Beranda / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / 114:Musyawarah Tujuh Sekte dan Rencana Pembasmian

Share

114:Musyawarah Tujuh Sekte dan Rencana Pembasmian

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 12:56:23

Cahaya merah tua menyelimuti seluruh area makam yang hancur. Di tengah reruntuhan, dua sosok berdiri saling berhadapan—Ye Qian yang telah menyatu sepenuhnya dengan warisan darah Lian Tian, dan sosok hasil percampuran Zuo Yan dengan Jiwa Tertawa, kini menyebut dirinya sebagai Zuo Maut.

Mata Zuo Maut bersinar dua warna—merah darah dan ungu kelam. Aura yang terpancar darinya menggetarkan dinding realitas, seolah-olah langit dan bumi sendiri terancam hancur jika makhluk itu dibiarkan hidup terlalu lama.

“Apakah kau tahu kenapa aku membesarkanmu, Ye Qian?” tanya Zuo Maut dengan suara ganda. “Karena hanya kau yang bisa membangkitkan kekuatan sejati dalam diriku. Tubuh ini… adalah perpaduan sempurna antara manusia dan roh leluhur.”

Ye Qian mencengkeram pedangnya erat. “Kau memanfaatkan seluruh hidupku untuk eksperimenmu? Aku mengira kau menganggapku seperti anak sendiri!”

Zuo Maut tertawa kecil. “Dan anak-anak memang harus dikorbankan demi kemu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   117:Gerbang Ketiga

    Bayang Ningrat perlahan menghilang dari pandangan saat rombongan Ye Qian meninggalkan tempat terkutuk itu. Langit kembali cerah, namun ketegangan masih menggantung di udara. Kotak batu yang dibawa Ye Qian diletakkan di dalam formasi segel di dalam kuil kecil milik Sekte Langit Timur. Cahaya dari jimat pelindung memancar terus, menjaga agar energi dalam kotak itu tidak bocor. Malam itu, di aula dalam, para tetua berkumpul. Ye Qian duduk di tengah, diam, tatapannya tajam menatap lantai. Lin Xue dan Lei Shan berdiri di sisi kanan dan kiri, siap siaga. “Kita semua melihatnya sendiri,” kata Tetua Lei Mo. “Bayang-bayang yang menjaga kotak itu adalah manifestasi energi Shi Mo. Dan jika kata-kata Lian Tian benar… Gerbang Ketiga adalah akhir segalanya.” “Gerbang itu sudah tidak muncul dalam catatan sejarah sejak ribuan tahun lalu,” gumam Tetua Fan. “Itu bukan hanya tempat. Itu dimensi… batas antara dunia fana dan kehendak purb

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   116:Musuh dalam Bayangan Lian Tian

    Dinginnya malam melingkupi Menara Suci Yumen yang kini porak-poranda. Sisa-sisa pertempuran tadi masih terlihat jelas: reruntuhan bebatuan, pilar yang hancur, dan para tetua yang terluka duduk bersila untuk memulihkan tenaga. Namun yang paling terasa bukanlah luka fisik, melainkan luka pada kesadaran mereka.Musuh yang muncul tadi… bukan dari dunia ini.Dan mereka mengenal Ye Qian.---Ye Qian duduk di puncak bebatuan, wajahnya menghadap ke langit malam yang kelam. Di sampingnya, Lin Xue menggenggam lengan bajunya, mencoba menenangkan gejolak yang jelas terlihat di balik tatapan pemuda itu.“Apa maksud mereka? Bahwa warisan Lian Tian seharusnya milik ‘mereka’?” tanya Lin Xue dengan suara pelan.Ye Qian menggigit bibirnya. “Dulu… saat aku menerima warisan itu, ada bagian dari ingatan Lian Tian yang tertutup kabut hitam. Aku kira itu karena usia atau distorsi ruang spiritual… Tapi ternyata bukan.”Lei S

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   115:Perpustakaan Jiwa Langit dan Misteri Catatan Lian Tian

