Home / Romansa / Pemuas Nafsu Sang CEO / Bab 3 Kedatangan Baron

Share

Bab 3 Kedatangan Baron

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2023-11-06 16:03:23

Sambil melamun Vira berjalan menyusuri jalanan, dia kembali teringat dengan ibunya yang sedang sakit dan harus segera di operasi.

Namun, bagaimana dia bisa membiayai pengobatan ibunya jika uang sepeser saja dia tidak punya, bahkan Vira kini terancam di pecat.

"Kemana aku harus mencari uang?" gumam Vira dengan tatapan kosong sambil terus berjalan. Namun, tiba-tiba...

Byur!

Cipratan air yang berasal dari genangan air yang terlindas mobil mengguyur bajunya. Alhasil, blouse berwarna putih bersih itu kini telah berubah menjadi warna cokelat meski tidak sepenuhnya.

"Awhhh," Vira mendesah pelan sambil mengusap pakaiannya yang sudah kotor.

Dia mengamati dirinya yang kini lebih mirip seperti seekor tikus yang tercebur got. Ingin sekali Vira membalas pengemudi sialan itu, namun sayang dalam hitungan detik mobil tersebut sudah tidak terlihat lagi.

Dengan penampilan yang terlihat menyedihkan, Vira masih meneruskan langkahnya. Kini kaki Vira melangkah memasuki gang kecil yang menghubung ke kontrakannya. Langkahnya gontai, selaras dengan hatinya yang lemas.

Dan sialnya ucapan Nathan justru kembali terngiang di telinganya, membuat Vira membuang nafasnya kasar.

"Apa susahnya meminjamkan aku uang dua ratus juta? Padahal aku bisa membayarnya dengan memotong gajiku setiap bulan. Aku yakin, jumlah uang segitu tidak ada apa-apanya bagi orang kaya seperti Nathan. Tetapi dia malah sengaja memanfaatkan keadaanku yang sedang terjepit," gerutu Vira sambil mengerucutkan bibirnya.

Vira mendesah lemah, sebelah tangannya mengusap kening yang sedikit berkeringat. Langkahnya semakin dekat ke kontrakannya, Vira terhenti ketika telinganya mendengar suara ribut di dalam sana.

"Sudah kubilang aku tidak punya uang, ayah!"

"Bohong! Aku yakin kau menyembunyikannya kan? Cepat, berikan pada ayah sekarang juga!"

"Jangan, ayah! Ini untuk biaya pengobatan ibu!"

Vira terhenyak. Ia tahu betul suara siapa yang sedang berdebat di dalam kontrakan kecilnya. Itu adalah suara Panji dan Baron, adik dan ayahnya.

"Jangan!" Suara teriakan Ningrum yang melengking dari dalam, membuat Vira segera berseru panik.

"Ibu!"

Bergegas Vira masuk ke dalam kontrakannya, membuka pintu dengan satu kali hentakan. Vira melebarkan matanya ketika melihat Ningrum yang berlutut di kaki Baron, sedangkan Baron tampak santai berdiri sambil menghitung pecahan uang lima puluh ribuan.

Vira geram melihat ayahnya mengambil uang itu, uang itu adalah uang tabungan yang ia kumpulkan untuk biaya pengobatan ibunya yang mahal.

"Ayah, jangan ambil uang itu! Nanti ibu bagaimana?" Isak Panji sambil menarik celana jeans Baron yang telah lusuh.

Baron berdecak sambil melirik ke bawah kakinya.

"Panji, ibumu itu sudah penyakitan! Tinggal tunggu mati saja dia. Untuk apa susah-susah mengumpulkan uang untuk biaya pengobatannya? Kau dan Kakakmu itu hanya akan membuang-buang banyak waktu, lebih baik uang ini kalian gunakan untuk menyenangkan ayahmu ini saja," ucap Baron lalu memasukkan semua uang itu ke dalam saku bajunya.

Ningrum yang mendengar ucapan suaminya yang begitu tega membuat dadanya terasa sesak, bahkan kedua kakinya pun terasa lemah sehingga ia terduduk dan bersandar di dinding.

"Ibu!" teriak Panji sambil menghampiri ibunya yang terisak.

"Ibu, Panji! Kalian tidak apa-apa?" tanya Vira saat menghampiri ibu dan adiknya itu.

"Virani! Kau sudah pulang, sayang? Sepertinya kau pulang lebih cepat hari ini, baguslah! Ayah memang ingin cepat-cepat bertemu denganmu," ucap Baron sambil tersenyum lebar.

Vira mendengus masam, tahu betul apa yang ayahnya maksud. Apalagi kalau bukan soal uang?

