“Kamu yakin akan merawatnya sendiri Sayang?” Tanya Aiden ragu. “Yakin hubby, Arya adalah anak yang baik, dia juga sangat menyayangi Grey dan juga Azalea.” Aira mengelus kepala Arya. Meski kurang setuju tapi Aiden tetap mengabulkan keinginan Aira, asal Aira senang dia tak masalah mengangkat Arya menjadi anaknya meski anak itu adalah anak pemuasnya dulu. Setelah makan, Aiden dan Adrian pamit ke kantor dan para istri mengantar mereka ke depan“Hati-hati.” #######Siang itu saat jam makan, Gea membawakan cemilan untuk Adrian. Sebenarnya tujuan utamanya bukan memberikan makanan untuk bosnya melainkan untuk meminjam uang. “Pak, saya ingin bicara.” Katanya sambil meletakkan tiga kotak cemilan. “Apa?” Tanya Adrian. Gea bergeming, wanita itu bingung harus memulai darimana.“Gea? Kamu jadi bicara atau hanya diam disitu?” Pria itu menutup laptopnya. “Saya mau pinjam uang Pak.” Jawab Gea. Pria itu menatap Sekretarisnya, dia agak terkejut dengan keinginan bawahannya itu. “Perusahaan ada
Adrian dan Andra mendekat, pria itu meregangkan tangannya sehingga Gea bisa melepaskan diri dan bersembunyi di belakang kedua atasannya itu. Pria itu berjalan mendekat, dia berusaha menarik tangan istrinya. Tapi Andramenepis tangan pria itu, "Jangan kasar." Ujarnya. “Jangan ikut campur urusan keluargaku!” Teriak pria itu tak terima. Bukannya ikut campur tapi mereka bertengkar di area kantor dan itu jelas menjadi urusan Adrian. “Tapi kamu memaksa orang di kantorku!” Sahut Adrian kesal. Pria itu tak memperdulikan Adrian dan Andra, dia tetap memaksa Gea agar segera pulang, karena mereka sudah ada janji dengan orang. “Aku tidak mau Mas, aku tidak mau melayani orang lain lagi!” Teriak Gea memohon. Pria itu tak menyerah, dia terus menyeret Gea. Hal ini membuat kedua pria itu kesal. Tak ingin basa basi lagi, Adrian melayangkan pukulan tepat di pipi Suami Gea. “Sudah aku bilang jangan membuat keributan di kantorku!” tatapan Adrian melesat tajam ke Suami Gea. “Brengsek! Memangnya ka
“Suami saya marah Pak, sehingga saya buat story bersama bos agar dia yakin kalau saya tidak berbohong.” Jelasnya. “Tapi bukankah jika hanya berdua seperti story kamu semalam dia akan semakin marah?” Kembali Adrian bertanya. Adrian menatap wanita itu lekat, membuat story hanya dengannya di malam hari tentu menggiring opini yang tidak-tidak seperti Alea. “Tapi di belakang saya ada satpam dan juga yang lainnya.”Adrian terdiam, dia hanya melihat sekilas saja tidak sampai mengamati. “Memang satpam dan lainnya terlihat kecil bahkan seperti bayangan saja.” Sambungnya.Karena tidak mungkin dia mengajak orang narsis bersama, fotonya dan Adrian saja Gea ambil diam-diam. Tak ingin hubungannya dengan Alea memburuk, Adrian meminta Gea untuk menjelaskan pada Alea. Kapan hari Gea sanggup menjelaskan pada Alea berarti masalah ini pun juga. Sekretaris itu mengirim pesan pada Alea, dia menunjukkan bahwa foto itu tidak hanya berdua, tapi ada satpam dan juga yang lainnya. Mendapat pesan dari Gea,
Di ruangan kerjanya Adrian melihat rekaman CCTV yang dibawa Andra. Terlihat seorang pria tak dikenal mengambil data-data penting perusahaan. “Siapa dia?” Gumam Adrian. Dia memperbesar videonya tapi orang itu benar-benar orang asing. “Kelihatannya bukan pegawai kita Mas.” Sahut Andra. Lantas siapa? Beraninya datang langsung dan mencuri data perusahaan? Pria itu mengerutkan alis, perusahaannya memiliki sistem yang tidak bisa dimasuki sembarang orang, hanya orang-orang yang memiliki id yang bisa masuk. Tapi orang ini bisa masuk, apakah itu artinya ada yang sengaja membawa pria itu masuk? Tapi untunglah data penting itu sudah Adrian tukar sebelumnya. Jadi yang diambil adalah data biasa. Dia belajar dari pengalaman sang Papa, sebelumnya ada pencuri juga dan yang diambil adalah data perusahaan. “Kamu memang pintar Mas.” Puja puji Andra. Meskipun begitu Adrian tetap meminta Andra untuk mencari pencuri tersebut. Dia ingin tahu siapa yang memerintah pria itu. Beberapa anak buah Andr
Tiiiiiit…Garis lurus terlihat di monitor, itu tandanya Abel sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Melihat Abel menutup mata di hadapannya, Aiden pun mematung dia bingung tak tau apakah meninggal atau hanya pingsan. “Bel, Abel!” Dia menggoyang tubuh Abel. “Suster, suster!” Teriaknya memanggil suster. Suster yang mendengar teriakan Aiden segera datang untuk melihat.“Periksa dia!” Sambil menunjuk Abel.“Pasien sudah meninggal Pak.” Ujar suster. Aiden tak merespon ucapan suster, dia langsung saja berjalan keluar.“Bagaimana keadaannya Mas?” Tanya Aira. “Dia sudah meninggal.” Jawab Aiden. Alea dan Aira menunjukkan ekspresi sedih, baru tadi mereka masih cerita dan kini wanita itu telah meninggal. Lalu, bagaimana dengan Arya? Siapa yang akan mengurusi anak itu? Dia masih sangat kecil untuk hidup sendiri. “Bagaimana nasib anak ini?” Alea menatap nanar anak kecil itu. “Aku akan menyuruh orang untuk merawatnya, kalian jangan khawatir karena aku akan menjamin biaya hidupnya sampai d
“Kenapa Tuan Aiden sangat kejam, keadaanku sudah seperti ini kenapa tidak membiarkan aku menemuinya?” Abel menangis di depan rumah Aiden karena setiap dia datang, satpam selalu mengusirnya. Abel putus asa, dia menggandeng tangan Arya lalu mengajak anak balita itu pergi. Tiba-tiba mobil mewah berhenti, Alea membuka jendela dan memanggil Abel. “Kak Abel.” Teriaknya. Abel menoleh, dia sangat senang karena bisa bertemu dengan Alea. “Tolong pertemukan aku dengan Kakakmu Alea, aku tidak memiliki banyak waktu lagi.” Pinta Abel dengan wajah memucat. Alea bergeming, dia bingung harus bagaimana. Kakaknya telah memberikan perintah satpam agar mengusir Abel, jika dia membawanya masuk otomatis dia yang akan dimarahi. “Maaf Kak, aku tidak berani.” Ujar Alea. Aira yang berada di samping Alea turut mengerutkan alis, siapa dia? Kenapa ingin bertemu dengan suaminya? “Dia siapa Alea? Kenapa ingin bertemu dengan suamiku?” Tanya Aira. Alea memucat, dia takut kalau Aira bertanya lebih tentang Abe