Share

3. Tuduhan keji

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 10:44:17

"Apa yang ingin kau tunjukkan? Bentuk tubuhmu? Atau kakimu yang jenjang?"

Luna mengepalkan kedua tangan kuat, sampai buku-buku tangannya memutih. Tidak terima dengan tuduhan Leon yang seolah menganggap dirinya gemar memamerkan lekuk tubuh. Selain itu, Luna juga tidak menyangka Leon akan ikut turun. Pasalnya setelah menyambar kaos pria itu dan mengenakannya----Luna sempat memastikan jika Leon benar-benar masih terlelap setelah percintaan panas mereka beberapa saat lalu.

"Ini tubuhku, kau tidak berhak mengaturku harus bagaimana!" Luna sangat marah, terlebih mengetahui ada orang lain yang juga ikut mendengar tuduhan Leon padanya.

Tanpa mengalihkan pandangan dari Luna yang berdiri di ujung tangga, kaki Leon perlahan turun menapaki anak tangga satu persatu. Hingga tak berselang lama, tubuh tinggi besarnya sudah menjulang di dekat Luna yang semakin terlihat kecil. Leon masih berdiri di dua anak tangga terakhir, ketika menatap pria paruh baya yang berdiri tidak jauh dari Luna.

"Pergilah Pak Jang, biarkan aku yang menemaninya." 

Luna terhenyak, heran Leon bisa berubah selembut itu saat berbicara dengan Pak Jang----kepala pelayan di mansion pria itu.

Dua hari lalu, tepatnya setelah pernikahan itu terjadi, Leon memboyong Luna kembali ke mansion. Tetapi sejak dikenalkan pada seluruh pelayan sebagai 'Nyonya Smith', Luna hilang kepercayaan diri. Bahkan untuk sekedar menyapa mereka saja, Luna tidak sanggup. Terlalu takut menghadapi kenyataan. Dianggap telah menggoda majikan mereka. 

"Aku tidak butuh teman," ketus Luna segera pergi begitu Pak Jang sudah menjauh. 

Ia benar-benar bisa gila jika selalu berada di dekat Leon. Atau memang sudah gila, karena nyatanya sekarang mulai terbiasa melayani permainan panas pria itu di atas ranjang.

Leon memilih tidak mengikuti Luna. Setelah turun dari anak tangga terakhir, Leon justru menuju arah yang berbeda. Setidaknya sekarang tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Sehingga cukup memperhatikan Luna yang berkeliaran dari tempat persembunyiannya.

Duduk di bal stool, sambil menyandarkan punggung pada meja bar. Lewat kaca besar penyekat ruangan, Leon masih memperhatikan Luna yang ternyata tengah memakan sesuatu di meja dapur. Kondisi dapur yang terang, memudahkan Leon bisa memperhatikan Luna dengan jelas. Tapi tidak sebaliknya. Letak bar Leon yang menyimpan berbagai jenis minuman beralkohol, berada di bawah tangga yang bentuknya melengkung setengah lingkaran. Selain itu, pencahayaan sengaja Leon biarkan tamaran. 

Luna memang tidak pernah tahu ada sepasang mata yang terus mengawasi dirinya. Karena setelah mengambil sebungkus roti dan sekotak susu, ia memilih duduk di kursi dengan posisi membelakangi dinding kaca.

"Aku tidak bisa seperti ini. Persetan dengan pernikahan itu, karena memang aku tidak menginginkannya." Sambil kembali menggigit roti yang dikeluarkan setengah bagian dari dalam bungkusnya, Luna masih memikirkan cara bagaimana bisa terbebas dari Leon. 

"Tapi jika aku nekat pergi, bagaimana dengan ancaman itu? Apakah dia akan tetap baik-baik saja?" Keraguan tiba-tiba muncul, menghancurkan keyakinan yang baru saja terbangun. 

Luna dilema.

Mengedarkan pandangan ke setiap sudut dapur yang berukuran sangat luas. Luna tidak menyangka jika keputusannya datang ke mansion Leon enam bulan lalu, justru menjadi awal petaka untuk dirinya sendiri. Keinginan bisa mengumpulkan banyak uang pun sirna begitu saja. Sekarang Luna hanya berharap bisa pergi, dan kembali menjalani hidup apa adanya.

