bel begitu nyaring. "Edward." Secepatnya Barnard membukakan pintu dan betapa terkejutnya Barnard saat pintu terbuka sempurna seorang wanita menodongkan senjata ke arahnya. "Kau siapa?" tanya wanita itu dengan napas naik turun, matanya sekilas beralih menatap Carlos yang terbaring di atas ranjang tak berdaya. "A - aku. Aku Barnard, anak buah Carlos," jawab Barnard ragu. "Jangan berbohong atau kau mati di tanganku." Wanita cantik berpakaian seba hitam dan memakai penutup kepala mendekat ke arah Barnard sementara Barnard mundur beberapa langkah lalu menabrak meja dengan punggungnya, tanpa sengaja botol ramuan dalam kaca seketika jatuh ke lantai.Tatapan tajam wanita itu terus mengintimidasi Barnard hingga seseorang berdiri di ambang pintu. "Jangan bunuh dia," teriak Edward sambil berjalan mendekat. "Siapa dia?" tanya wanita itu pada Edward. "Dia anggota baru," ucap Edward lalu mendekati rajang karena ia begitu ingin memastikan keadaan Carlos. Laki-laki yang bergelar bos itu terlihat begitu pucat dan sedikit membiru sementara wanita yang masih mengarahkan senjatanya ke Barnard segera mengayunkan senjatanya ke bawah lalu memasukkannya kedalam saku pakaiannya, ia terlihat begitu kecewa. "Bos. kau harus bertahan," lirih Edward lalu berjalan menghampiri meja yang tersedia beberapa ramuan penangkal racun kemudian mencampurkan beberapa ramuan itu menjadi dalam satu wadah. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kalian mempunyai anggota baru!" Wanita yang kini mendekat ke arah Edward terlihat begitu kecewa. "Alice, kau tahu sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat," ucap Edward. Edward fokus memperhatikan perubahan cairan yang ia campurkan, kemudian Edward memasukkan kedalam suntikan. "Jawab saja Edward, aku butuh penjelasan. Apa aku tidak berharga lagi untuk kalian?" Wanita bernama Alice itu memainkan senjatanya lalu mengusapnya beberapa kali setelah mengambil kembali dari sakunya. "Alice, kenapa kau begitu keras kepala. Sikapmu tidak pernah berubah dari dulu, kenapa kau tidak pernah bersyukur telah aku tolong dan sekarang kau justru ingin membunuhku, sebenarnya apa yang kau inginkan Alice?" Edwar saat ini begitu kesal pada wanita yang dulu pernah bergabung dalam komplotannya itu untuk menyerang beberapa kelompok lainnya demi mendapatkan berlian berharga dan mencuri di beberapa toko perhiasan ternama. "Aku ingin Carlos," ucap Alice dengan santai. Bagaimana bisa Alice berkata demikian sementara dirinya pernah menjadi penyusup dalam komplotan lain demi menghancurkan Carlos, jika Carlos tahu semua ini maka ia akan begitu murka pada Alice. "Aku menutupi kejahatanmu pada Carlos karena aku ...." "Diam Edward, aku tidak percaya omong kosong yang kau katakan." Alice mendekat dan menodongkan senjata ke arah Edward sementara Edward terlihat begitu santai. "Jangan pernah katakan cinta karena cinta sejati itu hanya kemunafikan semata," ucap Alice lalu mengalihkan senjatanya ke kepala Carlos yang terbaring tak berdaya. Walaupun penawar racun dalam tubuh Carlos sudah masuk namun belum tersebar ke seluruh jaringan tubuhnya, butuh waktu beberapa jam agar Carlos sadar sepenuhnya. "Alice ...." Dengan gerakan cepat Edward menendang tangan Alice hingga senjata yang ia pegang terpental beberapa meter ke belakang. Secepat mungkin Edward melumpuhkan Alice dengan menyuntikkan obat bius ke bahu Alice. "Maaf." Edward melupakan senjata Alice yang terjatuh, namun ketajaman mata Barnard dan ingatannya begitu kuat, ia mengambil senjata Alice lalu memasukkan ke dalam saku pakaiannya."Apa terjadi hal besar setelah peluru mengenaiku?" tanya Carlos lalu menatap sekeliling yang tampak remang-remang di matanya. "Kenapa semuanya terlihat kusam dan buram," lanjut Carlos lalu menatap ke arah kursi di sampingnya. "Itu karena racun menyebar ke seluruh sel tubuhmu, tak terkecuali