Share

PRIA ANEH

Author: Kak Upe
last update Last Updated: 2025-05-03 01:37:27

Gilea berjalan cepat menyusuri koridor lantai delapan, tempat ruang HRD berada. Detak jantungnya masih belum stabil sepenuhnya sejak insiden kecil dengan pria bernama Damian tadi. Pergelangannya tangannya juga terasa nyeri kini.

Gilea memeriksa pergelangan tangannya dan tersentak kaget ketika melihat pergelangan tangannya sedikit bengkak dan agak biru. Tapi Gilea tidak bisa terlalu memperdulikan sakit di tangannya, karena hal yang paling mendesak sekarang adalah menyelesaikan urusannya di perusahaan ini, lalu pergi pulang untuk menjadi babu di rumah Bumi!

Dengan mantap, Gilea menggenggam map yang berisi salinan kontrak yang tak pernah ia baca itu serta surat pengunduran diri yang telah ia tulis semalam, lengkap dengan tanda tangan.

Baru saja Gilea hendak masuk ke ruang HRD, seseorang memanggilnya dari belakang.

“Hey! Kamu lagi!”

Gilea menoleh pelan. Matanya menangkap sosok Damian yang berdiri tak jauh darinya, masih mengenakan setelan kerja yang terlihat mahal dan rapi. Tatapan matanya terlihat bersahabat. Pria itu melangkah mendekati Gilea.

Gilea menunduk cepat, dia memang tidak terlalu suka beradu pandang dengan pria terutama pria yang tidak dia kenal. “Maaf, apa kamu memanggil ku?” tanya Gilea pelan.

“Tadi kamu bilang kamu baik-baik saja, tapi aku lihat pergelangan tanganmu membengkak.” Tunjuk Damian tanpa basa basi ke arah pergelangan tangan Gilea.

“Oh, ini. Ini tidak apa-apa. Cuma bengkak sedikit.” Jawab Gilea sambil menutupi pergelangan tangannya yang bengkak dengan tangannya yang satunya.

“Cuma sedikit bengkak dan sedikit biru?” Kejar Damian sambil tersenyum manis pada Gilea. “Sebaiknya kamu ikut aku dulu. Kita obati tanganmu dulu medical room di lantai bawah. Aku tidak ingin mendapat tuntutan karena telah membuat seorang wanita cantik cedera tangan.” Sambung Damian penuh gombalan.

“Terima kasih.Tapi sungguh tidak perlu. Ini juga nanti hilang sendiri. Lagi pula aku sedang terburu-buru. Maaf aku ke dalam dulu.” Cepat-cepat Gilea memutar tubuhnya untuk masuk ke ruang HRD, dia harus segera menyelesaikan urusan ini.

Damian reflek menahan lengan Gilea. “Kamu bisa mengurusnya nanti. Tanganmu lebih penting!”seru Damian.

Gilea membeku. Ia melirik ke arah lengannya yang dipegang Damian dengan tatapan risih.

“Ups! Maaf! Reflek.” Ujar Damian sungkan, buru-buru melepaskan pegangannya. Entah mengapa tangannya bisa se-reflek itu pada Gilea. Padahal saat ini saja, Damian tidak mengenal Gilea.

Gilea mengangkat wajahnya. Sebenarnya dia sudah cukup kesal dengan pria yang ada di depannya ini. Tapi karena tadi dia sudah bersalah menabrak pria ini, maka mau tidak mau Gilea harus menahan semburan cicitannya ke Damian.

Gilea mengatur nada bicara agar tetap netral. “Aku harus segera menyelesaikan urusan ini. Aku datang ke HRD untuk mengundurkan diri.” Jelas Gilea agar Damianberhenti menggangunya.

“Mengundurkan diri? Tunggu! Apa jangan-jangan kamu adalah sekretaris direktur yang baru?” tanya Damian tampak benar-benar terkejut.

“Hmm- begitulah.” Jawab Gilea dengan nada sungkan. Dia merasa tidak enak entah untuk alasan apa. Tapi ya memang begitulah Gilea, anaknya suka merasa nggak enakan untuk berbagai hal.