Luna berpikir berada di mansion memiliki peluang lebih besar untuk bisa kabur—setelah dipindahkan dari apartemen Leon. Lantaran Luna menganggap, selain memiliki banyak akses untuk keluar, luasnya halaman diyakini bisa dijadikan tempat persembunyian sementara sebelum sampai gerbang utama. Semua rencana sudah tersusun rapi, dan Luna yakin besok pagi-pagi sekali ia bisa memulai aksinya. 

**************

Luna yang hampir meraih mimpi tersentak, dan kembali terjaga begitu merasakan ada yang menyusup kedalam selimut yang ia kenakan. Namun, belum sempat menyingkap selimut untuk memastikan. Luna sudah lebih dulu dikejutkan dengan kedua kakinya yang ditekuk dan dibuka lebar. Spontan Luna membuka mulut, bertepatan dengan inti tubuhnya sedang dipermainkan di bawah sana. 

Dasar Binal!

Luna yakin, hanya Leon yang memperlakukan dirinya dengan sangat brengsek dan tidak tahu diri. 

"Bersikaplah layaknya istri yang baik, dengan begitu kau dan dia akan tetap kupastikan hidup." 

Luna memejamkan mata, tidak hanya sensasi yang berhasil Leon ciptakan di bawah sana. Tapi juga kalimat sialan itu kembali menari-nari di benaknya setiap kali ia ingin menolak sentuhan Leon.

Sialnya, Luna masih cukup keras kepala dengan melakukan penolakan-penolakan kecil. Walaupun sadar itu tidak akan mampu menghentikan kebrutalan Leon terhadap tubuhnya. 

"Kau tau apa yang bisa kulakukan sekalipun kau tidak menginginkannya," bisik Leon setelah berhasil mencengkram kedua tangan Luna dan meletakkan ke atas kepala.

"Kau pria brengsek, mesum, binal. Aku membencimu, Leon!"

Luna tidak mau menyerah meski tahu dirinya sudah sangat mustahil bisa terlepas dari kungkungan Leon.

"Lakukan apa yang kau inginkan. Sekarang kau istriku. Siapapun tidak ada yang bisa melarangku melakukan apa saja pada tubuhmu," bisik Leon lagi seraya meremas kasar gumpalan lembut Luna secara bergantian.

Semakin ingin menghalau gejolak yang selalu berhasil Leon hadirkan pada tubuhnya, yang ada Luna dibuat gelisah menerima sentuhan pria itu yang semakin brutal dan menuntut. Kali ini Luna benar-benar merutuki kecerobohannya yang tidak sempat berpakaian dengan benar, setelah kembali dari dapur. 

Kurangnya waktu tidur---sering diganggu Leon yang selalu memaksakan kehendaknya, membuat Luna sama sekali tidak bisa mendapatkan tidur yang berkualitas. Lantaran hal tersebutlah Luna terlihat lesu dan nyaris seperti mayat hidup. Sebelumnya Luna juga sempat tertidur sebentar di meja dapur. Karena tersentak, Luna memutuskan kembali ke kamar dan bermaksud ingin melanjutkan tidurnya yang tertunda. Namun, siapa sangka, lagi-lagi kembali diusik oleh pelaku yang sama.

"Hentikan!! Tidak bisakah kau membiarkan aku tidur dengan tenang? Sekarang bahkan hampir pagi." 

Geram. Luna mengerahkan semua tenaga untuk mendorong bahu keras Leon agar belitan di kedua kakinya terlepas. Tetapi bukannya terjadi seperti yang Luna inginkan, Leon yang sudah menenggelamkan wajah di pangkal pahanya, justru menghisap kuat bagian itu. Sontak saja, Luna yang akan kembali mendorong bahu Leon memekik tertahan.

"Kau benar-benar gila! Lepaskan aku!"

Leon menegakkan kepala. Menyingkap selimut dan melemparkannya ke lantai. Sekarang terlihat jelas bagaimana posisi mengerikan mereka dengan Leon yang kembali menenggelamkan wajah di tempat sebelumnya. Menjilat dan menggigit bagian itu secara brutal. 

