Bab 89

Alya duduk di ruang tunggu dokter kandungan dengan jantung berdebar kencang.

Ini pertama kalinya ia memberanikan diri datang setelah tahu dirinya hamil. Selama berminggu-minggu, ia hanya menunda-nunda, menekan ketakutan dengan alasan kesibukan kuliah.

Tapi belakangan, pikirannya terlalu kacau, sering menangis sendiri, sering cemas hingga sulit tidur.

Ia takut itu berimbas pada janin di dalam perutnya. Karena itu, siang itu, setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya, ia melangkah ke klinik kecil yang tidak terlalu jauh dari kampus.

Ketika namanya dipanggil, kakinya terasa berat. Namun ia tetap masuk, menutup pintu ruang dokter dengan tangan gemetar.

Pemeriksaan berjalan singkat, tapi setiap detiknya terasa panjang.

Gelombang suara alat USG, layar hitam putih yang menampilkan bayangan samar, dan kalimat dokter yang menenangkan, semua itu menusuk perasaannya.

Ada kehidupan kecil di sana, nyata, bergerak halus.

Air matanya nyaris jatuh ketika dokter berkata, “Janinnya sehat. Jangan ter