Pria paruh baya itu tersenyum senang, siapa sangka anaknya benar-benar jatuh hati dengan anak sahabatnya. Mesipun terlambat setidaknya mereka bisa bersama. “Kelihatanya kamu sangat mencintai Alea.” Ujar Papa sambil menatap Adrian. “Sangat Pa, Alea begitu baik, perhatian, penurut berbeda sekali sama Gina.” Adrian terus memuji Alea membandingkannya dengan Gina di hadapan sang Papa. "Gina sangat ambisius akan karirnya." Sahut Papa. Pria itu teringat akan sikap Gina ketika dia meminta memantunya itu untuk tidak bekerja. Adrian dan Papanya asik mengobrol hingga tak terasa malam semakin larut. “Tidurlah sudah malam, Alea pasti menunggumu.” Kata Papa. “Papa tahu jika Adrian tidur di kamar Alea.” Adrian mengusap tengkuknya, dia kira kedua orang tuanya tidak tahu aksinya setiap malam. “Papa juga pernah muda.” Sahut sang Papa sambil tertawa. Adrian bergegas kembali ke kamar, saat dia masuk, ternyata Alea sudah tidur. Ingin sekali meniduri kekasihnya tapi melihat wajahnya yang lelah A
Alea mendorong tubuh Adrian, dia bergegas membenahi kemejanya serta bra yang terbuka. “Nyonya.” Ucapnya gugup. Sementara Adrian menatap Gina marah. “Ada apa kemari! Mengganggu saja!” Maki Adrian. Kesal karena dibilang pengganggu, Gina berjalan mendekat. Plak… Sebuah tamparan mendarat di pipi Alea. “Sayang.” Netra Adrian melotot melihat kekasihnya di tampar oleh Gina “Apa yang kamu lakukan Gina!” Teriak Adrian. Pria itu mengepalkan tangannya, Dan sebuah tamparan juga mendarat di pipi Gina. “Aku tidak pernah mau memukul wanita tapi kalau kamu menyakiti kekasihku, aku akan membalasnya!” Adrian menunjuk Gina dengan tangannya. Sambil memegangi pipinya yang panas, Gina tak terima. “Aku istrimu Mas!” Kata istri membuat Adrian tertawa, “Apa? Istri?” Tatapan Adrian semakin tajam. Geram sekali dengan Gina yang masih menganggap dirinya adalah istri Adrian.“Sekarang aku tanya, istri mana yang tidak peduli sama suaminya, istri mana yang memilih melayani atasannya daripada suaminya,
“Alea!” Kedua mata Rian membulat, dia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin wanita yang telah diusir muncul disini kembali. “Sayang bukankah kamu berada diluar…” Belum selesai dengan kalimatnya sebuah tamparan sudah mendarat di pipinya. Sudah lama tangannya ingin memukul suami bajingannya itu. Dan hari ini, dia bisa melakukannya. “Jangan panggil aku sayang! Sakit telingaku mendengarnya!” Tatapan tajam Alea mengarahkan ke arah Rian. Tak hanya tatapan Alea, para petinggi perusahaannya juga menatap Rian dengan sinis. Selama ini mereka telah dibohongi. Pantas saja Alea tidak pernah muncul di perusahaan. “Dasar bajingan!” Wanita itu kembali menampar Rian. Pria yang pernah jadi suaminya itu hanya diam, dia kali ini benar-benar tamat. Kebusukannya telah terungkap, aset yang dialihkan kembali ke tangan pemiliknya. Adrian yang melihat adegan Rian dan Alea tersenyum penuh kepuasan, meskipun tidak memiliki dendam pada Rian tapi dia juga geram akan sikapnya. A
Di dalam kamarnya Alea termenung di balkon, pembicaraan Adrian dengan keluarganya membuat Alea bingung. Gina telah hamil, dan sekarang statusnya semakin tak jelas. Air matanya tak terasa menetes, baru saja merasakan bahagia kini Alea harus bimbang lagi. Di balkon kamar samping, Adrian juga termenung di balkon, kehamilan Gina juga membuatnya tak tenang. Kini untuk memberikan status pada Alea dia harus menunggu beberapa bulan lagi. Satu bulan telah berlalu, hari ini adalah hari terakhir Rian menebus perusahaannya. Hingga sore hari Rian tidak datang ke perusahaannya sehingga Adrian beserta anak buahnya datang ke perusahaan Rian untuk mengambil alih gedung perkantoran yang bernilai ratusan miliar itu. “Ini perusahaanku Adrian, kamu mau apa!” Di depan Lobi Rian sudah menghadang Adrian. Dia melempar surat perjanjian waktu itu, yang mana jika Rian tidak bisa menebus perusahaannya maka otomatis perusahaan akan berpindah tangan hari itu juga. “Kamu mau ingat janji!” Teriak Adrian. “Ka