“Kamu serius?” ulang Damian bertanya, seolah benar-benar tidak percaya jika Gilea datang ke HRD untuk melepaskan posisi itu.

“Ya. Apa mukaku tidak pantas untuk posisi itu sehingga tidak terlihat meyakinkan?” jawab Gilea jengah dengan reaksi Damian yang Gilea rasa sedikit berlebihan untuk dua orang yang sama sekali belum mengenal.

“Bukan! Bukan seperti itu! Hanya saja rasanya tidak masuk di akal saja. Posisi yang kamu mau buang itu adalah posisi yang tidak mudah untuk didapatkan, bahkan HRD pasti melewati seleksi ketat. Aku tahu, karena aku yang menyetujui kandidat akhir bersama tim. Kau itu… top tier dari ratusan pelamar.” Jelas Damian panjang kali lebar.

“Dia yang menyetujui? Memangnya siapa pria ini? Jangan katakan kalau dia adalah direktur perusahan ini?” batin Gilea dalam hati, yang jadi penasaran siapa sebenarnya pria asing yang sedari tadi berbincang dengannya.

Melihat tatapan bingung yang tertera jelas di wajah Gilea, Damian seolah mengetahui apa yang ada di dalam kepala Gilea. “Maaf, aku lupa memperkenalkan diriku padamu. Aku Damian. Kau bisa memanggilkku, Dee. Aku adalah wakil direktur perusahaan ini.” Ucap Damian sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Gilea.

Gilea terkejut. Bagaimana dunia bisa serandom ini? Bagaimana ujuk-ujuk dia bisa bertemu dengan wakil direktur dari perusahaan besar ini!

“Kamu akan menjabat tangan ku kali ini kan?” Tanya Damian sambil menunggu tangannya dijabat oleh Gilea. “Soalnya tadi kamu sudah mengacuhkan tangan ku sekali saat di lobi.”Kelakarnya.

“Oh, maaf.” Jawab Gilea kemudian buru-buru menjabat tangan Damian.

“Namamu?” tanya Damian sambil menahan tangan Gilea yang hendak Gilea tarik dengan cepat.

“Gilea. Namaku Gilea Wijaya.” Jawab Gilea sambil terus berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Damian.

“Baiklah nona Gilea, katakan padaku alasanmu mengundurkan diri di hari pertama seharusnya kamu datang untuk bekerja.” Tanya Damian usai melepas tangan Gilea.

Gilea menatap Damian dan untuk sesaat, ia terbayang dirinya yang sedang mengatakan semuanya pada Damian. Tentang Bumi. Tentang ‘pernikahan’ yang tak pernah ia inginkan. Tentang bagaimana hidupnya seperti barang yang telah dijual oleh keluarganya.

Tapi tidak mungkin dia mengatakan itu kan?

Gilea menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku mendapatkan tawaran kerja yang lebih baik dari pada di perusahaan ini, tuan Damian.” Jawab Gilea, mengulas sebuah senyuman penuh arti. Ya! Sebuah pekerjaan yang lebih baik! Menjadi babu tanpa bayaran di rumah Nathan Aldian Bumi Wicaksono.

Sungguh sebuah pekerjaan yang diidam-idamkan semua orang di atas muka bumi ini.

Damian tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Better job ya? Hmm baiklah. Setidaknya izinkan aku mengantarmu ke ruang HRD. Kalau kamu benar-benar ingin berhenti, setidaknya biar aku pastikan mereka tidak memperlakukanmu seperti orang tak penting.” Bisik Damian, seolah-olah mereka adalah teman akrab.

Gilea menggeleng cepat. “Tidak perlu, tuan Damian. Terima kasih atas tawarannya. Itu pintu ruang HRD dan aku bisa masuk sendiri.” Tolak Gilea yang tidak ingin pandangan semakin miring padanya karena datang diantar oleh orang kedua perusahaan ini.

Jangan sampai ada yang mengira Gilea lulus karena bantuan orang dalam.

