Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

Share

Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-04-04 23:57:11

Master Yu menatap jauh ke arah timur. "Ada satu tempat di mana kau bisa belajar lebih banyak tentang Kitab Seribu Bayangan dan juga sejarah keluargamu."

"Di mana?"

"Lembah Hitam."

Lei Tian menyipitkan mata. Ia pernah mendengar nama itu—sebuah tempat yang dihuni oleh para pendekar buangan dan pembunuh bayaran. Jika ia ingin menjadi lebih kuat, mungkin di sanalah jawabannya.

Mereka tidak membuang waktu. Tanpa banyak bicara, Lei Tian dan Master Yu segera bergerak menuju Lembah Hitam.

Namun, saat mereka tiba di sebuah desa kecil untuk beristirahat, firasat buruk mulai menggelayuti Lei Tian.

"Ada yang mengawasi kita," bisiknya kepada Master Yu.

Master Yu tampak tenang, tetapi tatapan matanya menajam. "Siap-siap."

Tak lama, empat pria berpakaian serba hitam muncul dari bayangan. Wajah mereka tertutup topeng, dan masing-masing membawa senjata berbeda—pedang, tombak, belati, dan rantai berduri.

"Lei Tian, ikutlah dengan kami tanpa perlawanan," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingin.

Lei Tian menyeringai. "Dan jika aku menolak?"

Pria itu menghela napas. "Maka kami akan membawamu dalam keadaan tidak bernyawa."

Master Yu bergerak lebih dulu, mengayunkan tongkatnya ke arah pria berpedang. Tapi pria itu menghindar dengan lincah dan membalas dengan serangan balik.

Lei Tian juga langsung bertindak. Ia menciptakan tiga bayangan sekaligus, membuat musuh kebingungan.

Pria dengan rantai berduri menyerang dari belakang, tetapi bayangan Lei Tian yang menjadi sasarannya.

"Apa?!"

Saat pria itu menyadari kesalahannya, Lei Tian sudah ada di belakangnya dan meluncurkan serangan telak ke tengkuknya.

"Ugh!"

Satu lawan tumbang.

Namun, pria bertombak ternyata jauh lebih tangguh. Ia menebas ke segala arah dengan kecepatan luar biasa, memaksa Lei Tian untuk terus menghindar.

Master Yu, yang melihat situasi ini, berteriak, "Jangan hadapi dia secara langsung! Gunakan kecepatanmu!"

Lei Tian mengerti. Ia menciptakan lebih banyak bayangan, mengelilingi pria bertombak dari berbagai sisi.

Pria itu mulai panik. "Mana yang asli?!"

Saat ia berusaha menebak, Lei Tian sudah melesat dari sudut yang tak terduga, melayangkan tendangan keras ke perutnya.

"Argh!"

Dua lawan tersisa.

Pria berpedang dan pria berbelati tampaknya lebih berhati-hati. Mereka saling melindungi punggung satu sama lain, memastikan tidak ada celah bagi Lei Tian dan Master Yu untuk menyerang.

Lei Tian tersenyum. "Jadi kalian mulai serius?"

Pria berbelati mendengus. "Jangan sombong, bocah. Kami adalah anggota dari Bayangan Gelap. Kami tidak akan kalah semudah itu."

'Bayangan Gelap …?'

Lei Tian baru saja mendengar nama itu, tetapi nalurinya mengatakan bahwa ini adalah organisasi yang berbahaya.

Master Yu mendekatinya dan berbisik, "Jangan buang waktu. Kita harus menyelesaikan ini sekarang."

Lei Tian mengangguk.

Ia mengatur napas, lalu mengaktifkan teknik yang baru saja ia latih—"Ilusi Bayangan!"

Dalam sekejap, kegelapan di sekitar mereka berputar. Pria berpedang dan pria berbelati mulai melihat bayangan Lei Tian di mana-mana, membuat mereka kehilangan fokus.

"Apa ini?!"

Lei Tian tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan secepat kilat, ia muncul di antara mereka dan melancarkan dua serangan sekaligus.

"Hyaaah!"

Darah berceceran di tanah.

Pria berbelati tumbang, sementara pria berpedang tersungkur dengan luka parah di bahunya.

Lei Tian menatapnya dengan dingin. "Siapa yang mengirim kalian?"

Pria itu terbatuk, darah mengalir dari mulutnya. "Klan Tianlong… mereka tahu kau masih hidup… dan mereka tidak akan berhenti sampai kau mati."

Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Kalau begitu, aku akan memastikan mereka menyesali perbuatan mereka."

Master Yu meletakkan tangannya di bahu Lei Tian. "Kita harus bergerak sekarang."

