Home / Young Adult / Pemuas Hasrat Sang Presdir / SEKRETARIS SANG PRESDIR

Share

SEKRETARIS SANG PRESDIR

Author: Kak Upe
last update Last Updated: 2025-06-13 19:21:12

"Dee!"

Suara Bumi menggelegar di seberang telepon, menusuk gendang telinga sebelum Damian sempat mengucap sepatah kata pun.  "Kau pikir ini lelucon?" Sambitnya, getir. "Dua belas panggilan dalam dua jam—baru sekarang kau menjawab?!"

Nada getirnya menghantam tanpa peringatan. Damian sampai menggeser ponselnya sedikit dari telinga, seolah hal tersebut bisa meredam kemarahan bumi yang memancar dari seberang.

Dengusan nafas kesal Bumi masih terdengar sejenak, hingga sejurus kemudian, suaranya kembali ke mode awal- dingin dan terkendali.

"Kalau kau sudah bosan jadi wakilku, katakan sekarang. Aku bisa menggantimu dengan orang lain—misalnya, salah satu dari mereka yang nganggur tapi setidaknya bersedia mengangkat telepon."

Seperti biasa, sindirannya meluncur tajam tanpa intonasi. Benar-benar mencerminkan bos yang berhati dingin.

Sementara itu, Damian yang sudah terbiasa dengan Bumi hanya bisa menahan desisan nafasnya sambil dalam hati berkata, “dia ini sedikit-sedikit menggertak! Andaikan dia tahu jika aku sedang membujuk sekretaris barunya agar tidak resign! Aku yakin dia tidak akan mengomel tidak jelas seperti tadi. ”

Ternyata selain karena memang terpesona akan kecantikan Gilea, Damian memiliki alasan lain mempertahankannya di perusahan tersebut.

“Mr. Presdir yang terhormat.” Ucap Damian dengan sedikit sarkas, "sebelum anda mempertimbangkan tentang pemecatanku, mungkin lebih baik anda pertimbangkan tentang kenaikan untuk ku. Sebab saat ini, aku sedang bernegosiasi dengan calon sekretaris baru anda agar dia membatalkan rencana resignnya."

Damian sengaja berhenti sejenak guna memastikan setiap kata yang baru saja keluar dari mulutnya tertanam dalam di otak Bumi. Karena selain sombong dan pemarah- Bumi adalah pria yang sangat keras kepala.

"Atau... Anda lebih suka Ms Carlotta, mata-mata kesayangan nenek Anda, yang mengisi posisi itu?"Lanjut Damian pelan dan sengaja diam untuk menunggu respon yang akan Bumi berikan.

“Kalau dia memang tidak bersedia bekerja di sini, aku tinggal mencari orang lain. Ada banyak orang yang menginginkan posisi itu.” Ujar Bumi, seolah mencari sekretaris untuknya adalah hal yang mudah.

“Memang benar ada banyak orang yang menginginkan posisi itu, tapi sayang tidak ada satu pun dari mereka yang tahan dengan sikapmu.” Reflek kata-kata itu keluar dari mulut Damian, entah itu dia sengaja atau tidak, yang pasti kalimat itu telah didengar oleh telinga Bumi.

“Apa kata mu? Sepertinya kau memang sudah bosan bekerja sebagai wakil ku, Dee!” sentak Bumi, kembali dengan gertakan.

"Setiap harinya aku menghitung, setidaknya kau akan mengancamku dengan hal yang sama sebanyak lima puluh tiga kali. Dan ini masih dua kali. Itu artinya masih ada lima puluh satu kali lagi. Bee,  aku sudah kebal dengan gertakan mu itu. Jadi mari kita ke permasalahan semula.” Seru Damian menyeringai.

“Aku minta kau bisa menempatkan dirimu sebagai orang yang membutuhkan wanita saat ini. Karena mencari seorang sekretaris dengan kualifikasi sebaik dia, sangat sulit. Lagi pula ini adalah keperluan mendesak. Kita tidak mungkin melakukan seleksi lagi. Jadi tolong berikan aku sedikit waktu, untuk membuatnya berubah pikiran. Dalam lima menit aku akan sampai ke ruanganmu dengannya. Sampai jumpa lima menit lagi!" Sambung Damian yang kemudian langsung mengakhiri panggilan telpon itu begitu saja.

"Sial si Damian! Dia main matikan saja! Yang bos di sini itu aku atau dia sih?" Umpat Bumi kesal.

“Ada apa kak? Kenapa kau marah-marah? Apa kak Damian tidak bersedia kemari? Padahal aku datang jauh-jauh dari Sydney untuk menemuinya.” Ujar Joanna sambil memasang wajah sedih. Bumi yang tidak pernah tega melihat kesedihan di wajah Joanna, akhirnya melempar jauh semua rasa kesalnya demi menghibur sang adik. Bagi Bumi, Joanna tidak hanya sekedar adik sepupu, melainkan support system satu-satunya yang Bumi miliki disaat semua orang tidak mempercayainya untuk sebuah kejadian di masa lalu.