"Berikan uang itu pada ibu! Ayah tidak berhak mengambilnya. Aku mengumpulkan uang itu untuk biaya pengobatan ibu, harusnya ayah sebagai kepala keluarga membantu mencari uang untuk biaya pengobatan ibu, bukannya malah merampas yang ada!" Vira membantu Ningrum dan Panji berdiri, lalu memasang badan di depan Baron menatap dengan raut protesnya.

Vira tidak pernah ingin memiliki ayah yang tidak bertanggung jawab seperti Baron. Tapi kenyataannya, Baron si pemabuk dan tukang judi inilah ayahnya, yang bisanya hanya mengganggu ketenangan keluarga.

"Sejak dulu uang yang kamu kumpulkan selalu untuk ibu dan adikmu. Vira! Ibumu ini sudah sekarat, biarkan saja dia. Nanti kalau umurnya sudah habis, dia juga akan mati kan?" ucap Baron, wajahnya tampak begitu santai membuat Vira menggeram kesal.

"Jangan berkata seperti itu tentang ibuku! Ibuku pasti akan sembuh! Ibu akan sembuh! Kau itu seorang suami dan juga ayah, tidak pantas perkataan seperti itu keluar dari mulutmu."

Ningrum menyentuh punggung Vira dengan tangan bergetar, hatinya sakit tetapi ia tetap berusaha tegar dihadapan ke dua anaknya.

"Kenapa? Ayah mengatakan ini sesuai fakta. Bukankah penyakit ibumu itu sudah semakin parah, dokter sendiri yang bilang kalau ibu kalian akan sembuh jika ia sudah melakukan operasi transplantasi jantung." Baron menaikkan sebelah alisnya dengan santai.

"Ayah yakin, kau tahu betul berapa biaya transplantasi jantung itu. Dari pada menjadi beban, lebih baik biarkan saja ibu kalian menghadapi penyakitnya sendirian. Suruh siapa dia sakit?" ucap Baron enteng.

"Ayah! Tutup mulut ayah sekarang juga! Lagi pula ibu bukan beban di keluarga ini. Dia ibuku! Wanita yang ayah sia-siakan ini adalah ibuku! Justru ayah yang selalu mengganggu ketenangan kami. Ayah yang membuat kami susah, jika tidak ada ayah pasti hidup kami akan damai," sentak Vira.

Kesabaran Vira musnah sudah, ia tidak tahan lagi ingin segera membungkam mulut Baron.

Mendengar sentakan Vira, Baron menatap dengan bola mata yang melebar, wajahnya memerah, luapan amarah menguasai dirinya.

"Lancang sekali kau berbicara seperti itu pada ayahmu, Vira! Beraninya kau," Tangan Baron terangkat, hendak menampar pipi Vira. Tetapi Ningrum lebih dulu berseru dan menahan pergelangan tangan suaminya.

"Jangan! Jangan pernah berani menyakiti anak-anakku! Jika kau tidak bisa menjadi suami dan ayah yang baik, setidaknya jangan pernah kau melukai fisik mereka!" teriak Ningrum, matanya sudah berkaca-kaca.

Ningrum merasa jengah, pertengkaran seperti ini nyaris selalu terjadi setiap kali suaminya itu datang. Entah dimana lelaki itu beristirahat, yang jelas tempat Baron tidak akan jauh dari tempat-tempat perjudian dan penjual minuman beralkohol.

Baron mengurungkan niatnya, tetapi matanya masih menyala pada Vira yang tampak tidak takut sama sekali padanya.

"Sebaiknya ayah pergi dari sini! Aku tidak ingin melihat ayah menyakiti ibu ataupun Panji!" ucap Vira sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar.

Kembali tenang, Baron mengeluarkan korek api dari saku celana jeansnya. Ia menyalakan rokok, lalu menyesapnya dan membuang asapnya tepat di depan wajah Vira. Hingga Vira harus mendengus mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ayah akan pergi jika kau sudah memberikan ayah uang." Tangan kanan Baron menengadah di hadapan Vira.

Mata Vira tertuju ke arah sana. Mati-matian ia menahan kesal yang telah kembali menumpuk di dalam dada. Tanpa dosa Baron justru meminta uang padanya, padahal Vira kini terancam di pecat dari pekerjaannya.

Vira menghembuskan nafasnya kasar, ia merogoh tas selempang nya lalu mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan yang langsung direbut oleh Baron.

"Aku belum menerima gaji, hanya itu yang aku punya."

Vira sengaja berbohong, agar Baron percaya ia tidak memiliki uang lagi selain yang ada di tangan lelaki itu.

Baron menciumi uang itu dengan penuh kasih sayang, senyum lebar merekah di wajah tuanya.

"Terimakasih, anakku. Kau memang anak kebanggaan ayah, lain kali ayah akan datang lagi untuk menemuimu."