Lei Tian mengangguk. Mereka berdua meninggalkan desa, meninggalkan tubuh para pemburu yang terkapar di tanah.

Di kejauhan, bayangan Lembah Hitam sudah mulai terlihat.

Langit mulai meredup ketika Lei Tian dan Master Yu tiba di depan sebuah jurang yang dalam. Di bawahnya, sebuah lembah tersembunyi tertutup kabut gelap yang berputar seperti ular raksasa.

Lei Tian berdiri di tepi jurang, menatap ke bawah dengan penuh kewaspadaan.

"Jadi ini Lembah Hitam?"

Master Yu mengangguk. "Tempat ini bukan untuk orang biasa. Mereka yang datang ke sini adalah para pendekar buangan, pembunuh bayaran, atau orang-orang yang melarikan diri dari masa lalu mereka."

Lei Tian menarik napas dalam. Ia tidak peduli siapa yang menghuni tempat ini. Jika ada sesuatu yang bisa membantunya menjadi lebih kuat, ia akan mengambilnya.

"Bagaimana kita masuk?" tanyanya.

Master Yu menunjuk jembatan kayu tua yang membentang di atas jurang. "Kita harus menyeberangi itu. Tapi hati-hati, biasanya ada penjaga di sekitar sini."

Mereka melangkah ke atas jembatan dengan hati-hati. Tiupan angin kencang membuat tali jembatan bergoyang, menambah ketegangan.

Saat mereka hampir sampai di tengah, sebuah suara berat menggema dari kabut di bawah mereka.

"Berhenti."

Lei Tian dan Master Yu langsung siaga. Dari balik kabut, muncul seorang pria bertubuh besar dengan jubah hitam. Wajahnya tertutup topeng tengkorak, dan di tangannya ada sebuah guan dao besar yang berkilau tajam.

"Tak ada yang boleh masuk ke Lembah Hitam tanpa izin."

Lei Tian menatap pria itu tanpa rasa takut. "Aku datang untuk mencari ilmu. Aku tidak punya niat bermusuhan."

Pria bertopeng itu tertawa dingin. "Kau pikir tempat ini akademi persilatan? Tidak ada yang bisa belajar di sini tanpa membuktikan dirinya pantas. Kau ingin masuk? Maka kau harus melewati aku."

Lei Tian menyipitkan mata. "Kalau itu syaratnya, aku akan menghadapimu."

Master Yu mencoba menghentikannya. "Lei Tian, orang ini bukan lawan sembarangan. Kau baru saja bertarung sebelumnya—"

Lei Tian mengangkat tangannya. "Aku tidak bisa mundur sekarang."

Pria bertopeng itu menyeringai. "Bagus. Jika kau bisa bertahan sepuluh jurus melawanku, aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu masuk."

"Sepuluh jurus?" Lei Tian menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa ini tidak akan mudah.

Pria itu mengangkat guan dao-nya tinggi-tinggi. "Mulai!"

Pria bertopeng langsung melesat ke depan, ayunan senjatanya menghantam udara dengan suara mengerikan.

Lei Tian nyaris tidak sempat menghindar. Ia melompat ke samping, menciptakan dua bayangan untuk mengelabui lawan.

Namun, pria itu tampaknya tidak terpengaruh. Dengan satu gerakan cepat, ia menebas kedua bayangan itu dalam satu tebasan.

"Teknik yang menarik, tapi tidak cukup untuk menipuku."

Lei Tian mengernyit. "Dia bisa melihat mana bayangan dan mana tubuh asliku?"

Pria bertopeng menyerang lagi, kali ini dengan gerakan lebih cepat.

"Jurus Kedua: Tebasan Langit Retak!"

Sebuah ayunan mendatar meluncur ke arah Lei Tian. Ia melompat ke belakang, tetapi tebasan itu begitu kuat hingga angin yang ditimbulkan tetap menghantam dadanya.

"Ugh!"

Lei Tian terjatuh, tapi dengan cepat berguling dan berdiri kembali.

"Kau masih bisa berdiri? Bagus. Jurus ketiga!"

Pria itu melompat ke udara dan menukik turun dengan guan dao-nya.

Lei Tian tidak punya pilihan selain bertahan. Ia mengaktifkan "Dua Belas Bayangan", menciptakan selusin tiruan dirinya.

Pria bertopeng tampak terkejut sesaat, tetapi kemudian ia menancapkan guan dao-nya ke tanah.

"Hmph. Aku bisa menghabisi semua sekaligus!"

Energi hitam keluar dari tubuhnya, membentuk gelombang kejut yang menyapu seluruh bayangan Lei Tian!

