Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

Share

Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-04-04 23:57:11

Master Yu menatap jauh ke arah timur. "Ada satu tempat di mana kau bisa belajar lebih banyak tentang Kitab Seribu Bayangan dan juga sejarah keluargamu."

"Di mana?"

"Lembah Hitam."

Lei Tian menyipitkan mata. Ia pernah mendengar nama itu—sebuah tempat yang dihuni oleh para pendekar buangan dan pembunuh bayaran. Jika ia ingin menjadi lebih kuat, mungkin di sanalah jawabannya.

Mereka tidak membuang waktu. Tanpa banyak bicara, Lei Tian dan Master Yu segera bergerak menuju Lembah Hitam.

Namun, saat mereka tiba di sebuah desa kecil untuk beristirahat, firasat buruk mulai menggelayuti Lei Tian.

"Ada yang mengawasi kita," bisiknya kepada Master Yu.

Master Yu tampak tenang, tetapi tatapan matanya menajam. "Siap-siap."

Tak lama, empat pria berpakaian serba hitam muncul dari bayangan. Wajah mereka tertutup topeng, dan masing-masing membawa senjata berbeda—pedang, tombak, belati, dan rantai berduri.

"Lei Tian, ikutlah dengan kami tanpa perlawanan," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingin.

Lei Tian menyeringai. "Dan jika aku menolak?"

Pria itu menghela napas. "Maka kami akan membawamu dalam keadaan tidak bernyawa."

Master Yu bergerak lebih dulu, mengayunkan tongkatnya ke arah pria berpedang. Tapi pria itu menghindar dengan lincah dan membalas dengan serangan balik.

Lei Tian juga langsung bertindak. Ia menciptakan tiga bayangan sekaligus, membuat musuh kebingungan.

Pria dengan rantai berduri menyerang dari belakang, tetapi bayangan Lei Tian yang menjadi sasarannya.

"Apa?!"

Saat pria itu menyadari kesalahannya, Lei Tian sudah ada di belakangnya dan meluncurkan serangan telak ke tengkuknya.

"Ugh!"

Satu lawan tumbang.

Namun, pria bertombak ternyata jauh lebih tangguh. Ia menebas ke segala arah dengan kecepatan luar biasa, memaksa Lei Tian untuk terus menghindar.

Master Yu, yang melihat situasi ini, berteriak, "Jangan hadapi dia secara langsung! Gunakan kecepatanmu!"

Lei Tian mengerti. Ia menciptakan lebih banyak bayangan, mengelilingi pria bertombak dari berbagai sisi.

Pria itu mulai panik. "Mana yang asli?!"

Saat ia berusaha menebak, Lei Tian sudah melesat dari sudut yang tak terduga, melayangkan tendangan keras ke perutnya.

"Argh!"

Dua lawan tersisa.

Pria berpedang dan pria berbelati tampaknya lebih berhati-hati. Mereka saling melindungi punggung satu sama lain, memastikan tidak ada celah bagi Lei Tian dan Master Yu untuk menyerang.

Lei Tian tersenyum. "Jadi kalian mulai serius?"

Pria berbelati mendengus. "Jangan sombong, bocah. Kami adalah anggota dari Bayangan Gelap. Kami tidak akan kalah semudah itu."

'Bayangan Gelap …?'

Lei Tian baru saja mendengar nama itu, tetapi nalurinya mengatakan bahwa ini adalah organisasi yang berbahaya.

Master Yu mendekatinya dan berbisik, "Jangan buang waktu. Kita harus menyelesaikan ini sekarang."

Lei Tian mengangguk.

Ia mengatur napas, lalu mengaktifkan teknik yang baru saja ia latih—"Ilusi Bayangan!"

Dalam sekejap, kegelapan di sekitar mereka berputar. Pria berpedang dan pria berbelati mulai melihat bayangan Lei Tian di mana-mana, membuat mereka kehilangan fokus.

"Apa ini?!"

Lei Tian tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan secepat kilat, ia muncul di antara mereka dan melancarkan dua serangan sekaligus.

"Hyaaah!"

Darah berceceran di tanah.

Pria berbelati tumbang, sementara pria berpedang tersungkur dengan luka parah di bahunya.

