Beranda / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / bab 33:Gerbang Jiwa yang Hilang

Share

bab 33:Gerbang Jiwa yang Hilang

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-04 11:03:54

Angin malam di Gurun Bayi Merah membawa aroma darah dan kematian. Di tengah luasnya padang pasir, cahaya redup bulan membentuk siluet pada struktur batu raksasa yang menyerupai gerbang purba. Di sanalah Lei Tian berdiri, tubuhnya tegap meski napasnya masih terengah akibat pertempuran sebelumnya.

Darah mengering di sisi wajahnya. Ia melirik ke bahunya yang robek akibat sabetan pedang bayangan milik Jenderal Lu Shao. Namun luka itu bukan yang paling menyiksa—tatapan hampa pada altar di belakang gerbang itu jauh lebih menyakitkan.

“Ini... tempat terakhir ayahku,” gumam Lei Tian. Suaranya nyaris tenggelam oleh desir angin gurun.

Di belakangnya, Yan Mei meraba nisan setengah tenggelam di pasir. “Jejak energi jiwa sangat kuat di sini. Tapi... ada sesuatu yang menghalangi akses ke dimensi batin.”

Lei Tian mendekat ke gerbang batu. Di atas lengkungannya terukir simbol kuno—sebuah mata hitam terbelah dua. Ia mengangkat tangan dan menempelkan telapak tangannya ke batu itu. Seketika tubuhnya ter
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Kemana Yan mei?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   167

    ---Warisan Jiwa Dua DuniaLangit masih dihiasi oleh semburat perak dan ungu saat Lian Tian melangkah keluar dari Kuil Bayangan Asli. Setiap langkahnya membuat tanah di bawahnya berpendar ringan, seolah bumi pun mengakui kekuatan baru yang kini bersatu dalam tubuhnya.Di belakangnya, pintu kuil perlahan menutup, mengunci kembali misteri-misteri dunia lama.Shen Ruya dan Yue Lian berdiri paling depan di antara para kultivator yang berkumpul. Wajah mereka dipenuhi keterkejutan, tapi juga kebanggaan yang dalam. Aura Lian Tian yang dulu selalu bergolak kini terasa seimbang—panas dan dingin, terang dan gelap, saling melingkupi.> “Kau bukan lagi orang yang sama,” ucap Shen Ruya pelan.Lian Tian mengangguk. “Aku pun tak yakin siapa aku sekarang. Tapi satu hal pasti... aku tahu ke mana aku harus melangkah.”Ia mengangkat tangannya. Dan dari dalam telapak tangannya, muncul Simbol Naga Phoenix Perak—

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   166

    i Warisan Seribu Bayangan:---Kuil Bayangan AsliLangit Fei Zhao retak seperti kaca pecah. Di atas awan gelap yang bergulung seperti ombak badai, Kuil Bayangan Asli melayang turun perlahan—bangunannya besar, lebih besar dari seluruh Istana Langit, terbuat dari batu hitam yang menyerap cahaya, bukan memantulkannya. Setiap ukiran di dinding luar kuil mengandung simbol kuno yang tampak bergerak, seolah menatap balik siapa pun yang melihatnya.Di antara para kultivator yang menyaksikan, hawa mencekam menjalar cepat. Beberapa langsung jatuh terduduk, kehilangan kendali atas energi spiritual mereka. Bahkan para tetua dari Delapan Pilar Cahaya pun mulai menunjukkan kekhawatiran di wajah mereka.> “Itu... kuil terkutuk dari zaman prasejarah.”Suara Mo Yansheng terdengar serak saat ia muncul dari teleportasi darurat bersama sisa pengawal elit Sekte Suci.Yue Lian yang berdiri di samping Lian Tian menelan ludahnya. “Apa