Pria itu benar-benar persis seperti singa yang sesungguhnya. Pria dewasa yang selalu paham, bagaimana harus mengoyak pertahanan Luna hingga membuatnya terombang-ambing, antara ingin menolak atau hanyut dalam permainan kotor Leon.

"Tolong hentikan. Biarkan aku tidur, Le." Luna nyaris melebur jika Leon tidak juga menghentikan permainannya. "Aku mohon." Suara Luna sudah tersengal-sengal disertai lenguhan panjang. Luna benci ketika tubuhnya kembali dibuat tak berdaya. Leon memang brengsek dengan semua permainan kotornya.

"Ini hukuman untukmu berani keluar dengan hanya memakai pakaianku," lirih Leon tanpa berniat berhenti. Meski tahu Luna sudah tidak cukup bertenaga untuk menolak dirinya. 

"Kau memang tidak waras!" marah Luna di sisa tenaga. Tapi tak urung kembali mendesah nikmat. 

"Aku memang tidak waras, dan kau harus menanggung kegilaanku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   79. Perlu memastikan

    “Bukankah itu Max?” Leon terkejut begitu turun dari mobil, mengetahui keberadaan pria bertato hampir sekujur tubuh itu ada tidak jauh dari tempat pameran. Meski terhalang mobil-mobil para pengunjung, tapi Leon yakin tidak salah mengenali.Gerry yang sudah berdiri di samping Leon ikut memperhatikan arah yang sama, dan sepertinya juga menunjukan reaksi yang tidak jauh berbeda. Mustahil pria seperti Max mau repot-repot menunjukkan diri di tempat keramaian jika memang tidak ada yang diincar.“Oh sial!”Leon bergegas lari saat melihat Luna dari kejauhan. Gerry juga tak mau ketinggalan untuk ikut menyelamatkan sang nyonya.******Luna panik begitu sadar telah kehabisan peluru, sedangkan pria itu sudah semakin mendekati dirinya sambil memainkan pisau lipat milik Emma.“Kau pikir bisa lolos dariku?”“Kita tidak saling mengenal. Kenapa kau begitu ingin membunuhku?” Luna berkata gugup.Melihat pria itu belum menyerah untuk melukai Luna, tentu saja Emma tidak tinggal diam dengan menyambar satu p

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   78. Kembali diserang

    “Sepertinya nyonya belum datang.” Gerry ikut memperhatikan pengunjung yang melintas di depan mereka, dan ternyata tidak menemukan Luna ataupun Emma. “Saya akan memberitahu Emma jika Anda sudah menunggu.” Leon mengangguk setuju.Namun, sudah dua kali panggilan Emma tak juga menjawab.“Ada apa?” Leon melihat Gerry bolak-balik menempelkan ponsel ke telinga setelah memastikan layarnya.“Emma tidak menjawab, Tuan.”Leon lantas melirik arloji di pergelangan tangannya. Semalam Luna meminta izin hanya akan satu jam mengunjungi tempat itu, sedangkan sekarang sudah hampir lewat tiga puluh menit Luna belum juga terlihat datang. Sementara Emma malah mengabaikan panggilan Gerry. Leon merasa pasti ada yang tidak beres.“Tuan—”“--kita pergi sekarang.” Belum sempat Gerry menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah lebih dulu pergi seraya memberi perintah.*******“Tetap diam di tempat kalian!” Pria itu memperingatkan semua orang. “Dan kau!” Beralih pada Emma yang juga masih bergeming. “Jangan coba-coba me

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   77. Bunga istimewa

    Tidak mudah mencari tahu kehidupan seorang Leon Smith. Kendati sudah bukan rahasia umum lagi pria itu memiliki kebiasaan bergonta-ganti wanita, tapi sampai detik ini belum ada yang tahu pasti siapa wanita yang sedang bersamanya dan memiliki hubungan khusus dengannya. Atau memang tidak pernah ada komitmen setia dalam diri pria seperti Leon.Selain Ayumi, ada beberapa wanita dari kalangan pebisnis maupun artis yang mengaku pernah memiliki hubungan dekat dengan Leon. Namun, Leon sendiri enggan menanggapi kabar tersebut. Tidak hanya sulit didekati, Leon juga terlalu dingin pada siapa saja, tak terkecuali para pemburu berita yang ingin mengulik kehidupan pribadinya.Sampai ketika berita kehamilan Ayumi mencuat ke publik, tidak sedikit yang menduga Leon lah ayah bayi itu. Pasalnya jika dihitung dari usia kehamilan Ayumi, dan hari dimana wanita itu menyebut dirinya tengah memiliki hubungan Leon. Untuk itu tidak heran jika Leon kandidat yang paling tepat."Belum diketahui dengan siapa dia tin