Lei Tian menatapnya dengan dingin. "Siapa yang mengirim kalian?"

Pria itu terbatuk, darah mengalir dari mulutnya. "Klan Tianlong… mereka tahu kau masih hidup… dan mereka tidak akan berhenti sampai kau mati."

Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Kalau begitu, aku akan memastikan mereka menyesali perbuatan mereka."

Master Yu meletakkan tangannya di bahu Lei Tian. "Kita harus bergerak sekarang."

Lei Tian mengangguk. Mereka berdua meninggalkan desa, meninggalkan tubuh para pemburu yang terkapar di tanah.

Di kejauhan, bayangan Lembah Hitam sudah mulai terlihat.

Langit mulai meredup ketika Lei Tian dan Master Yu tiba di depan sebuah jurang yang dalam. Di bawahnya, sebuah lembah tersembunyi tertutup kabut gelap yang berputar seperti ular raksasa.

Lei Tian berdiri di tepi jurang, menatap ke bawah dengan penuh kewaspadaan.

"Jadi ini Lembah Hitam?"

Master Yu mengangguk. "Tempat ini bukan untuk orang biasa. Mereka yang datang ke sini adalah para pendekar buangan, pembunuh bayaran, atau orang-orang yang melarikan diri dari masa lalu mereka."

Lei Tian menarik napas dalam. Ia tidak peduli siapa yang menghuni tempat ini. Jika ada sesuatu yang bisa membantunya menjadi lebih kuat, ia akan mengambilnya.

"Bagaimana kita masuk?" tanyanya.

Master Yu menunjuk jembatan kayu tua yang membentang di atas jurang. "Kita harus menyeberangi itu. Tapi hati-hati, biasanya ada penjaga di sekitar sini."

Mereka melangkah ke atas jembatan dengan hati-hati. Tiupan angin kencang membuat tali jembatan bergoyang, menambah ketegangan.

Saat mereka hampir sampai di tengah, sebuah suara berat menggema dari kabut di bawah mereka.

"Berhenti."

Lei Tian dan Master Yu langsung siaga. Dari balik kabut, muncul seorang pria bertubuh besar dengan jubah hitam. Wajahnya tertutup topeng tengkorak, dan di tangannya ada sebuah guan dao besar yang berkilau tajam.

"Tak ada yang boleh masuk ke Lembah Hitam tanpa izin."

Lei Tian menatap pria itu tanpa rasa takut. "Aku datang untuk mencari ilmu. Aku tidak punya niat bermusuhan."

Pria bertopeng itu tertawa dingin. "Kau pikir tempat ini akademi persilatan? Tidak ada yang bisa belajar di sini tanpa membuktikan dirinya pantas. Kau ingin masuk? Maka kau harus melewati aku."

Lei Tian menyipitkan mata. "Kalau itu syaratnya, aku akan menghadapimu."

Master Yu mencoba menghentikannya. "Lei Tian, orang ini bukan lawan sembarangan. Kau baru saja bertarung sebelumnya—"

Lei Tian mengangkat tangannya. "Aku tidak bisa mundur sekarang."

Pria bertopeng itu menyeringai. "Bagus. Jika kau bisa bertahan sepuluh jurus melawanku, aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu masuk."

"Sepuluh jurus?" Lei Tian menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa ini tidak akan mudah.

Pria itu mengangkat guan dao-nya tinggi-tinggi. "Mulai!"

Pria bertopeng langsung melesat ke depan, ayunan senjatanya menghantam udara dengan suara mengerikan.

Lei Tian nyaris tidak sempat menghindar. Ia melompat ke samping, menciptakan dua bayangan untuk mengelabui lawan.

Namun, pria itu tampaknya tidak terpengaruh. Dengan satu gerakan cepat, ia menebas kedua bayangan itu dalam satu tebasan.

"Teknik yang menarik, tapi tidak cukup untuk menipuku."

Lei Tian mengernyit. "Dia bisa melihat mana bayangan dan mana tubuh asliku?"

Pria bertopeng menyerang lagi, kali ini dengan gerakan lebih cepat.

"Jurus Kedua: Tebasan Langit Retak!"

