Di sisi lain, Derren semakin tertekan. Dia seorang diri merenung di kamarnya. Tidak ada yang peduli padanya yang kini berada di fase kesulitan itu. Derren telah membakar uang demi membantu Darsa dalam menangani kasus Bryan, tapi Darsa sekarang sudah tak peduli terhadap Derren. Padahal uang denda yang Derren dapatkan itu tidak sebanding dengan biaya yang sudah dia keluarkan selama mengurus kasus ini.“Kalau dipikir-pikir, aku rugi bandar,” gumam Derren kemudian mengusap wajahnya kasar. Dia lalu menghubungi William, ingin meminta bantuan.“Halo, Pak Derren. Ada apa?” sapa William tak ingin berbasa-basi.“Apa Bapak William punya waktu luang? Saya ingin membahas sesuatu.”“Apa tidak bisa dibahas melalui telepon saja, Pak? Saat ini saya sedang sibuk dan tidak bisa pergi kemana-mana,” jawab William terkesan tidak ramah.Derren mengambil napas panjang.“Saya… terus terang saja, saya ingin meminta bantuan kepada Bapak William. Saat ini keuangan perusahaan saya sedang krisis. Karena foto yang
Di sisi lain, Nina bersama Riko mendatangi kantor polisi. Mereka menemui polisi untuk meminta kasus Bryan kembali direvisi. “Hakim sudah mengetuk palu tiga kali, Bu. Keputusan hakim atas hasil tuntutan suami ibu itu sudah tidak bisa diganggu gugat. Kasus Saudara Bryan Lawrence telah resmi ditutup,” jawab polisi.Nina memohon dengan raut wajah yang memelas. “Tolonglah, Pak. Usut kembali kasus ini. Suami saya bukan pemerkosa. Dia tidak pernah melakukan tindakan asusila terhadap Melissa. Saya tidak terima dengan perkataan hakim yang menyebut suami saya adalah pemerkosa. Saya juga tidak terima suami saya dihukum seumur hidup.”Polisi itu memasang senyum tipis. “Ibu harus berlapang dada menerima keputusan hakim.”“Pak, saya mohon. Saya bawa banyak bukti yang bisa saja mengubah hasil tuntutan suami saya itu.”“Sekali lagi maaf, Bu. Apabila hakim telah mengetuk palu tiga kali, itu artinya keputusan telah final! Ibu harus paham itu!” tegas polisi kemudian pergi dari hadapan Nina dan Riko.Ni
Setelah berhasil melewati kerumunan awak media di area perumahannya, Derren kembali diserang oleh awak media yang lain di kantornya. Hal ini membuat Derren geram.“Mereka ini apa-apaan sih?!” sungut Derren.“Namanya juga wartawan, Pak. Mereka kan harus nyari berita,” sahut sopir.Derren menghela napas pasrah. Mau tidak mau, dia pun membuka pintu mobilnya. Ketika dia keluar dari mobil, para wartawan itu langsung berlari mengerumuninya dan menghalang jalannya yang hendak masuk ke dalam kantor.Sejumlah pertanyaan dilontarkan untuk Derren, namun tak ada satu pun dari pertanyaan itu yang digubris oleh Derren. CEO Royal Group itu memilih untuk bungkam.Wartawan kembali memberikan pertanyaan. “Pak Derren, apakah tersebarnya foto bugil milik Bapak itu ada kaitannya dengan Pak Bryan?”Mendengar pertanyaan dari wartawan membuat Derren berpikir sejenak.‘Oh ya, Bryan! Mungkin dia dalangnya. Tapi bagaimana bisa dia mendapatkan foto itu? Apakah aku dijebak saat aku mabuk waktu itu? Lalu, siapa ya
[Derren, ini sungguh kamu?][Siapa wanita yang kamu tiduri itu, Derren?][Pak Derren, coba lihat akun ini! Dia mengunggah foto bugil Bapak! Dan ada foto di mana Bapak tidur bersama seorang perempuan!][Beritanya sudah viral, Pak! Soalnya sudah tersebar dari tadi malam. Bagaimana ini, Pak? Beberapa investor kita membatalkan kerja sama]Derren memijat keningnya. Kepalanya mendadak pusing. Bagaimana mungkin ini terjadi? Derren kurang update soal berita ini, karena semalaman dia tidur cepat saking bahagianya sebab rival bisnisnya sudah tidak ada alias di penjara.Derren pun membuka beberapa situs yang membahas soal foto yang tersebar itu.“Ulah siapa ini?!” geram Derren.*Di sisi lain, di tempat yang lain, Nina dan Riko sedang berada di kamar Bryan. Riko meminta Nina agar mengakses email milik Bryan, Riko berharap akan menemukan sesuatu di dalam sana, entah itu riwayat chatan bersama Melissa ataupun yang lain.“Selama ini saya tidak pernah membuka email suami saya sendiri,” kata Nina.“K
“Pak Riko, kamu beneran sudah menipu orang sebesar 100 juta?” tanya Nina ketika Riko telah sadarkan diri.“Kok ibu tau?”“Itu tadi ada yang nyariin kamu! Dia nyuruh kamu balikin duit bosnya 100 juta! Karena kamu, kita jadi disekap di apartemen ini! Tanggung jawab kamu!”Nina terlihat marah dan kesal, sedangkan Riko merasa bersalah.“Maaf, Bu. Orang yang saya tipu itu adalah Pak William. Ini semua juga idenya Pak Bryan. Bukan salah saya sepenuhnya, Bu,” ucap Riko membela dirinya sendiri.“Terus kamu kemanakan duit itu? Kita gak bisa pergi dari sini kalau kamu belum balikin duitnya!”“Sudah saya beliin seblak, Bu.”“Ih, seblak apaan sampai 100 juta?”“Seblak yang kuahnya diambil dari pegunungan Himalaya, Bu.”“Jawab yang jujur dong, Pak Riko! Mana duitnya?”“Ada di perut saya, Bu. Bedah aja perut saya kalau ibu gak percaya.”“Ihh, menyebalkan!”Nina pasrah dengan jawaban Riko. Dia akan kalah jika adu argumen dengan pemuda itu. Akhirnya Nina sendiri-lah yang menggantikan uang milik Willi
Petugas membawa Bryan menuju penjara. Mereka melewati beberapa sel tahanan yang sudah penuh dengan narapidana. Beberapa dari tahanan itu bersorak, meneriaki Bryan, membuat Bryan sedikit takut, apalagi paras kriminal itu tampak sangar.‘Mampus aku kalau satu sel dengan orang galak. Kelar hidupku!’ batin Bryan.Begitu panjang perjalanan yang mereka lewati, membuat Bryan bertanya-tanya. “Di mana sel saya, Pak? Kalau bisa sih saya sendirian aja di sel, soalnya saya introvert, Pak. Gak bisa disatuin sama orang asing.”Petugas polisi itu menyengir. “Di saat seperti ini Bapak masih bisa melawak.”Petugas itu pun mendorong Bryan masuk ke dalam sel yang letaknya paling ujung. Di sana juga ada tiga orang tahanan lainnya.“Nikmati hari-harimu, Princess!” sindir petugas lalu pergi begitu saja.Bryan menoleh ke belakang. Dia menelan ludah susah payah ketika melihat tahanan yang akan menjadi temannya di sel ini. ‘Duh, muka mereka galak banget sih.’“Hai,” sapa Bryan canggung.Bugh!Yap, satu pukula