“Kau tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu. Damian akan kemari lima menit lagi. Kau duduklah dulu. Aku akan minta Lidya membuatkan jus semangka kesukaan mu.” Ucap Bumi, sambil merapikan kembali jasnya.

“Baiklah, terima kasih kak.” Ungkap Joanna ceria. Kedatangannya ke perusahan Bumi hari itu memang hanya untuk bertemu Damian. Sahabat Bumi yang sekaligus wakil Bumi di perusahan milik Bumi.

Joanna memang sudah lama menyukai Damian. Tapi pria itu, sama sekali tidak membalas perasaan Joanna. Bahkan Damian cendrung malas untuk bertemu dengan Joanna.

***

Lima menit yang dijanjikan oleh Damian sungguh terasa bagaikan lima menit yang sangat panjang. Bahkan setelah Bumi membolak balik beberapa berkas, Damian tak kunjung tiba di ruangannya

Kepala Bumi dibuat semakin pusing. Belum lagi karena tumpukan kertas-kertas di atas mejanya, ditambah dengan muka cemberut Joanna yang setiap tiga puluh detik melihat ke arah pintu- menanti Damian muncul dari sana.

“Sepertinya Dee dan sekretaris baru itu adalah dua hal yang paling aku butuhkan saat ini.” Gumam Bumi dalam hati, dan segera mengambil handphonenya untuk menelpon Damian.

Namun belum sempat panggilan itu tersambung, suara ketukan pintu pun terdengar.

Tok.. Tok..

"Masuk." Ujar Bumi yang sepertinya sudah tahu siapa yang akan datang.

Pintu terbuka perlahan, dan Damian muncul lebih dulu dengan wajah tenangnya yang khas yang disambut senyum merekah dari Joanna yang bahagia melihat pria pujaan hatinya akhirnya muncul.

Namun, kali ini bukan senyuman bahagia Joanna yang menarik perhatian Bumi melainkan sosok perempuan berbalut blouse putih sederhana dan rok hitam selutut yang berdiri tegak di belakang Damian.

“Wanita itu!” Seru Bumi dalam hati dengan perhatian yang tak berpaling sedikitpun.

"Apa yang dilakukan wanita murahan itu di sini?” Bumi berpikir keras akan semua kemungkinan yang ada mengapa Gilea bisa datang bersama Damian.

“Tunggu! Jangan katakan kalau dia- “

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   JANGAN PERNAH BERPIKIR UNTUK BERHENTI!

    Seketika Bumi teringat akan perkataan Gilea pagi ini.“Kemarin lusa aku baru saja menandatangi kontrak kerja. Dan aku ingin ke perusahaan itu untuk mengundurkan diri baik-baik. Aku tidak bisa membuat mereka menungguku sedangkan aku tidak akan pernah kembali ke sana lagi. Paling tidak berikan aku kesempatan untuk mengundurkan diri dengan benar.”“Itulah mengapa aku memberanikan diri untuk meminta izin keluar hari ini."Kata-kata Gilea terngiang di kepala Bumi. Bagaimana bisa semua sekebetulan seperti ini? Bumi kembali menatap Gilea. Sedangkan Gilea? Dia yang akhirnya tahu bahwa direktur yang diceritakan oleh Damian tadi adalah Bumi- hanya bisa menunduk penuh rasa cemas."Tuan Bee, ini dia, sekretaris barumu yang aku ceritakan tadi. Dan sebagai informasi, dia ingin mengundurkan diri. Mungkin kau bisa membuat berubah pikiran makanya aku bawa dia kemari." ujar Damian sambil menyeringai kecil, lalu menoleh ke arah wanita di sampingnya.“Kakak, dia-“ Seru Joanna terputus sebab Bumi langsu

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir    SEKRETARIS SANG PRESDIR

    "Dee!"Suara Bumi menggelegar di seberang telepon, menusuk gendang telinga sebelum Damian sempat mengucap sepatah kata pun. "Kau pikir ini lelucon?" Sambitnya, getir. "Dua belas panggilan dalam dua jam—baru sekarang kau menjawab?!"Nada getirnya menghantam tanpa peringatan. Damian sampai menggeser ponselnya sedikit dari telinga, seolah hal tersebut bisa meredam kemarahan bumi yang memancar dari seberang.Dengusan nafas kesal Bumi masih terdengar sejenak, hingga sejurus kemudian, suaranya kembali ke mode awal- dingin dan terkendali."Kalau kau sudah bosan jadi wakilku, katakan sekarang. Aku bisa menggantimu dengan orang lain—misalnya, salah satu dari mereka yang nganggur tapi setidaknya bersedia mengangkat telepon."Seperti biasa, sindirannya meluncur tajam tanpa intonasi. Benar-benar mencerminkan bos yang berhati dingin.Sementara itu, Damian yang sudah terbiasa dengan Bumi hanya bisa menahan desisan nafasnya sambil dalam hati berkata, “dia ini sedikit-sedikit menggertak! Andaikan di