Sebuah ayunan mendatar meluncur ke arah Lei Tian. Ia melompat ke belakang, tetapi tebasan itu begitu kuat hingga angin yang ditimbulkan tetap menghantam dadanya.

"Ugh!"

Lei Tian terjatuh, tapi dengan cepat berguling dan berdiri kembali.

"Kau masih bisa berdiri? Bagus. Jurus ketiga!"

Pria itu melompat ke udara dan menukik turun dengan guan dao-nya.

Lei Tian tidak punya pilihan selain bertahan. Ia mengaktifkan "Dua Belas Bayangan", menciptakan selusin tiruan dirinya.

Pria bertopeng tampak terkejut sesaat, tetapi kemudian ia menancapkan guan dao-nya ke tanah.

"Hmph. Aku bisa menghabisi semua sekaligus!"

Energi hitam keluar dari tubuhnya, membentuk gelombang kejut yang menyapu seluruh bayangan Lei Tian!

"Sial!" Lei Tian melompat tinggi untuk menghindari dampaknya.

Tapi saat ia berada di udara, pria itu sudah menunggunya.

"Jurus Keempat: Hantaman Tulang Iblis!"

Lei Tian terkejut. Ia tidak bisa menghindar!

DUARRR!

Pukulan keras menghantam tubuhnya, membuatnya terpental dan menghantam jembatan dengan keras.

Kayu jembatan berderak, hampir patah.

Lei Tian merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Sial… aku bahkan belum bertahan lima jurus!

Pria bertopeng berjalan mendekat. "Sudah berakhir."

Namun, sebelum ia sempat mengayunkan serangan terakhir, suara lain terdengar dari sisi jembatan.

"Cukup."

Dari balik kabut, muncul seorang pria tua dengan jubah ungu. Rambutnya panjang dan perawakannya kurus, tetapi matanya memancarkan kewibawaan luar biasa.

Pria bertopeng langsung berlutut. "Tuan Tetua."

Lei Tian berusaha bangkit, menatap pria itu dengan rasa penasaran.

Pria tua itu menatapnya dengan tajam. "Aku bisa melihatnya. Bocah ini memiliki potensi besar. Biarkan dia masuk."

Pria bertopeng tampak ragu, tetapi ia tidak berani menentang perintah tersebut.

"Baik, Tuan Tetua." Ia melangkah mundur.

Lei Tian terhuyung ke depan, mencoba menstabilkan napasnya.

Pria tua itu tersenyum tipis. "Selamat datang di Lembah Hitam, Lei Tian. Aku sudah lama menunggumu."

Lei Tian membelalakkan mata. "Kau mengenalku?"

"Bukan hanya mengenal. Aku tahu siapa dirimu… dan siapa orang tuamu sebenarnya."

Hati Lei Tian berdegup kencang.

"Apa maksudmu?!"

Pria tua itu membelakanginya. "Ikutlah denganku, maka kau akan tahu segalanya."

Lei Tian menatap Master Yu, yang hanya mengangguk memberi isyarat bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

Dengan hati penuh tanda tanya, Lei Tian melangkah masuk ke dalam Lembah Hitam, tempat di mana masa lalunya akan terungkap, dan masa depannya akan ditentukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Gerbang Lembah Hitam

    Langit memerah, matahari tenggelam di balik pegunungan berbatu saat Lei Tian dan Master Yu berdiri di tepi jurang yang menganga. Di bawahnya, Lembah Hitam membentang seperti lubang neraka, kabut kelam menyelimuti dasar yang tak terlihat. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, seolah lembah itu sendiri memiliki nyawa dan sedang mengawasi mereka.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat-erat."Jadi ini Lembah Hitam?"Master Yu mengangguk, tatapannya penuh kewaspadaan. "Tempat ini bukan hanya sekadar tempat pelarian para buronan. Ini adalah sarang dari mereka yang tak diinginkan dunia persilatan, orang-orang yang memilih hidup dalam bayangan."Lei Tian menatap jembatan tua yang terbentang di hadapannya. Kayunya lapuk, tali-temalinya berderit diterpa angin. Namun, yang lebih mencurigakan adalah suasana mencekam yang mengelilinginya—seakan sesuatu sedang menunggu di dalam kabut."Bagaimana kita masuk?" tanyanya.Master Yu menunjuk jembatan itu. "Hanya ada satu jalan. Tapi aku yakin

