Bryan masih berbicara sampai menit-menit setelahnya, mengungkapkan kebahagiaan maupun halangan dan rintangan yang pernah dia lalui bersama Nina.
Wanita itu ikut tersenyum, sesekali mengangguk sambil menatap kagum ke arah pria yang tengah berdiri di sampingnya.
Di belakang sana, Fredrinn terus tersenyum penuh haru menatap anak dan menantunya yang sedang berdiri di atas panggung. Fredrinn terharu sekaligus merasa bangga menyaksikan Bryan berbicara di hadapan ratusan orang, menceritakan lika-liku kisah cintanya. Padahal Fredrinn sangat tau bahwa anaknya itu adalah seorang playboy akut di masa lalu, namun dengan kehadiran Nina, anaknya itu bisa berubah menjadi pria setia. Fredrinn mengangkat satu tangannya di atas, memberikan jempol untuk Bryan.
Sementara itu, suara tepuk tangan dari para tamu undangan terdengar membahana di sekitar lokasi. Mereka menjadi saksi kebahagiaan suami istri itu. Termasuk keluarga dari kedua belah piha
Fredrinn mencegat Bryan yang hendak memasuki mobilnya. “Tunggu sebentar, Bry. Papa mau ngomong sesuatu sama kamu.”“Apa itu, Pa?” tanya Bryan penasaran. Bryan semakin dibuat bingung melihat ekspresi Fredrinn yang tampak was-was.“Bryan, sepertinya Pak Darsa mencurigai kamu telah membunuh anaknya,” kata Fredrinn yang sukses mengejutkan hati Bryan.“A-apa? T-tapi tadi—”“Dilihat dari gerak-geriknya dan caranya menatap kamu barusan. Apa kamu tidak merasakan hal itu?”Bryan menggeleng pelan. “Entahlah, Pa. Aku tidak terlalu memperhatikan karena aku sendiri pun gugup saat ditanya-tanya oleh beliau. Ku kira semuanya akan aman-aman saja.”Perasaan Bryan mendadak panik. Dia menelan ludah susah payah. “Pantasan saja aku juga melihat ada dua orang polisi saat aku berjalan menuju restoran hotel tadi. Apa jangan-jangan ti
“Bryan, ini Pak Darsa, ayahnya Melissa,” ucap Fredrinn seraya memperkenalkan ayah Melissa kepada Bryan. Fredrinn lalu beralih pandang kepada Darsa. “Pak Darsa, ini Bryan, anak saya sekaligus direktur yang menggantikan posisi saya di perusahaan.”Pria paruh baya yang ternyata ayah dari Melissa itu pun menyodorkan tangannya, hendak bersalaman kepada Bryan. Bryan dengan senang hati menerima uluran tangan itu. Mereka berjabat tangan dan saling melemparkan tatapan satu sama lain. Bryan menelan ludah ketika Darsa menatapnya dengan tajam penuh selidik.Darsa melepaskan genggamannya di tangan Bryan lalu melirik Fredrinn. “Maaf, Pak Fredrinn. Apa saya bisa berbicara berdua dengan Bryan?”Fredrinn mengangguk. “Oh. Tentu saja, Pak Darsa. Silakan.”Sepeninggalnya Fredrinn dari meja tersebut, Darsa kembali berbicara pada Bryan. “Kamu sudah lama ya menggantikan posisi Pak Fr
Bryan masih berbicara sampai menit-menit setelahnya, mengungkapkan kebahagiaan maupun halangan dan rintangan yang pernah dia lalui bersama Nina.Wanita itu ikut tersenyum, sesekali mengangguk sambil menatap kagum ke arah pria yang tengah berdiri di sampingnya.Di belakang sana, Fredrinn terus tersenyum penuh haru menatap anak dan menantunya yang sedang berdiri di atas panggung. Fredrinn terharu sekaligus merasa bangga menyaksikan Bryan berbicara di hadapan ratusan orang, menceritakan lika-liku kisah cintanya. Padahal Fredrinn sangat tau bahwa anaknya itu adalah seorang playboy akut di masa lalu, namun dengan kehadiran Nina, anaknya itu bisa berubah menjadi pria setia. Fredrinn mengangkat satu tangannya di atas, memberikan jempol untuk Bryan.Sementara itu, suara tepuk tangan dari para tamu undangan terdengar membahana di sekitar lokasi. Mereka menjadi saksi kebahagiaan suami istri itu. Termasuk keluarga dari kedua belah piha