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   165

    Warisan Seribu Bayangan:--- Bangkitnya Delapan Tulang CahayaLangit Fei Zhao berpendar dalam warna emas dan ungu pekat, seperti menyambut kedatangan sesuatu yang terlalu tua untuk diingat, dan terlalu sakral untuk dipandang langsung. Di pelataran kuil utama, delapan tiang batu menjulang dengan suara retakan magis, membuka segel demi segel yang telah terkunci selama lima abad.Tulang Cahaya—itulah nama mereka dalam kitab-kitab kuno. Para pendiri awal Sekte Suci Naga Kembar, para kultivator tertinggi yang dulunya bersumpah menjaga keseimbangan antara cahaya dan bayangan, namun akhirnya dikorbankan demi keabadian sekte.Kini, mereka kembali.---Pertemuan Para PendiriDelapan tubuh berjubah putih kusam, wajah mereka tersembunyi dalam tudung yang meneteskan aura abu-abu. Mata mereka kosong—namun bukan berarti mereka buta. Mereka melihat… terlalu dalam, menembus waktu dan jiwa.Salah satu dari me

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   164

    Warisan Seribu Bayangan:---Serbuan Cahaya dari KegelapanLangit di atas Kota Akar Giok mendadak retak—bukan secara harfiah, tapi seolah-olah langit spiritualnya terkoyak oleh kehadiran kekuatan besar. Kabut hitam yang biasa menyelubungi kuil pusat Sekte Suci Naga Kembar terusir oleh semburat cahaya keemasan dari arah barat.Lian Tian memimpin sendiri pasukan utama. Di belakangnya, Shen Ruya, Yue Lian, dan tujuh jenderal muda dari faksi pemberontak yang kini menamakan diri Koalisi Cahaya Dalam Bayangan.“Semua posisi siap,” ujar Shen Ruya dari atas kuda api spiritualnya. “Pasukan udara akan menerobos dari utara, pasukan bayangan melilit dari selatan. Kita buka jalur tengah.”Lian Tian mengangguk. Jubah tempurnya kini berwarna perak kehitaman, bordiran naga dan burung phoenix berkilat di dadanya. Di pinggangnya, Pedang Jiwa Tertutup berdenyut halus seperti jantung kedua.> “Hari ini,” ucap Lian Tian dengan suara te

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   163

    Pengkhianatan Fei XianAroma dupa hitam masih menggantung di udara ketika Hei Zhu membuka pintu ruang meditasi pribadinya. Di belakangnya, Fei Xian menyusup masuk tanpa suara. Tatapan mereka saling mengunci dalam cahaya merah redup dari lampu giok gantung.“Kalau kau bukan pengikut sejati Sekte Suci,” Hei Zhu memulai dengan suara dingin, “kenapa kau tetap di sini?”Fei Xian tidak langsung menjawab. Ia berjalan perlahan mengelilingi ruangan, jari-jarinya menyentuh ornamen naga di dinding batu. “Karena aku sedang menunggu seseorang… yang cukup gila untuk melawan mereka dari dalam.”> “Kau pikir itu aku?”“Aku harap begitu.”Fei Xian menghentikan langkahnya di depan Hei Zhu. Cahaya lentera memantulkan siluet sayap elang yang tergurat di jubah putihnya.> “Aku dibesarkan di Balai Udara Utara,” katanya lirih. “Kami diajarkan bahwa kesetiaan mutlak adalah kemuliaan. Tapi itu semua dusta. Ayahku dihukum mat

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   162

    Warisan Seribu Bayangan:Perjamuan Berdarah di Aula Tujuh PilarAula Tujuh Pilar terletak di jantung terdalam Sekte Suci Naga Kembar. Ruangan bundar itu tidak memiliki jendela, hanya dikelilingi tujuh pilar obsidian tinggi yang masing-masing menyimpan lambang sekte kuno: Naga Ganda, Serigala Bayangan, Elang Hitam, Tikus Mata Api, Ular Darah, Burung Hantu Jiwa, dan Phoenix Terbalik.Di tengah ruangan terdapat meja batu besar berbentuk heptagon. Di atasnya, tujuh cawan emas berisi darah segar dari keturunan murni pewaris bayangan. Aroma logam menusuk udara.Hei Zhu berdiri di sisi barat laut, mengenakan jubah hitam bersulam ungu, wajahnya tenang, tapi matanya penuh waspada. Di depannya, enam pewaris lain dari faksi internal sekte menatap dingin ke arahnya.> “Hari ini kita ikrarkan sumpah bayangan,” ucap Tetua Mo Qiyan, yang memimpin ritual malam itu. Suaranya bergema oleh gema jampi pelindung yang membungkus aula.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status