    Last Updated : 2025-05-01
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 7

    Bab 7 Ujian KegelapanMalam turun dengan pekat di Lembah Hitam. Angin dingin berembus membawa aroma tanah lembab dan kabut tebal yang menggantung rendah di antara pepohonan tua. Di tengah aula utama, Lei Tian berdiri dengan tatapan tajam, menunggu instruksi dari Tetua berjubah ungu."Ujian pertamamu adalah menghadapi ketakutan dan kelemahanmu sendiri," ujar Tetua itu. "Kau harus memasuki Ruang Kegelapan, tempat di mana bayanganmu akan menguji tekad dan kekuatanmu."Master Yu, yang berdiri di dekatnya, mengerutkan dahi. "Ujian ini tidak main-main. Jika kau gagal, bukan hanya tubuhmu yang terluka, tetapi juga jiwamu."Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Aku siap."Tetua berjubah ungu mengayunkan tangannya, membuka sebuah pintu batu besar di ujung aula. Dari dalamnya, kegelapan pekat merayap keluar, seolah memiliki nyawa sendiri. Aura mencekam seketika memenuhi ruangan."Masuklah," kata Tetua itu. "Dan jangan biarkan dirimu ditelan kegelapan."Lei Tian melangkah maju. Begitu kakinya melewati

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 8

    Bab 8 Pemburu dan Bayangan-----Dua pria berpakaian hitam dari Sekte Langit Suci berjalan perlahan di jalur berbatu, mata mereka tajam menyisir kegelapan."Tempat ini terlalu sunyi," bisik salah satu dari mereka."Itu berarti kita semakin dekat," jawab rekannya.Di balik bayangan pepohonan, Lei Tian mengamati mereka dengan napas tertahan. Tubuhnya telah menyatu dengan kegelapan, nyaris tidak terlihat. Ini adalah ujian nyata dari teknik penyembunyian yang baru saja ia pelajari.Master Yu, yang bersembunyi di sisi lain, memberi isyarat kecil dengan jarinya. "Jangan gegabah. Amati mereka dulu."Lei Tian mengangguk dalam hati. Matanya tidak lepas dari gerakan dua pria itu."Kita berpencar," kata salah satu pria. "Kau cari di sisi kiri, aku ke kanan."Pria yang lebih besar berbalik dan melangkah ke arah tempat Lei Tian bersembunyi."Sial," batin Lei Tian.Jika pria itu mendekat sedikit lagi, ia bisa menemukan jejak keberadaannya. Lei Tian harus bertindak cepat.---Serangan dalam Kegelapa

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 9

    Bab 9 Langkah di Dalam BayanganLei Tian turun ke hutan dengan langkah ringan. Kabut membantu menyamarkan pergerakannya, tapi ia tetap waspada.Di depan, dua pria berpakaian hitam tengah berbisik. Salah satu dari mereka memegang gulungan kertas, mungkin berisi informasi yang akan dikirimkan kembali ke sekte mereka.Lei Tian mendekat lebih jauh, lalu bersembunyi di balik batang pohon."Tuan Muda Guo sudah memerintahkan kita untuk memastikan keberadaan mereka," kata salah satu pria itu. "Jika benar mereka berada di sini, kita harus segera mengirimkan sinyal."Lei Tian mengerutkan kening. 'Tuan Muda Guo?'Nama itu tak asing baginya. Guo Han, putra tertua dari pemimpin Sekte Langit Suci. Salah satu pendekar muda paling berbahaya di dunia persilatan."Aku mendengar bahwa pemuda bernama Lei Tian itu memiliki Kitab Seribu Bayangan," kata pria kedua, suaranya begitu jelas. "Jika benar, kita harus menangkapnya hidup-hidup. Tuan Muda Guo ingin menghadapinya sendiri."Lei Tian mengepalkan tinjun

