“Ini desain siapa?” tanya Arya sambil menunjukkan desain yang dibuat oleh melati. “Desain anak magang baru Pak.” Jawab direktur itu. Melihat huruf M di desain itu Arya sudah menebak, pasti desain Melati. “Panggil dia.” Titah Arya. Baru kali ini seorang Wakil CEO memanggil langsung anak magang biasanya jika ada urusan pasti lewat kepala divisi. Direktur itu menurut, dia sendiri yang turun ke bawah untuk memanggil Melati. “Siapa yang bernama Melati dipanggil Pak Arya.” Titah direktur itu. Melati yang sedang sibuk bekerja merasa was-was, ada apa lagi Arya memanggilnya apa ada hubungannya dengan malam itu lagi?“Ada apa lagi dia memanggil ku, tidak tahu apa aku sibuk.” Batin Melati lalu bangkit dari kursi kerjanya. Wanita itu berjalan menuju ruang wakil CEO, setelah di depan ruangan Arya dia mengetuk pintu yang sudah terbuka. “Pak.” panggilnya. Arya mempersilahkan Melati masuk. “Ada apa anda memanggil saya?” tanya MelatiArya menunjukkan karya Melati yang dia dapat dari direktu
Sudah seperti ini tidak mungkin mengelak Arya sudah mengenalinya. Melati penghela nafas dalam-dalam.” Benar pak.” Cicitnya lirih. “Jadi wanita itu benar kamu?” tanya Arya meyakinkan. “Iya semalam anda mabuk, saya hanya mencoba menolong tapi anda malah memaksa saya.” Jelas Melati kemudian wanita itu menatapnya dengan nanar.Dia juga meminta Arya agar tidak memecatnya. Dia anak magang yang baru masuk beberapa hari jadi dia tidak tahu Arya sebelumnya. “Saya janji Pak akan tutup mulut, tidak akan bilang pada siapa-siapa.” Pinta Melati. Tidak masalah jika Arya tidak mau bertanggung jawab dia juga tidak butuh pertanggungjawaban karena bagi Melati saat ini bekerja di perusahaan Arya jauh lebih penting. Dia sadar diri tidak mungkin menggapai sesuatu yang tinggi, jikapun Arya setuju tanggung jawab belum tentu keluarga Arya mau menerimanya karena dia hanyalah anak seorang pembantu. “Bodoh siapa yang akan memecatmu.” Sahut Arya. Seketika raut wajah Melati berubah, dia sangat senang mende
“Pak Arya datang, Pak Arya datang.” Semua staf menyambut Arya. Pria itu tersenyum menatap semua staf yang mengucapkan selamat pagi padanya.“Memangnya harus seperti ini kalau ada Bos datang?”:tanya Melati karena merasa kesal dengan aturan perusahaan tempat dia magang saat ini.“Kalau kamu tetap ingin bekerja di sini turuti saja jangan protes.” Ujar Rosa sambil menyenggol tangan Melati.Melati penasaran dengan bos perusahaannya itu dia pun menjinjitkan kaki. “Perawakan tubuhnya seperti tidak asing.” Gumamnya. Setelah Arya berlalu mereka semua bubar, Melati dan Rosa juga pergi ke meja kerja mereka. Siang itu Melati buru-buru keluar kantor dia sudah janjian dengan temannya untuk makan siang bersama. Tak sengaja di depan pintu lift CEO, dia menabrak Arya. “Maaf, maaf Pak saya nggak sengaja.” Cicitnya lalu mengambil berkas Arya yang jatuh. “Ini pak.” Melati menatap Arya. Alangkah terkejutnya dia ketika pandangan mereka bertemu. “Mas kamu….” Dia menggantung ucapannya, lalu menutup
“Sudah seminggu berlalu, kenapa kerja sama tidak segera ditandatangani?” Tanya Papa Rendy saat berada di ruang kerja menantunya. “Entah Pa, Rendy juga tidak tahu. Katanya sih minggu ini akan ditandatangani.” Sahutnya. Pria itu nampak was-was jika kerjasama mereka tidak segera ditandatangani dari mana perusahaan mereka akan mendapatkan uang untuk menggarap proyek?“Papa tidak mau tau kamu harus menyelesaikan masalah ini atau proyek ini akan gagal.” Ancam Papa Sintia. Pria paruh banyak itu keluar dengan rasa kesal terhadap menantunya. Bagaimana tidak, proyek harus segera dikerjakan jika dalam waktu 2 bulan belum ada pengerjaan otomatis perusahaan mereka akan mendapatkan denda. Setelah mertuanya pergi Rendy menghubungi Papa Adrian namun dari kemarin ponsel rekan kerjanya tidak bisa dihubungi. “Sebenarnya ada apa?” gumamnya heran. Seminggu lagi telah berlalu namun Papa Adrian masih belum bisa dihubungi beberapa kali Rendy mencoba datang ke rumah tapi pelayan mengatakan jika Tuan me
Di balkon Azalea menatap langit pikirannya pergi ke Arya yang kini tengah berada di luar negeri. “Apa yang kamu pikirkan Azalea?” tiba-tiba suara Grey terdengar dari belakang. “Aku memikirkan Kak Arya Kak, aku merasa bersalah padanya.” Cicit Azalea dengan raut wajah yang sedih.“Kita berdua memang salah.” Sahut Grey. Ada penyesalan tersendiri, kenapa waktu itu tidak langsung berbicara kalau mereka berdua ternyata ada hubungan dan kini mereka disiksa rasa bersalah pada sang kakak.Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam sudah waktunya mereka untuk mengisi perut. Di meja makan semua keluarga berkumpul. “Grey Azalea, kami belum sempat bertanya sejak kapan kalian menjalin hubungan?” tanya Adrian sambil menatap sepasang kekasih di depannya. Azalea menunduk sedangkan Grey menatap sang paman. “Semenjak Azalea pisah sama Rendy Om.” Ujar Grey. “Lalu kenapa kalian diam saja?” sambung Aira. “Kami berdua memiliki pemikiran kami masing-masing Tan, kami pikir akan merelakan cinta kami ta
“Apa maksud kamu Arya?” tatapan bingung Aiden melesat ke arah sana Putra. “Papa tanyakan saja pada Grey.” Sahut Arya. Semua orang dibuat bingung dengan ucapan Arya jelas-jelas disini tertulis jika Arya dan Azalea yang akan tunangan tapi kenapa malah jadi Grey? Grey menggeleng menatap nanar sang kakak “Apa maksudmu Kak?” Cicitnya lirih. “Sudahlah kakak tahu kalau kamu dan Azalea menjalin hubungan.” Sahut Arya. Grey terperangah mendengar ucapan sang kakak, ternyata hubungannya sudah diketahui. “Bodoh mengorbankan wanita yang kamu inginkan hanya demi aku?” Arya pun tertawa melihat kebodohan sang adik. Disisi lain dia juga sangat kesal, bagaimana mungkin Grey begitu lemah, cinta itu perlu diperjuangkan tapi mereka berdua malah mengorbankan cinta mereka untuknya. “Jadi kalian saling berhubungan?” Adrian pun tak percaya. Baik Azalea maupun Grey mereka hanya diam, tak ada yang berani bersuara. “Azalea, Azalea. Kenapa tidak bilang, kenapa harus membuat kehebohan seperti ini?” Alea s