“Ini perintah. Saat ini statusmu masih pekerja di perusahan ini kan? So, kau tidak bisa menolak perintah bosmu kan?” Cecar Damian dan dengan cepat menarik tangan Gilea ke dalam ruangan HRD.

“Tapi tuan?” Gilea bahkan tidak diberi kesempatan untuk menolak. Damian benar-benar menggenggam tangan Gilea dengan erat dan membawanya masuk ke ruangan HRD.

“Siska, kemari! Tolong cek surat kontrak milik wanita cantik ini.” Ucap Damian membuat wajah Gilea sontak menjadi merah merona.

“Pria yang aneh.” Batin Gilea- hanya bisa menunduk, berharap ia dapat menghilang saat itu juga dari atas bumi ini

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 138

    Kegelapan dan keheningan yang tiba-tiba memaksa semua orang untuk mengemas barang dan pulang lebih awal. Suasana chaos itu memberikan kesempatan sempurna bagi Gilea. Hatinya masih berdebar kencang, dipenuhi oleh rasa penasaran yang membara dan sedikit ketakutan. Dia tidak langsung menuju basement. Kaki-kakinya membawanya melesat menuju lift executive, jarinya menekan tombol lantai paling atas dengan tekad bulat.Dia menemukan Bumi masih di ruang kerjanya. Cahaya dari meja kerjanya menerangi profile tegasnya, menyoroti ketegangan di pundaknya yang biasanya begitu tegak. Dia sedang menatap layar komputernya, tapi tatapannya kosong, seolah pikirannya berada sangat jauh."Bee," sapa Gilea, suaranya sedikit gemetar, memecah kesunyian.Bumi menoleh. Wajahnya yang tegang sedikit melunak melihatnya, tapi matanya masih menyimpan sisa-sisa kegelapan yang baru saja dia hadapi. "Kau sudah seharusnya pulang, Sayang," ujarnya, suaranya lembut namun berisi perintah yang tidak terbantahkan."Apa yang

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 137

    Semua berjalan seperti biasanya di keesokan harinya. Saat Gilea akan pulang, .Klik. Klak. Klik.Suara heels Gilea berdetak tak beraturan di atas karpet tebal, sebuah irama nervous yang memecah kesunyian ruang kerjanya yang nyaris kosong. Senja mulai merayap, melukis dinding dengan warna jingga dan ungu yang seharusnya menenangkan, tapi hari ini hanya terasa seperti pertanda akan datangnya kegelapan.Lalu, sebuah suara mengiris keheningan itu. Ding.Sebuah email.Subjeknya menyala seperti neon sign di kegelapan: "URGENT: Revisi Anggaran Final - Perubahan Parameter Vendor".Kata "URGENT" itu terasa seperti pukulan ke ulu hatinya. Jantung yang baru saja tenang langsung berdebar kencang, memompa adrenalin yang membuat ujung jarinya terasa dingin.Dia membukanya. Setiap kata dalam email itu terasa seperti jarum es, menusuk-nusuk kelegaan yang baru saja dia rasakan. Itu datang dari Procurement. Tersalin untuk Natasha. Semuanya terlihat sah, sempurna. Tidak mungkin ini sebuah perangkap. Kar

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 136

    Ruangan Natasha adalah sebuah benteng. Dindingnya yang kedap suara menelan setiap getaran suara, dan tirai-tirai tebal menutupi jendela, menyembunyikan aktivitas di dalamnya dari dunia luar. Di dalamnya, udara terasa pengap, berbau parfum mahal yang bercampur dengan aroma kopi pahit dan ambisi yang tak terucapkan."Jadi, bagaimana permainan kita berjalan?" Natasha tidak perlu menyebut nama. Suaranya rendah, halus seperti sutra yang diiris, ditujukan kepada sosok yang duduk di hadapannya—seseorang dengan wajah yang sengaja dibuat biasa, mudah terlupakan di antara kerumunan karyawan."Tidak begitu baik, nona," jawab orang itu, jari-jarinya tak henti memutar-mutar gelas kertas di tangannya. "Rani mulai kehilangan duri. Dan ada juga orang yang tadinya suka pada si ratu, kini mulai mendengarkan karena merasa diberikan apresiasi olehnya. Tapi proyek itu sendiri... sebenarnya macet di sana-sini. Prosedur procurement sengaja aku perpanjang, persetujuan sengaja aku buat sulit dengan jalan yang