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   76. Mata-mata

    Hari sudah lewat tengah malam, tapi Luna belum juga bisa tidur setelah keluar dari ruang rahasia Leon dua jam lalu. Luna masih belum tenang memikirkan untuk apa Leon menyimpan senjata sebanyak itu. Belum lagi rasa penasaran akan rahasia Leon, benar-benar membuat Luna terus memikirkannya."Aku ragu kematian Nyonya Lauren ada hubungannya dengan Pak Jang. Dilihat bagaimana sikap Leon begitu menghormati Pak Jang, sepertinya semakin tidak mungkin." Lelah hanya duduk bersandar di ranjang, Luna memilih bangkit lantas berjalan mendekati pintu balkon."Lalu bagaimana dengan Kak Emma? Bukankah mereka berteman?"Pertanyan itu masih saja mengusik Luna, sebagaimana yang ia ketahui, Emma dan Leon bahkan sudah berteman sejak remaja. "Astaga! Atau jangan-jangan dia?"Tiba-tiba saja Luna merasakan panas di sekujur tubuh. Pendingin ruangan seakan tidak mampu menghalau rasa panas yang sekarang menjalar hingga pembuluh darah. Luna lantas membuka satu daun pintu kaca, demi mendapat udara dari luar. "Te

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   76. Bimbang

    Luna jadi tahu apa fungsi ruang rahasia Leon. Digunakan untuk penyimpanan senjata-senjata mematikan. Ternyata selain dingin dan menyebalkan—Leon memiliki hobi diluar nalar manusia dengan menjadi kolektor senjata api."Apa dia segila itu?" Belum hilang keheranan Luna atas apa yang dilihatnya.Pemikiran sederhana Luna belum bisa memahami untuk apa Leon menyimpan senjata sebanyak itu, dengan jenis yang sama."Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan setelah aku mengetahui semua ini." Luna kembali bermonolog. "Yang terpenting aku harus bisa membuatnya tunduk, dan menuruti apa saja yang aku inginkan." Untuk pertama kali seringai licik muncul di ujung bibir Luna, mengingat rencana yang sudah tersusun rapi di kepala. Kali ini Luna harus berhasil, lantaran tidak hanya untuk keselamatan dirinya, melainkan juga seseorang yang sampai saat ini masih sering ia khawatirkan. Sadar tidak bisa pergi dari jalan manapun, Luna mulai berpikir cerdas dalam menentukan sikap. Jika tidak bisa melepaskan diri

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   75. Hal tak terduga

    Luna sudah berdiri di depan pintu ruang rahasia Leon. Setelah mendorongnya, dan terbuka, Luna tidak langsung masuk. Melainkan mencari tahu bagaimana bisa membuka pintu itu lagi ketika dirinya sudah ada di dalam. "Apa mungkin ada tombol tertentu di dalam?" Luna dilema. Masih sangat takut untuk masuk lagi. Tapi juga tidak bisa menunda waktu demi menuntaskan rasa ingin tahunya. Luna harus bergerak cepat sebelum Leon kembali.**********Leon mengendarai sendiri kendaraan roda empatnya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Gerry. Leon memutuskan memutar arah untuk menuju suatu tempat.Suara mesin mobil Leon berdengung sangar, saat membelah jalanan yang sepi di bawah naungan langit cerah. Cepatnya laju kendaraan setara angin beliung yang bisa menyapu jalanan ketika melintas. Leon yang sudah tidak sabar ingin segera sampai tujuan, tidak mengurangi kecepatan sedikitpun meski kondisi jalan menikung. Tak ayal lantaran ketidak sabarannya itu, mobil Leon sempat menabrak pembatas jalan, lan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status