matamu," jelas Edward membuat Carlos berdecak kesal. Kesabaran Carlos benar-benar habis, nyatanya orang yang ia rampok tahun lalu kini mencari celah untuk membunuhnya dengan cara berkomplot. "Apa dia Alice? lalu di mana George?" tanya Carlos lagi. " Ya itu Alice. George berada di kota Nakhaba, dia bersama dengan yang lainnya terluka dan sedang dalam penanganan, kami sempat bertarung namun kami beruntung tidak terkena peluru," jelas Edward setelah melirik sekilas ke arah Alice yang masih pingsan."Apa yang dia lakukan di sini?" Seketika wajah Carlos berubah masam. Kehadiran Alice membuat pikirannya kembali kacau, jika Alice masih bersama mereka maka kelompok yang Carlos pimpin akan lemah karen
"Cepat selidiki kelompok SUGOI, mereka baru saja melakukan aksinya," ucap seorang polisi sambil mengetuk-ngetuk meja. Polisi selalu menyelidiki peluru yang dipakai oleh kelompok SUGOI yang di pimpin oleh Carlos namun polisi sendiri heran karena peluru yang mereka gunakan selama ini selalu berbeda-beda. "Jika kita menemukan tempat persembunyian mereka, maka akan kupastikan mereka akan membusuk di penjara," lanjut Emir. Laki-laki bernama Emir ini adalah sahabat dekat Carlos dulunya namun ia memiliki konflik yang tidak diketahui oleh orang lain yang membuat Emir begitu benci pada Carlos. "Alamat mereka tidak bisa dilacak. Mereka terlalu tertutup dan ada orang dari kalangan polisi juga yang melindungi mereka," jelas teman Emir. Padahal tak ada polisi yang melindungi kelompok SUGOI, mereka saja yang terlalu kuat dan sulit untuk ditaklukkan."Kalau begitu aku akan menyelidiki kasus ini sendiri dan akan memenjarakan mereka." Emir terlihat begitu kesal, karena ulah Carlos semakin banyak
Dua hari berlalu setelah kematian pencuri handal di kota Lausan, kota masih saja ricuh dan gaduh. Masih terjadi pencurian besar-besaran di toko perhiasan emas. Kota yang tak pernah ada damainya saking banyaknya penjudi di kota-kota besar dan pembunuhan tanpa aturan. Kini di rumah yang baru saja anggota SUGOI tempati merasa tak ada lagi perintah seperti biasanya, mereka lebih banyak diam dan menunggu keadaan tenang. "Aku harus menghilangkan bukti," gumam Barnard sambil mengambil sarung tangan yang sempat ia simpan di laci kamarnya. Barnard tergesa keluar kamar namun George menangkap gerakan Barnard yang berjalan tergesa-gesa. "Mau apa dia?" George mengikuti langkah Barnard ke halaman belakang. Sesampainya George di halaman belakang George terkejut saat melihat api telah menyala dan berkobar. "Kau merahasiakan sesuatu." George menuding seraya berjalan mendekati Barnard. Seketika Barnard menoleh dan terlihat jelas wajah Barnard gugup, wajah yang tadinya penuh kemenangan kini tamp
Saat penembakan beberapa hari lalu karena kelicikan Barnard, kini Carlos lebih berhati-hati dalam menghadapi Barnard."Apa dia sudah sadar?" Carlos menatap dingin tubuh Barnard yang terbaring lemah tidak berdaya. "Belum, Bos." George mendekati Barnard lalu memegang nadi Barnard. "Dia tidak mati kan?" "Tidak, Bos." Barnard berlahan membuka matanya, semua terlihat samar di mata Barnard terlebih ia saat ini tidak bisa melihat warna dengan jelas, di mata Barnard hanya terlihat warna putih, hitam dan abu-abu. "Kau sudah bangun, kebetulan sekali." Carlos berlahan mendekati Barnard lalu mengusap kepala Barnard. "Anda siapa? Saya di mana?" Barnard menyentuh kepalanya yang terasa sangat panas dan sakit. Obat dan alat ternyata bekerja dengan bagus, Barnard kehilangan ingatannya, bahkan ingatan masa lalunya. "Kamu bekerja dengan saya. Kamu adalah agen rahasia dalam kelompok SUGOI. Tugasmu adalah ...." Carlos membantu Barnard bangkit dari tidurnya. Setelah beberapa hari terbaring kini Ba