"Sial!" Lei Tian melompat tinggi untuk menghindari dampaknya.

Tapi saat ia berada di udara, pria itu sudah menunggunya.

"Jurus Keempat: Hantaman Tulang Iblis!"

Lei Tian terkejut. Ia tidak bisa menghindar!

DUARRR!

Pukulan keras menghantam tubuhnya, membuatnya terpental dan menghantam jembatan dengan keras.

Kayu jembatan berderak, hampir patah.

Lei Tian merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Sial… aku bahkan belum bertahan lima jurus!

Pria bertopeng berjalan mendekat. "Sudah berakhir."

Namun, sebelum ia sempat mengayunkan serangan terakhir, suara lain terdengar dari sisi jembatan.

"Cukup."

Dari balik kabut, muncul seorang pria tua dengan jubah ungu. Rambutnya panjang dan perawakannya kurus, tetapi matanya memancarkan kewibawaan luar biasa.

Pria bertopeng langsung berlutut. "Tuan Tetua."

Lei Tian berusaha bangkit, menatap pria itu dengan rasa penasaran.

Pria tua itu menatapnya dengan tajam. "Aku bisa melihatnya. Bocah ini memiliki potensi besar. Biarkan dia masuk."

Pria bertopeng tampak ragu, tetapi ia tidak berani menentang perintah tersebut.

"Baik, Tuan Tetua." Ia melangkah mundur.

Lei Tian terhuyung ke depan, mencoba menstabilkan napasnya.

Pria tua itu tersenyum tipis. "Selamat datang di Lembah Hitam, Lei Tian. Aku sudah lama menunggumu."

Lei Tian membelalakkan mata. "Kau mengenalku?"

"Bukan hanya mengenal. Aku tahu siapa dirimu… dan siapa orang tuamu sebenarnya."

Hati Lei Tian berdegup kencang.

"Apa maksudmu?!"

Pria tua itu membelakanginya. "Ikutlah denganku, maka kau akan tahu segalanya."

Lei Tian menatap Master Yu, yang hanya mengangguk memberi isyarat bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

Dengan hati penuh tanda tanya, Lei Tian melangkah masuk ke dalam Lembah Hitam, tempat di mana masa lalunya akan terungkap, dan masa depannya akan ditentukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   163

    Pengkhianatan Fei XianAroma dupa hitam masih menggantung di udara ketika Hei Zhu membuka pintu ruang meditasi pribadinya. Di belakangnya, Fei Xian menyusup masuk tanpa suara. Tatapan mereka saling mengunci dalam cahaya merah redup dari lampu giok gantung.“Kalau kau bukan pengikut sejati Sekte Suci,” Hei Zhu memulai dengan suara dingin, “kenapa kau tetap di sini?”Fei Xian tidak langsung menjawab. Ia berjalan perlahan mengelilingi ruangan, jari-jarinya menyentuh ornamen naga di dinding batu. “Karena aku sedang menunggu seseorang… yang cukup gila untuk melawan mereka dari dalam.”> “Kau pikir itu aku?”“Aku harap begitu.”Fei Xian menghentikan langkahnya di depan Hei Zhu. Cahaya lentera memantulkan siluet sayap elang yang tergurat di jubah putihnya.> “Aku dibesarkan di Balai Udara Utara,” katanya lirih. “Kami diajarkan bahwa kesetiaan mutlak adalah kemuliaan. Tapi itu semua dusta. Ayahku dihukum mat

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   162

    Warisan Seribu Bayangan:Perjamuan Berdarah di Aula Tujuh PilarAula Tujuh Pilar terletak di jantung terdalam Sekte Suci Naga Kembar. Ruangan bundar itu tidak memiliki jendela, hanya dikelilingi tujuh pilar obsidian tinggi yang masing-masing menyimpan lambang sekte kuno: Naga Ganda, Serigala Bayangan, Elang Hitam, Tikus Mata Api, Ular Darah, Burung Hantu Jiwa, dan Phoenix Terbalik.Di tengah ruangan terdapat meja batu besar berbentuk heptagon. Di atasnya, tujuh cawan emas berisi darah segar dari keturunan murni pewaris bayangan. Aroma logam menusuk udara.Hei Zhu berdiri di sisi barat laut, mengenakan jubah hitam bersulam ungu, wajahnya tenang, tapi matanya penuh waspada. Di depannya, enam pewaris lain dari faksi internal sekte menatap dingin ke arahnya.> “Hari ini kita ikrarkan sumpah bayangan,” ucap Tetua Mo Qiyan, yang memimpin ritual malam itu. Suaranya bergema oleh gema jampi pelindung yang membungkus aula.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   161