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 10

    : Bab 10 Kedatangan Guo HanFajar menyingsing di Lembah Hitam. Udara pagi yang dingin menyelimuti sekte, namun suasana terasa panas oleh ketegangan. Para murid telah bersiaga di posisi mereka, pedang terhunus, mata penuh kewaspadaan.Di puncak bukit, Lei Tian berdiri dengan Mei Zhu di sampingnya. Dari kejauhan, bayangan pasukan Sekte Langit Suci mulai terlihat. Barisan mereka teratur, dengan Guo Han berjalan di depan, jubah putihnya berkibar tertiup angin.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat. "Mereka sudah tiba."Mei Zhu menatap tajam ke bawah. "Jumlah mereka lebih banyak dari yang kita duga. Guo Han membawa hampir seratus orang."Lei Tian mengangguk. "Tidak masalah. Kita tetap jalankan rencana."Tetua berjubah ungu muncul dari belakang mereka. "Sudah waktunya."Lei Tian menarik napas dalam, lalu melompat turun.---Di Gerbang LembahGuo Han berhenti beberapa langkah dari pintu masuk Lembah Hitam. Ia menatap ke depan dengan tenang, matanya tajam seperti elang.Seorang pria berb

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 11

    Bab 11Seribu Bayangan, Satu Tujuan-------Tiba-tiba, satu bayangan Lei Tian melesat dari belakang, menyerang dengan kecepatan luar biasa!Guo Han memutar tubuh dan menangkis serangan itu, tetapi di saat bersamaan—"Sekarang!"Lei Tian asli melompat dari bayangan di bawah kaki Guo Han, pedangnya berkilat tajam ke arah leher lawannya!"Sialan!"Guo Han buru-buru menarik tubuhnya ke belakang, tetapi ujung pedang Lei Tian tetap berhasil meninggalkan luka tipis di lehernya.Setetes darah jatuh ke tanah.Suasana hening sejenak.Guo Han meraba luka di lehernya, wajahnya dipenuhi keterkejutan dan kemarahan.Lei Tian mengarahkan pedangnya ke depan. "Menyerahlah, Guo Han. Kau tidak akan bisa mengalahkan teknik ini."Namun, Guo Han malah tertawa kecil. "Ha-ha-ha !Jadi ini kekuatan kitab itu? Aku mengerti sekarang."Tiba-tiba, ekspresinya berubah menjadi lebih serius."Tapi kalau kau berpikir ini sudah berakhir, kau salah besar."Mata Guo Han berkilat dingin. Ia menggenggam pedangnya dengan erat

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 12

    : Bab 12Bayangan di Balik Kegelapan------Lei Tian tersenyum sinis. "Lucu sekali. Kalian muncul entah dari mana dan berpikir aku akan begitu saja memberikan sesuatu yang telah kupelajari dengan darah dan keringat?"Pemimpin itu menghela napas. "Kami sudah mengamati pertarunganmu sejak awal. Kau berbakat, tetapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi Sekte Langit Hitam."Lei Tian tertawa kecil. "Cobalah kalau kalian bisa."Srekk!Dalam sekejap, bayangan-bayangan Lei Tian bermunculan di sekelilingnya.Namun, lawannya tidak menunjukkan kepanikan. Sebaliknya, mereka berdiri dengan tenang."Teknik bayangan? Menarik, tetapi tidak cukup melawan kami."Pemimpin itu mengangkat dua jarinya, dan tiba-tiba—"Bayangan Gelap: Jaring Kematian!"Dari dalam kegelapan, bayangan hitam pekat menjalar seperti jaring laba-laba, menyelimuti area di sekitar mereka!Lei Tian langsung merasa ada sesuatu yang aneh—bayangannya sendiri mulai menghilang!"Apa?!"Salah satu dari tiga anggota Sekte Langit Hitam me