Tubuh Barnard banyak luka bekas ranting pohon dan duri, Barnard mencabut beberapa duri yang masih tertancap di tubuhnya, luka ini tak seberapa di bandingkan alat yang pernah terpasang di kepalanya. "Ini sakit tapi lebih sakit jika alat itu. George ... argh ...." Barnard kembali berlari setelah mendengar suara bising, Carlos dan George namun Edward yang seolah sengaja berteriak gar Barnard menjauh. "Kau ... ini tempat latihan kami, apa kau ingin mati?" tanya seorang laki-laki seusianya. Tidak dapat di pungkiri kini Barnard merasa takut pada laki-laki bertubuh tinggi yang terlihat menyeramkan."Tidak. Seseorang mendekat ke sini, mereka ingin membunuhku," jelas Barnard. Barnard saat ini berpura-pura polos.Pemuda yang sedang memegang senjata langsung membidik ke arah yang di tunjukkan oleh Barnard, benar adanya orang yang berjalan sibuk mengarahkan senjatanya ke segala arah. Kesempatan dalam kesempitan, kali ini Tuhan berpihak pada Barnard. Dor .... Dor ....Dor ....Tiga tembakan
Tubuh Barnard menggigil menahan guyuran air es yang di siramkan ke tubuhnya, mata Barnard berlahan terpejam air es seakan membekukan jantungnya saat ini. Ini awal tes pertamanya dalam pengujian penjagaan untuk bos judi, besok Barnard akan menemani Bos barunya keluar negeri yang tak lain adalah negeri ginseng. Di sana saat ini sedang musim salju jadi Barnard harus bertahan menjaga Bosnya dalam cuaca ekstrim. Sekitar lima belas menit Barnard tidak pingsan dan ia langsung di berikan penghangatan lagi, karena ujiannya telah selesai. "Kau lolos. Besok temani saya," ujar Bos judi sambil tersenyum sinis ke arah Barnard. Tatapan mata Barnard yang penuh dengan kebencian berlahan memudar saat seseorang menghampirinya lalu memberikan pakaian. "Kau butuh kehangatan lebih?" tanya seorang wanita berpakaian seksi dan berparas cantik. "Tidak." Barnard keluar dari ruangan dengan rasa kaku dan tubuhnya yang masih menggigil.* Malam menjelang, Barnard menyentuh perutnya yang terasa lapar, sejak k
Barnard tersenyum saat menatap foto kekasihnya sedang bersama dengan seorang laki-laki yang sedang memakaikan cincin pada jari lentiknya. Putri dari seorang laki-laki terkaya di negara di mana Barnard lahir telah memiliki pasangan hidup, berita pertunangan kekasih Barnard itu di siarkan di media sosial. Pesta yang megah semegah kekayaan Jack Marker.Sepanjang perjalanan Barnard terdiam, sampai tiba di kota yang begitu dingin. Barnard meraih jaket yang begitu tebal lalu menutup tubuhnya. Mobil berwarna hitam milik bosnya menepi di rumah sederhana berdinding kayu dan beralas kayu namun terkesan elegan dan menawan."Silakan masuk!" Seseorang dengan wajah penuh bekas luka menyuruh lawan mainnya masuk namun Barnard tetap berada di luar. Tak lama terdengar suara letusan senjata api membuat Barnard terperanjat dan segera masuk ke dalam rumah itu. Mata Barnard membola saat bosnya telah menembak lawannya tanpa ada seorangpun yang mengawal lawannya di tempat kejadian. Bos baru Barnard yan
Malam penuh kenikmatan bersama wanita telah ia lalui, Barnard mengusap senjata yang baru saja ia ambil dari dalam laci, ia telah membersihkan dirinya namun wanita cantik yang bernama Flow masih terbaring di ranjang. "Bangun!" Barnard menggoyangkan tubuh Flow agar wanita itu terbangun namun wanita itu hanya bergumam tanpa membuka matanya. Barnard melempar beberapa uang di atas kasur beserta kartu nama dan alamat Nang Bey walaupun ia tahu jika wanita itu ke rumah Nang Bey maka wanita itu akan mendapatkan perlakuan yang sama. Barnard memilih keluar dari hotel, ia menerima panggilan dari Nang Bey kalau hari ini ia akan datang bertamu ke rumah saudaranya tapi hanya berdua saja dengan Barnard. Barnard sangat setuju karena ia mendapatkan bayaran yang cukup besar. 1000 dolar masuk ke dalam rekeningnya, itu membuat Barnard tersenyum puas. Barnard yakin kalau ia akan mendapatkan lebih banyak dari ini jika ia bisa menyenangkan hati Nang Bey setiap harinya dan melakukan pekerjaan sesuai perin