    Perjalanan menuju Perpustakaan Jiwa Langit bukan perkara mudah. Letaknya berada di wilayah netral, jauh di barat daya Negeri Dahan, tersembunyi di balik lembah-lembah beracun dan rimba sihir kuno yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang menguasai teknik pernapasan tingkat tinggi.Bagi Ye Qian, tempat ini adalah harapan. Ia yakin catatan mengenai warisan Lian Tian disegel di sana, terlarang bagi sembarang orang—tapi tidak baginya.---Tiga hari perjalanan membawa mereka ke kaki pegunungan Jinglan. Di hadapan mereka membentang hutan berkabut biru keunguan, dengan aroma aneh yang menusuk hidung.“Ini Kabut Jiwa Terlantar,” gumam Lin Xue. “Bisa memancing ingatan buruk dan melemahkan semangat. Banyak yang mati tersesat di dalam.”Ye Qian hanya mengangguk dan membuka gulungan giok kecil dari lengan bajunya—Lambang Keturunan Lian Tian. Dengan itu, ia mampu menstabilkan medan spiritual di sekitarnya.“Pegang tangan sa

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   114:Musyawarah Tujuh Sekte dan Rencana Pembasmian

    Cahaya merah tua menyelimuti seluruh area makam yang hancur. Di tengah reruntuhan, dua sosok berdiri saling berhadapan—Ye Qian yang telah menyatu sepenuhnya dengan warisan darah Lian Tian, dan sosok hasil percampuran Zuo Yan dengan Jiwa Tertawa, kini menyebut dirinya sebagai Zuo Maut.Mata Zuo Maut bersinar dua warna—merah darah dan ungu kelam. Aura yang terpancar darinya menggetarkan dinding realitas, seolah-olah langit dan bumi sendiri terancam hancur jika makhluk itu dibiarkan hidup terlalu lama.“Apakah kau tahu kenapa aku membesarkanmu, Ye Qian?” tanya Zuo Maut dengan suara ganda. “Karena hanya kau yang bisa membangkitkan kekuatan sejati dalam diriku. Tubuh ini… adalah perpaduan sempurna antara manusia dan roh leluhur.”Ye Qian mencengkeram pedangnya erat. “Kau memanfaatkan seluruh hidupku untuk eksperimenmu? Aku mengira kau menganggapku seperti anak sendiri!”Zuo Maut tertawa kecil. “Dan anak-anak memang harus dikorbankan demi kemu

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   113:Makam Longgu dan Kutukan Jiwa Tertarik

    Kabut pagi menyelimuti jalan setapak menuju Makam Longgu. Pohon-pohon tua menjulang bagai penjaga purba, dan suara burung tak terdengar—seolah semua makhluk hidup telah melarikan diri dari wilayah terkutuk ini. Ye Qian berdiri paling depan. Di tangannya tergenggam erat peta kuno dari Lembah Yuan Mo, yang menandai rute masuk ke Makam Longgu. Namun tak satu pun yang bisa memprediksi bahaya sesungguhnya. Lin Xue menggigit bibir. “Aku merasa seperti sedang masuk ke sarang naga yang sudah lama tertidur.” Lei Shan menimpali, “Atau ke perut iblis yang menunggu makanan.” Ye Qian hanya mengangguk tipis. Namun pikirannya tak tenang. Ia tak lagi bisa mempercayai siapa pun, terutama Zuo Yan yang berjalan pelan di belakang mereka, tampak tenang seperti biasa. --- Gerbang makam itu akhirnya muncul di hadapan mereka: dua patung raksasa setinggi en

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   112:Sang Pengkhianat Dalam Selimut

    : ----Di balik tirai langit Lembah Yuan Mo, kabut turun lebih tebal dari biasanya. Suara burung malam pun menghilang seolah alam tahu ada bahaya yang mengintai dari kegelapan.Ye Qian—atau kini, Lian Tian—berusaha tetap tenang. Tapi hatinya gelisah. Nama Lian Tian menggema terus-menerus di benaknya, seperti pedang yang menunggu untuk dicabut dari sarungnya.Ia tahu, setelah bangkitnya ingatan itu, langkah selanjutnya adalah mencari tahu: siapa pengkhianat di istana yang telah mengkhianati keluarganya? Siapa yang menjual kehormatannya hanya demi kekuasaan?---Sementara itu, di ruang pertemuan rahasia bawah tanah istana pelatihan, lima sosok bertudung duduk mengelilingi sebuah meja batu. Di tengah meja itu, nyala api biru berkedip pelan, menandakan adanya pembukaan jalur rahasia energi spiritual—sarana komunikasi rahasia tingkat tinggi.Salah satu dari mereka berkata lirih, “Lian Tian telah menyentuh Kristal Inti Darah.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status