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 13

    Bab 13Rahasia yang Tersembunyi--Lei Tian mendarat ringan di ujung lain gua, tepat di depan sebuah dinding batu dengan ukiran aneh. Saat cahaya dari obor menyentuh ukiran itu, sesuatu berkilau di tengahnya—sebuah lubang berbentuk telapak tangan."Apa ini?"Tanpa berpikir panjang, ia menekan telapak tangannya ke lubang itu."KLIK!"Dinding batu bergeser, membuka sebuah lorong rahasia!"Dia kabur ke dalam!"Lei Tian tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan sisa tenaga, ia melesat ke lorong itu sebelum dinding kembali tertutup.Para pengejarnya hanya bisa menatap penuh kemarahan."Sial! Kita kehilangan dia!"Di Dalam Lorong RahasiaLei Tian berlari menelusuri lorong sempit yang gelap. Nafasnya terengah-engah, tapi hatinya berdebar penuh harapan."Apakah ini … tempat rahasia dari pemilik asli Kitab Seribu Bayangan?"Ia terus melangkah hingga menemukan sebuah ruangan besar. Di tengah ruangan itu, sebuah patung batu raksasa berdiri dengan pedang terhunus. Di sekelilingnya, ada pilar-pilar dengan

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 52:

    Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya. “Hei… masih hidup, pahlawan?”Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar. “Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.” “Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.Yara kemudian berj

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 51:

    “Aku hanya ingin... dikenang.”Lei Tian menyentuh kepala anak itu. Cahaya menyebar dari telapak tangannya.“Kalau begitu, biarkan aku... mengakhirinya dengan tenang.”Dan dalam sekejap, dunia dalam kesadaran itu hancur—bukan karena kebencian, tapi karena penerimaan.-Kabut itu menjerit.Begitu kesadaran Lei Tian masuk lebih dalam dan menyentuh inti Raja Chaos, dunia bayangan mulai retak seperti cermin dihantam palu. Retakan itu menyebar cepat, memecah lapisan demi lapisan dimensi yang melilit makhluk purba itu selama ribuan tahun.Tubuh raksasa Raja Chaos menggeliat liar di dunia luar. Dari setiap pori tubuhnya, semburan bayangan keluar bagaikan darah kotor. Jin Wu dan Yara terus bertahan, tapi napas mereka kini berat, gerakan mereka tersendat. Luka mulai menghiasi tubuh keduanya.“Dia... dia sekarat!” teriak Yara, sembari mengayunkan tongkatnya yang berpendar makin redup.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 50: Raja Chaos dari Dalam Gerbang

    Langkah kaki Lei Tian terhenti saat tanah di bawahnya menggeliat seperti makhluk hidup. Setiap jejak yang ia tinggalkan mengeluarkan suara lengket dan basah. Dunia di dalam Gerbang Ketiga ini bukan hanya gelap—ia hidup, dan ia menolak kehadiran cahaya.Yara menggenggam tongkatnya erat. Ujungnya menyala redup, mengusir sebagian kabut kelabu yang menggantung. Jin Wu berada di belakang mereka, sorot matanya tajam, tapi ada kegamangan yang tak biasa di wajahnya.“Ini… bukan dunia,” bisik Yara. “Ini... kesadaran.”Lei Tian mengangguk perlahan. “Kesadaran Raja Chaos. Inilah bentuk pikirannya… sebelum ia terperangkap ribuan tahun lalu.”Langit di atas mereka terus berdenyut seperti dinding jantung, dan dari segala arah terdengar bisikan tak berujung.“Kembali… kembali… darahmu adalah milik kami…”Tiba-tiba, tanah di depan mereka membelah, dan dari celah itu muncul sosok yang begitu tinggi hingga menyentuh l

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 49:Gerbang Ketiga dan Kelahiran Kegelapan Baru

    Hening.Setelah ledakan cahaya yang menyelimuti puncak altar, dunia seolah menahan napas. Debu masih berjatuhan perlahan. Angin berhenti berhembus. Burung-burung bayangan yang biasa berputar di atas langit Bayangan Timur menghilang—lenyap ke celah realitas.Lei Tian berdiri pelan dari reruntuhan. Napasnya berat. Luka-luka di tubuhnya menghitam dan pulih sendiri—bukti bahwa kekuatan Raja Bayangan masih mengalir dalam nadinya.“Kau menang, untuk saat ini,” bisik suara bayangan dalam benaknya. Bukan dari Raja Bayangan, tapi dari warisan kekuatan yang kini menyatu dengannya.Lei Tian menatap tangannya. Urat-uratnya tampak seperti aliran tinta hitam di atas kulit. Sesekali berkilat samar keemasan. Cahaya dan kegelapan itu belum sepenuhnya berdamai. Tapi untuk saat ini, dia bisa mengendalikannya.Tiba-tiba…DUM!Suara guntur meledak dari langit. Tapi bukan suara biasa—melainkan gema dari dimensi lain. Langit di atas altar mulai menghitam, lalu robek perlahan seperti kain tua. Retakan bercah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 48:Warisan Bayangan dan Pertarungan Jiwa