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   PRIA ANEH

    Gilea berjalan cepat menyusuri koridor lantai delapan, tempat ruang HRD berada. Detak jantungnya masih belum stabil sepenuhnya sejak insiden kecil dengan pria bernama Damian tadi. Pergelangannya tangannya juga terasa nyeri kini.Gilea memeriksa pergelangan tangannya dan tersentak kaget ketika melihat pergelangan tangannya sedikit bengkak dan agak biru. Tapi Gilea tidak bisa terlalu memperdulikan sakit di tangannya, karena hal yang paling mendesak sekarang adalah menyelesaikan urusannya di perusahaan ini, lalu pergi pulang untuk menjadi babu di rumah Bumi!Dengan mantap, Gilea menggenggam map yang berisi salinan kontrak yang tak pernah ia baca itu serta surat pengunduran diri yang telah ia tulis semalam, lengkap dengan tanda tangan.Baru saja Gilea hendak masuk ke ruang HRD, seseorang memanggilnya dari belakang.“Hey! Kamu lagi!”Gilea menoleh pelan. Matanya menangkap sosok Damian yang berdiri tak jauh darinya, masih mengenakan setelan kerja yang terlihat mahal dan rapi. Tatapan matanya

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   PENGUNDURAN DIRI

    Pagi itu, Bumi sedang duduk di ruang makan ketika Gilea keluar dari kamar. Pria itu tampak santai dengan secangkir kopi di tangannya, sementara ponsel tergeletak di meja.“Hanya ada Bumi.” Batin Gilea, karena di saat itu dia tidak melihat Joanna di mana pun. “Apa Joana sudah pergi? Atau jangan-jangan dia tidak tinggal di sini?” Tanya Gilea membatin, hanya bisa menebak kemungkinan yang ada.Gilea menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian sebelum mendekat ke arah Bumi.Gilea tahu dan pastinya masih ingat bahwa Bumi telah menyebutkan dengan jelas tentang kedudukannya di rumah tersebut. Sungguh, Gilea pun tidak tertarik menjadi nyonya di rumah pria sombong-kasar-arogan-bermulut sampah seperti Bumi.Satu-satunya alasan Gilea berjalan mendekat ke arah Bumi adalah karena Gilea ingin meminta izin meninggalkan rumah itu sebentar karena dia harus membatalkan kontrak kerjanya yang baru saja dia terima.Ya! Gilea baru saja diterima kerja di sebuah perusahan besar. Hanya saja Gilea

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   MULAI TER- ASINGKAN

    Mata Gilea masih belum teralihkan dari Bumi yang saat ini sedang mengenakan kemeja hitam yang digulung hingga siku dengan rambut yang sedikit berantakan.Tatapan dingin dan penuh kemarahan yang tadi Bumi arahkan pada Gilea seketika berubah saat wanita antah berantah itu meraih tangan Bumi.Bumi menoleh ke samping. Wajahnya seketika melunak dan bahkan tampak sedikit hangat.“Joanna? Kapan kau datang? Kenapa tidak menghubungi kakak? Aku pasti akan menjemputmu,” sapa Bumi dengan nada lembut, sangat kontras dengan cara bicaranya pada Gilea.“Joanna?” gumam Gilea, membatin, matanya bergantian menatap Bumi dan wanita bernama Joanna itu.Joanna tersenyum lemah sambil merapat ke sisi Bumi. “Aku tidak ingin merepotkan, Kak. Ini hari pernikahanmu... Aku tidak mau mengganggu waktumu dengan... istrimu.” Ucapannya terdengar penuh pertimbangan, namun gerak tubuhnya—yang menggenggam lengan Bumi erat—berbanding terbalik dengan nada rendah hatinya.Bumi meletakkan tangannya di atas tangan Joanna. “Kau

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   HIPOKRIT

    Selayaknya pengantin baru, Gilea pun diboyong ke kediaman Bumi. Sepanjang perjalanan menuju rumah Bumi, tidak ada percakapan di antara mereka. Gilea yang masih terguncang enggan membuka pembicaraan, terlebih Bumi juga rasa-rasanya tidak ingin Gilea berbicara sedikit pun.Begitu sampai di rumah Bumi, pria itu segera turun dari mobil dan meninggalkan Gilea begitu saja. Gilea terdiam sejenak sebelum mengikuti langkah Bumi. Begitu masuk, Bumi sudah menunggu di samping pintu.Ia menatap tajam Gilea. Lalu..BAAM!Pintu besar itu ditutup dengan keras, suara gemanya memenuhi ruangan mewah yang luas.Gilea tidak tahu harus berbuat apa. Kakinya seolah terpaku ke lantai, membuatnya hanya bisa berdiri di depan Bumi yang sedang melepas dasi dengan gerakan kasar.Gilea tidak buta. Dia bisa melihat wajah tampan Bumi masih dipenuhi kemurkaan. Dan itu membuat tatapan Bumi semakin tajam seolah siap untuk menelannya kapan saja.“Dengar baik-baik, Gilea. Aku hanya akan mengatakan ini sekali,” kata Bumi de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status