Sore itu Bryan beserta keluarga kecilnya pergi ke sebuah hotel yang sudah dia sewa untuk perayaan hari jadi pernikahan. Perayaan hari jadi pernikahan Bryan dan Nina berada di tepi pantai dengan dekorasi yang nilainya fantastis.Bryan yang mengetahui kalau istrinya adalah seseorang yang mencintai bunga, maka dekorasinya juga dipenuhi dengan bunga.Dimulai dari pintu masuk yang akan dilewati oleh Nina dan Bryan, di sekitar pintu itu ada berbagai macam rangkaian bunga berwarna merah muda. Bunga-bunga itu dirangkai seolah sedang merambati pintu. Pada kursi untuk para tamu juga diberi hiasan bunga di sisi sandaran kursi yang tentunya tidak akan mengganggu duduk para tamu.Acara itu diadakan di sore hari. Bryan ingin menikmati momen matahari terbenam bersama orang terdekatnya di acara wedding anniversary-nya. Dan pilihan pesta di tepi pantai adalah sebuah pilihan yang tepat.Event organizer yang Bryan sewa, sudah membua
Pukul sebelas malam, Nina baru keluar dari kamar anak-anaknya setelah anak-anaknya itu tertidur lelap. Nina memasuki kamarnya sendiri dan berjalan menghampiri Bryan yang sudah menunggunya di tempat tidur.Bryan menatap istrinya seraya membuka kedua tangannya, ingin menyambut kedatangan Nina dengan sebuah pelukan hangat.“Anak-anak sudah tidur, sayang?”“Sudah, Mas,” jawab Nina kalem. Wanita itu terlalu nyaman berada di dalam dekapan suaminya.Bryan membelai rambut Nina dengan lembut sembari berbisik. “Kamu lelah gak, sayang? Kamu kan udah seharian berada di dapur, memasak untuk aku dan anak-anak.”“Iya, Mas. Aku agak lelah,” jawab Nina. Dia ingin dimanja-manja oleh suaminya. Bryan yang peka langsung mengeratkan pelukannya di tubuh Nina lalu mengecup pucuk kepala istrinya itu.“Hei, aku punya solusi terbaik untuk menghilangkan rasa lelahmu,
“Bi Cholifah, Bi Ilis, mulai sekarang kalian jangan sentuh-sentuh dapur lagi ya. Urusan masak-memasak biar aku yang kerjakan. Kalian berdua kerjakan yang lain saja, seperti beberes rumah dan yang lainnya, asalkan jangan memasak.”“Apa Nyonya tidak repot nantinya harus menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anak Nyonya dari pagi sampai malam?” tanya Bi Ilis.“Tidak repot sama sekali kok, Bi. Sudah ya, kalian menurut saja.”Kedua ART itu menganggukkan kepala. “Baik, Nyonya.” Setelahnya mereka berdua pun pergi dari dapur, meninggalkan Nina yang hendak membuat sarapan pada pagi hari ini.Rencananya pagi ini, Nina akan membuat pancake pisang sebagai menu utama sarapan keluarganya. Nina mengambil bahan-bahan dari lemari penyimpanan dan mulai mengadon bahan-bahan tersebut.“Loh, Bi Ilis dan Bi Cholifah mana? Kok kamu yang memasak?” tanya Bryan heran.Nina menoleh ke belakang. Melihat suaminya yang berjalan masuk ke dapur untuk mengambil segelas air.“Aku menyuruh mereka agar tidak membantuku