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 135

    Ketenangan yang menyelimuti mereka terasa seperti sebuah dunia baru. Di bawah selimut lembut, dengan tubuh masih terjerat, Gilea merasakan sebuah kelegaan dan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sejak memimpin tim baru itu. Bumi membelai punggungnya dengan gerakan lambat dan menenangkan.“Aku tadi melihat semuanya,” bisik Bumi akhirnya, memecahkan keheningan yang nyaman. “Apa yang kau lakukan tadi sungguh mengesankan. Kau luar biasa.”Gilea mendekatkan kepalanya ke dada Bumi, mendengarkan detak jantungnya yang masih berdebar pelan. “Aku tidak bisa membiarkannya. Aku tahu bagaimana rasanya.”"Mungkin ingatan ku saat bersamamu telah hilang, tapi semua ingatan saat aku masih tinggal bersama keluarga ayahku, aku masih ingat semuanya. Hm,- kecuali ingatan saat aku usia enam atau tujuh tahun. Aku mengalami sebuah kecelakaan. Kata ibu tiriku, ginjal ku rusak akibat kecelakaan itu dan kak Maria memberikan ginjalnya untukku. Sejak itu aku selalu dibayangi oleh rasa beban 1 ginjal yang diber

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   (21+) BAB 134

    Dunia menyempit hingga hanya ada ruang yang mereka bagi di atas sofa kulit yang lembut itu. Desahan dan napas yang berat adalah satu-satunya suara yang mengisi keheningan rumah kaca, diselingi gemerisik daun yang seolah berbisik menikmati pemandangan mesra ini.Bumi menahannya, tubuhnya menindih dengan sempurna namun tidak menindas. Seluruh beratnya ditopang oleh lengan dan lututnya, memberikan Gilea ruang untuk bernapas, untuk merasakan. Dia adalah sebuah kuil dan Bumi adalah penyembahnya yang paling setia."Aku mencintaimu," bisiknya lagi, seolah kata-kata pertama tadi belum cukup. Kali ini, diucapkan dengan keyakinan penuh, sebuah fakta yang tak terbantahkan yang menggema di antara mereka.Bibir mereka bertemu kembali, tetapi ini bukan lagi tentang nafsu yang membara. Ini tentang pengakuan. Setiap sentuhan lidah adalah sebuah sumpah, setiap hisapan lembut pada bibir bawah adalah sebuah janji. Bumi mencintainya, dan dia menunjukkan itu dengan setiap fiber keberadaannya.Tangannya, y

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 133

    Gilea berdiri sendirian di koridor yang sepi, masih merasakan debaran jantungnya yang kencang usai membela Rani. Kelegaan dan kekuatan baru itu bercampur dengan sisa-sisa emosi yang belum sepenuhnya mereda. Dia butuh satu menit untuk sendiri, menarik napas dalam-dalam sebelum kembali menghadapi kenyataan ruang kerjanya yang penuh tekanan halus.Dia berjalan menuju pantry untuk mengambil air, pikirannya masih diselimuti oleh kejadian tadi. Saat sedang asyik terbenam dalam pikirannya, tiba-tiba sepasang lengan kuat menyergapnya dari belakang, menariknya dengan lembut namun pasti ke sebuah relung tersembunyi di antara rak arsip.Gilea nyaris berteriak, jantungnya nyaris melompat keluar dari dadanya. Namun, sebelum panic-nya memuncak, sebuah aroma familiar menyergap indranya—wangian kayu yang hangat dan maskulin, campuran parfum mahal dan esensi yang sangat melekat pada satu orang saja."Bee," desisnya, tubuhnya yang sempat tegang langsung melemas, bersandar pada dada di belakangnya. "Kau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status