    : Langkah kaki Lei Tian terdengar berat di tengah kehancuran altar. Debu dan sisa-sisa segel beterbangan ditiup angin malam yang tajam. Matanya tak lepas dari sosok Raja Bayangan yang berdiri gagah di tengah pusaran energi hitam yang terus tumbuh dan meliuk-liuk seperti ular lapar.Raja Bayangan membuka kedua lengannya, seolah menyambut sesuatu. “Akhirnya, darahku dan darah mereka yang mengkhianatiku... bertemu dalam satu tubuh.”Lei Tian menggertakkan giginya. Nafasnya memburu, dan tangan kirinya sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi karena hawa jahat yang menyerang pikirannya, mencoba menyusup masuk ke dalam batinnya.“Aku bukan penerusmu!” seru Lei Tian lantang.Raja Bayangan tertawa. Suaranya berat dan bergema, membuat tanah bergetar pelan. “Oh, kau salah, anak muda. Kau adalah jelmaan sempurna antara terang dan gelap. Dilema abadi yang kubutuhkan untuk membuka Gerbang Ketiga.”Lei Tian melangkah maju dengan mata menyala. “Gerbang Ketiga itu akan menghancurkan dunia nyata.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 47:Kilas Balik — Asal Usul Raja Bayangan

    Gelap.Namun bukan gelap biasa. Ini adalah gelap yang terasa hidup. Gelap yang bernapas.Lei Tian mendadak kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Saat dia membuka matanya, dunia di sekeliling telah berubah. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya menghitam seperti arang, dan udara terasa berat seperti ditarik ke dalam pusaran waktu.“Apa ini…?” gumamnya, berdiri dengan langkah limbung.Sebuah suara menggema dari langit—serak, tua, dan berlapis gema aneh.“Kau dipanggil… oleh ingatan yang terikat darah. Karena kau adalah garis terakhir dari mereka yang memenjarakan Raja Bayangan.”Kata-kata itu terulang-ulang dan suaranya menggema.Dunia sekitar bergerak. Tanah bergetar dan terbuka, menampilkan sepotong kenangan: sebuah medan perang purba. Ribuan pasukan berjubah gelap berdiri melawan cahaya—pasukan bayangan melawan serdadu kerajaan langit. Suara pedang, teriakan, dan sihir memecah langit.Lei Tian terdiam, tubuhnya gemetar. “Ini… perang dimensi kuno…”Seseorang berdiri di tengah medan t

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 46: Dia yang Disegel

    Kilatan cahaya keemasan di ujung pedang Lei Tian perlahan meredup, tergantikan oleh aura gelap yang mulai merambat dari altar batu yang retak. Tanah bergetar, diselingi semburan energi hitam yang naik dari celah-celah bebatuan. Udara menjadi berat, seperti ada beban ribuan tahun yang membebani paru-paru.Lei Tian menarik napas dalam, pundaknya terangkat lalu turun perlahan. Tangannya masih menggenggam pedang dengan erat, tapi jari-jarinya tampak menegang, seolah tubuhnya bersiap menghadapi sesuatu yang jauh lebih mengerikan.“Xiao Mei… mundurlah. Ada sesuatu yang tidak beres.” Suaranya serak, tapi tegas.Dari kejauhan, Xiao Mei berdiri dengan napas terengah, rambutnya berantakan dan sebagian tubuhnya penuh goresan luka. “Tian! Aku bisa rasakan… energi di bawah altar itu bukan berasal dari dunia ini!”Cahaya di altar semakin terang—tapi bukan cahaya biasa. Itu cahaya gelap, menghisap segala terang di sekitarnya. Simbol-simbol purba di permukaan batu menyala merah darah, berputar perlah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status