Kedua bola mata Gina membulat, mana mungkin dia hamil! Selama ini Gina telah melakukan pencegahan agar benih yang masuk ke dalam perutnya tidak tumbuh. “Saya tidak mungkin hamil Pak Aiden.” Ujarnya ragu. Pria kejam itu, akan membuangnya jika dia benar-benar hamil. “Baguslah.” Sahut Aiden. Gina naik kembali ke atas tempat tidur untuk melayani sang atasan. Pagi harinya saat Gina bangun, Aiden sudah tidak ada disampingnya, hanya segepok uang yang tergeletak di atas bantal. Dengan Adrian dia diperlakukan layaknya ratu tapi dengan Aiden dia diperlakukan seperti pelacur. Hidup memang pilihan dan bodohnya Gina memilih diperlukan seperti pelacur. “Tumben dia sudah pergi.” Gumam Gina. Tak ingin telat, Gina bergegas mandi tapi saat membersihkan area intimnya, ada bercak darah. “Darah apa ini?” Ada rasa was-was apalagi perutnya juga agak nyeri. Saat pelayan mengantar sarapan, tiba-tiba dia mual lagi, Bahkan rasa mual kali ini lebih hebat dari kemarin. Tak ingin menduga-duga apa yang t
“Aku tidak sabar melihat Rian menangis darah Mas, seorang gembel pasti kembali menjadi gembel!” Tangan Alea mengepal kuat, dendamnya bergejolak hebat. Hari keberuntungan Rian akan segera berakhir. Sakit hati yang terpendam kini mencuat, ketulusan serta cintanya dulu dibalas pengkhianatan, bukan hanya hati yang Rian sakit tapi juga hidupnya. “Simpan dulu dendammu Sayang, sudah malam waktunya kamu melayaniku.” Bisik Adrian. Seketika dendam yang membuncah menghilang, dengan kesal Alea menatap Adrian. “Kamu mesum sekali, punggungku saja masih pegal, karena.keganasan mu semalam Mas.” Tubuh Alea melemas. “Besok saja ya.” Dia memelas memohon Adrian untuk melepaskannya malam ini. Tapi bukan Adrian namanya jika tidak ada permainan di ranjang.“Aku sudah membantumu menghancurkan Rian, apa tidak ada apresiasi untukku?” Tangan Adrian menarik pinggang Alea ke arahnya. “Baiklah.” Kata Alea pasrah. Aktivitas panas mereka dimulai, sebagai bentuk terima kasih karena sudah membuat Rian diamban
Membawa amarah yang besar, Rian datang ke kantor Adrian. Dia ingin Adrian bertanggung jawab atas kerugian yang dideritanya. “Ada urusan apa kamu menemuiku Rian?” Tanya Adrian tanpa menatap tamunya. Rian mengepalkan tangan, kesal akan sikap Adrian yang sangat sombong. “Tanah yang saya beli ternyata tanya gersang yang tidak memiliki kandungan emas sama sekali.” Terlihat jika Rian menahan amarahnya. Keluhan Rian justru membuat Adrian tersenyum licik. “Benarkah?” Pura-pura tak tahu. Ekspresi cuek Adrian membuat Rian semakin kesal, dia meminta Adrian mengembalikan sertifikat perusahaannya kembali. “Aku tidak akan mempermasalahkan hal ini tapi kembalikan sertifikat perusahaanku.” pintanya. Permintaan Rian sontak membuat orang nomor satu M.A Group itu tertawa, tujuannya memang ingin mendapatkan perusahaan itu jadi mana mungkin dikembalikan? “Kalau ingin kembali bayar dulu kekurangan pembelian tanah waktu itu.” Ujar Adrian. “Kamu telah menipuku Adrian!” Seru Rian yang suda
“Tentu Adrian ikut pindah Ma, mana mungkin Adrian rela melepas Alea sendiri disini.” Senyuman licik terlukis di wajah tampan pria itu, dia tahu niat orang tuanya ingin memisahkan mereka tapi dirinya yang sudah kecanduan tubuh sang kekasih tentu tidak mau berpisah. “Kamu ini bagaimana sih Adrian, mama mengajak Alea kesini supaya tidak kumpul bersamamu tapi kamu malah ikut pindah, selesaikan dulu urusanmu dengan Gina baru bersama Alea!” Ujar Mama dengan tegas. “Adrian masih bisa menyelesaikan urusan itu tanpa harus berpisah dengan Alea.” Tak ingin mendengarkan ucapan Mamanya, Adrian menggandeng tangan Alea masuk ke dalam rumah. Pria itu langsung saja membawa Alea ke kamarnya dulu sebelum dia menikah. “Mas Mama kamu sepertinya tidak setuju jika kita tetap bersama saat ini.” Kata Alea yang sedikit tidak enak. “Tidak usah digubris, mama memang begitu seperti tidak pernah muda saja.” Sahut Adrian kesal. Tak tahu harus berpihak pada siapa Alea hanya mengangguk. Kemudian netra Alea mem
Mama dan Papa Adrian saling tatap, "Kamu Alea kan?" tanya Mama Adrian. Wanita paruh baya itu menatap Alea dengan tatapan menelisik memastikan sekali lagi apa benar jika wanita di depannya adalah anak sahabatnya. "Benar Tante saya Alea." Ujar Alea sambil menatap Mama Adrian juga. Tanda tanya menari di kepala Alea, bagaimana bisa kedua orang tua Adrian mengenalnya? "Alea ini om dan Tante sahabat papa kamu." Mereka memperkenalkan diri. Teman Ayah dan Mama? kenapa dia bisa lupa? Memori Alea berkelana mencari kenangan apapun tentang kedua orang tua Adrian tapi hasilnya nihil, dia cuma ingat kalau diajak ayahnya ke perusahaan Adrian apa. Apa mungkin ayahnya mengajaknya bertemu Papa Adrian? Ketakutan Alea perlahan memudar, dia mulai menunjukkan senyuman. Mama Adrian langsung memeluk Alea, saat itu ketika sahabatnya meninggal mereka tak bisa pulang karena kesehatan Papa Adrian waktu itu terganggu. "Maafkan kami Alea." Ujar Mama Adrian. Alea mengangguk, lagipula Mama dan