    Ruang Suci Satu, Hati Bayangan AsliRuang Suci Satu tidak seperti tempat lain di Benteng Langit Retak. Dindingnya dibangun dari batu obsidian purba yang menyerap cahaya, membuat ruangan itu senantiasa gelap meski api spiritual berkobar di sekelilingnya. Di tengah altar berbentuk spiral, berdenyut jantung kristal gelap—Hati Bayangan Asli—yang memancar aura tua dan memabukkan, seolah berasal dari zaman sebelum dunia dibentuk.Hei Zhu berdiri di ambang altar. Tubuhnya gemetar bukan karena takut… tetapi karena hawa yang terpancar dari kristal itu memanggil sesuatu yang sangat dalam di jiwanya.Sesuatu yang… akrab.> “Masuklah, murid Hei Zhen.”Suara itu datang dari atas balkon batu. Madam Fei berdiri di sana, bersama tiga tetua berpakaian ritual ungu emas. Mata mereka menyala dengan formasi pengikat jiwa.> “Kau telah melewati ujian. Dan sebagai hadiah, kau akan diberi kesempatan menyentuh warisan ini. Jika k

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   160Puncak Langit Putih: Serangan dari Dalam

    Di sisi terang dunia, Xian Wu tengah berlatih menari di atas danau bersama para biksu spiritual. Gerakannya tenang, tapi matanya kadang menatap bayangannya sendiri… seolah merindukan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.Saat itulah, langit berubah ungu. Tiga formasi teleportasi terbuka dari udara, dan puluhan siluet bertudung muncul dari ketiadaan.“Ambil bocah itu! Jangan lukai tubuhnya!” teriak salah satu.Nyonya Guang Chen bergerak cepat. “Lindungi pewaris!”Pertarungan terjadi. Cahaya spiritual menghantam senjata bayangan. Tapi satu musuh melesat terlalu cepat — dan berhasil menangkap Xian Wu.Namun, sebelum ia menghilang…> “Hei Zhu…”Xian Wu memanggil… bukan ibunya, bukan gurunya. Tapi saudaranya.Dan di seberang lembah jauh, di tempat Hei Zhu sedang bertapa di gua bayangan…Ia membuka mata. “Xian Wu…”---Kembalinya Lian Tian ke ArenaSore itu, Lia

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   159Dua Nama, Satu Takdir

    : Asap dari ledakan Cermin Kesadaran Ganda masih menggantung di udara. Debu halus jatuh seperti abu dari langit, dan di tengah kehancuran altar kuno itu, sang bayi tetap mengambang, diselimuti aura samar yang tak bisa ditentukan: bukan murni cahaya… bukan sepenuhnya kegelapan. Shen Ruya memeluk dirinya sendiri. “Apa yang barusan kulihat…” Yue Lian masih memegangi lengan Lian Tian, wajahnya pucat. “Itu… itu bukan hanya ujian. Itu… pengungkapan.” Lian Tian melangkah pelan, mendekati sang bayi yang kini perlahan-lahan turun, mendarat di lantai batu yang hangus. Matanya terbuka. Dua bola mata—satu seputih susu tanpa pupil, satu hitam mengilat seperti malam yang meneteskan darah. Tapi bayi itu tidak menangis. Ia bicara. Ya, bicara. Suaranya terbelah, dua nada sekaligus: satu suara anak laki-laki tenang dan lembut, satu suara lain dalam dan menggema, seperti roh tu

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   158Kelahiran Sekte Bayangan Terakhir

    Tiga malam setelah segel ketujuh selesai ditempatkan pada tubuh sang bayi, di lembah tersembunyi barat Gunung Yinlang, sekelompok pria dan wanita berjubah hitam berkumpul dalam lingkaran. Udara malam menggigil. Bulan tertutup awan, tapi cahaya merah samar menyembul dari simbol di tanah—bentuk seperti mata vertikal, tertancap paku-paku besi ke empat arah. Di tengah mereka, seorang wanita bertopeng perak membuka gulungan kulit hitam legam. > “Bayangan Tertinggi telah terlahir kembali dalam tubuh bayi tak bercela,” katanya. > “Namanya belum diketahui, tapi tanda di tubuhnya telah terlihat. Kita semua melihatnya dalam penglihatan yang dikirim oleh Bayangan Agung.” Dari balik barisan itu, muncul seorang lelaki tinggi dengan rambut panjang abu-abu dan mata hitam pekat. Dialah Zhao Ye, mantan Tetua Pelindung dari Sekte Langit Retak—sek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status