Share

Bab 46

Author: Liyusa_
last update Last Updated: 2025-08-29 19:00:44

Maya justru menggenggam lebih kuat. Tatapannya menelusuri wajah Alya, lalu berhenti di leher gadis itu. Bekas samar kemerahan yang pagi tadi sudah ia lihat, kini semakin jelas.

“Seneng ya kamu? Berangkat di antar, pulang dijemput.” Senyum miring tersungging di bibir Maya, penuh ejekan. “Sebenarnya ada hubungan apa kamu sama Revan, hah?”

Alya menggigit bibirnya, menunduk. “Nggak ada apa-apa, Ma. Jangan salah paham.”

Maya mendengus sinis, wajahnya semakin dekat. “Nggak ada? Kamu pikir aku nggak liat? Tanda di leher kamu itu apa? Luka jatuh? Atau hasil main gila sama Revan?” suaranya ditekan, penuh racun.

Alya mengerjap panik, wajahnya memucat. “M-maksud Mama apa? Tanda apa?” suaranya bergetar, berusaha mengelak.

Maya menyeringai sinis. Dengan kasar ia menarik kerah baju Alya, menyingkap bagian leher yang tadi berusaha disembunyikan gadis itu. Bekas merah samar langsung terlihat jelas.

“Ini ap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 52

    Air matanya kembali menetes. “A-aku beneran nggak sengaja, Pa… Alya ditabrak orang di depan supermarket…” suaranya lirih, hampir tenggelam.Arman terdiam sejenak, menatapnya dalam-dalam. Ada sesuatu di nada suara Alya yang membuatnya yakin gadis itu tidak sedang mengarang.Sementara Maya mendengus sinis. “Hah! Alasan lagi! Orang macam apa yang bisa nabrak kamu sampai belanjaan rusak begitu?!”Arman melirik istrinya dengan tatapan tajam. “Maya, udah jangan di perpanjang lagi!. Alya, Papa percaya sama kamu, tapi lain kali kalau ada apa-apa, jangan diam aja. Kamu harus cerita.”Alya menelan ludah, air matanya masih menetes, bahunya bergetar. Dengan suara lirih yang nyaris hilang, ia mengangguk pelan.“I-iya, Pa…”Arman menghela nafas panjang. Ia menatap Alya sejenak, lalu berbalik masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa-apa lagi.“Jangan senang dulu kamu!” ujarnya sinis, melipat tangan di dada.

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 51

    “Argh!” Rafi meringis, tubuhnya terhuyung sedikit karena Alya tiba-tiba menginjak kakinya dengan kuat. Sehingga membuat cekalan di lengan Alya pun otomatis terlepas.Tanpa menunggu sedetik pun, Alya langsung berbalik dan berlari secepat mungkin. Nafasnya memburu, jantungnya serasa mau meledak. Plastik belanjaan di tangannya berguncang hebat, sebagian hampir sobek, tapi ia tak peduli. Yang penting sekarang hanyalah menjauh sejauh mungkin dari Rafi.“ALYA! Berhenti!” teriak Rafi dari belakang, suaranya keras dan penuh emosi. Namun Alya sama sekali tak menoleh. Air mata tipis sudah menggenang di sudut matanya, tubuhnya gemetar ketakutan.Rafi masih berusaha mengejar, meski langkahnya sedikit pincang. Nafasnya terengah, keringat bercucuran di kening. “Alya… berhenti kamu!!” teriaknya lagi, suaranya terdengar putus asa bercampur amarah.Namun belokan demi belokan di gang sempit itu membua

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 50

    “Nanda…?” ucap Alya lirih, nyaris tak percaya.Perempuan itu tersenyum tipis, wajahnya terlihat lelah tapi matanya berbinar. “Hai, Alya.”Alya mengerutkan kening, langkahnya mendekat. “Kamu kok tau rumahku di sini?”Nanda terkekeh pelan, “Hehe… aku nyari di data mahasiswa di kampus. Kan alamat kita semua tersimpan di sana.”Alya spontan menegang, matanya membesar. “Kamu buka data kampus?”Nanda mengangguk, seakan itu hal biasa. “Iya. Tenang aja, nggak ada yang tau kok. Aku tadi dapat nomor kamu juga terus aku telfon, tapi nggak aktif. Jadi nya aku datang kesini.”Alya menatap Nanda tak percaya, lalu menarik napas pelan. “Terus kamu kesini mau ngapain, Nan?”Nanda menyengir, ekspresinya santai seperti tidak ada yang aneh. “Mau pinjam catatan kamu, lah. Besok kan ada pelajaran dosen killer itu, aku nggak mau kosong lagi.”Alya masih menatapnya dengan raut bingung. “Jadi kamu

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 49

    Alya menelan ludah, bibirnya terbuka hendak memberi jawaban, tapi sebelum sempat bersuara, Maya kembali bicara. “Kenapa baru turun sekarang?” ucapnya datar, seolah pertanyaan barusan hanya basa-basi sarapan. Alya terdiam. Matanya membesar seketika, nafasnya yang sempat tertahan kini terlepas dalam helaan panjang. Ia sadar, pertanyaan itu bukan soal semalam tapi hanya soal keterlambatannya sarapan. Setelah sarapan selesai, Papa sudah kembali tenggelam dengan korannya di ruang tamu, sementara Revan bangkit lebih dulu, berlalu ke kamarnya tanpa banyak bicara. Alya masih sibuk mengunyah suapan terakhirnya. Maya yang biasanya selalu pergi setelah sarapan, justru berdiri dan mulai mengumpulkan piring-piring kotor. Alya sempat heran, biasanya Maya selalu nyuruh dirinya untuk beresin, bukan dirinya sendiri. Dengan ragu, Alya ikut bangkit, mengambil piring-piring dari meja untuk membantu. Saat Maya meletakkan piring terakhir di wastafel, ia berhenti sejenak. Punggungnya masih menghad

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 48

    Maya terlonjak kaget mendengar suara berat Revan. Tubuhnya menegang, lalu buru-buru berbalik.“Re-revan…” suaranya gugup, matanya berusaha mencari alasan. “Aku cuma mau liat Alya, udah tidur apa belum.”Revan berdiri dengan tangan terlipat di dada, tatapannya dingin menusuk. Senyumnya tipis, penuh sindiran.“Urusan sama kamu apa, sampe ngecek kamar orang tengah malam cuma buat mastiin udah tidur apa belum?”Maya menelan ludah, jelas kebingungan dengan tatapan itu. “Kan dia anakku. Jadi kayaknya wajar aja kalau aku mau liat dia.”Mata Revan makin menyipit, nadanya semakin tajam.“Kalau kamu jatuhnya malah nggak wajar, sih. Kemaren-kemaren juga kayaknya kamu nggak sampe ngecek-ngecek kayak gini, kan?”Maya menggigit bibirnya, gugup. “Emangnya salah kalau orang tua ngecek kamar anaknya sendiri?” suaranya meninggi, mencoba membela diri.Revan melangkah lebih dekat, hingga

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 47

    Alya menatapnya dengan mata bergetar. “Tapi Van… ini salah” suaranya lirih, seperti berusaha menolak, meski tubuhnya sama sekali tak bergerak menjauh.Revan menatap Alya lekat, sorot matanya gelap namun penuh keyakinan.“Kalau ini salah,” suaranya rendah, menekan tiap kata, “kenapa kamu mau? Bahkan kemarin kita udah ngelakuin itu.”Wajah Alya memerah seketika, nafasnya tercekat.“A-aku…” lidahnya kelu, tak sanggup menyanggah.Revan tidak memberi kesempatan. Ia langsung menunduk, bibirnya menutup bibir Alya dengan ciuman yang dalam, panas, dan tak memberi ruang untuk menghindar.Alya sempat menahan, tangannya mendorong dada Revan. Tapi semakin ia melawan, semakin kuat Revan menariknya. Tubuh Alya pun akhirnya menyerah, tenggelam dalam tekanan ciuman yang membuat nafasnya tercekat.Revan perlahan mendorong tubuh Alya ke belakang, membaringkannya di ranjang. Gerakannya tak kasar, tapi penuh kuasa. H

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status