Vira membisu, ia hanya menatap penuh ketidaksukaan pada Baron. Ia membiarkan ayahnya pergi dari kontrakan yang sebenarnya sudah tidak layak huni ini.

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 29 Luka Memar

    Nathan kembali menyentuh wajah Vira, kali ini lebih lama, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sentuhan itu membuat Vira terusik, kelopak matanya perlahan terbuka.Begitu matanya terbuka sepenuhnya, Vira terperanjat mendapati Nathan duduk begitu dekat, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan."M-maaf, Pak… eh, maksudku, Nathan. Aku tidak tahu kalau kau sudah bangun," ujar Vira gugup. "Tak masalah," jawab Nathan singkat, suaranya terdengar tenang.Vira menunduk sejenak sebelum melanjutkan, "Dan maaf… aku tertidur di sebelahmu. Semalam kau terus menggenggam tanganku sambil mengigau jadi, aku… tidak bisa pergi.""Apa kamu bermimpi buruk? Kamu sempat mengigau sampai ingin menangis," tanya Vira pelan, menatap wajah Nathan penuh empati. "Aku lihat ada luka yang dalam di balik raut wajahmu."Nathan terdiam sejenak. Tatapannya kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu, lalu ia menggeleng perlahan. "Tidak, aku tidak bermimpi. Mungkin hanya karena terlalu kelelahan,

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 28 Flashback

    Flashback — 17 tahun yang lalu...Di sebuah taman bermain kecil yang dikelilingi pagar kayu warna-warni, tampak seorang anak perempuan berusia enam tahun duduk di ayunan, matanya terus menatap ke arah gerbang taman.Setiap sore, ia akan datang ke tempat itu—duduk menanti sosok yang selalu ia rindukan: seorang bocah laki-laki berseragam SD yang baru saja pulang sekolah.Dan seperti biasa, bocah itu datang dengan langkah cepat—seolah takut membuat gadis kecil itu menunggu terlalu lama. Nafasnya sedikit terengah, tapi senyumnya tetap terjaga. Ada semangat yang tak bisa dijelaskan tiap kali matanya menemukan sosok kecil yang duduk menunggunya di sana."Kak Adit!" seru anak perempuan itu, suaranya lantang dan penuh semangat, seperti nyanyian kecil yang menggema di antara gemericik tawa anak-anak di taman sore itu.Adit, bocah laki-laki yang baru saja naik ke kelas 2 SD, menoleh dan tersenyum lebar. Seragamnya sedikit kusut, tasnya menggantung miring di pundak, dan keringat masih membasahi

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 27 Jejak Merah

    Tanpa banyak bicara, Nathan menarik turun renda tipis yang masih menutupi mahkota keindahan milik Vira. Bibirnya mendarat dengan rakus, menyusuri lekuk itu, lalu menyentuh dan menggigit ujungnya—tidak lembut, tapi penuh hasrat. Rasa nyeri bercampur geli membuat Vira meringis, namun ia tetap diam, tenggelam dalam badai emosi yang tak terjelaskan. "Aa akkhh... Ssshhhh!"Vira mendesah, suara lirihnya pecah di antara napas tertahan. Tubuhnya gemetar, dilanda gelombang rasa yang tak mampu ia pahami sepenuhnya—antara nikmat yang samar dan sakit yang menggigit. Ada luka yang ditinggalkan oleh sentuhan Nathan, tapi ada juga percikan hangat yang memabukkan, entah berasal dari hati atau sekadar ilusi belaka.Entah setan apa yang merasuki Nathan malam itu. Tatapannya gelap, tajam, seolah ada badai yang tak bisa ditenangkan. Nathan semakin gencar. Jemarinya bergerak liar, menyusuri lembah yang tersembunyi di balik goa milik Vira. Nafas gadis itu memburu, tubuhnya mengejang ketika Nathan membuka

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 26 Pelampiasan Amarah

    Sarah dan Danu pun merasa gusar karena mereka yakin Bram pasti akan memilih Nathan sebagai penerusnya, karena Nathan merupakan anak kandungnya. "Oh, benarkah?" tanya Nathan sambil mengernyitkan dahinya. "Oh iya Nathan, bagaimana hubunganmu dengan Kayla sekarang?" tanya Bram setelah mereka selesai makan malam. "Apa maksud Papa?" tanya Nathan sambil menautkan kedua alisnya. "Bukankah kamu dan Kayla sedang menjalin hubungan?" "Pa, sudah berapa kali aku katakan kalau aku dan Kayla itu tidak memiliki hubungan apa-apa, kami cuma berteman biasa, Pa!" sahut Nathan dengan nada suara penuh penekanan. "Apa maksud kamu hanya berteman? Bukankah sudah sangat jelas jika Kayla itu sangat mencintai kamu?" "Aku tidak perduli dia mencintaiku atau tidak, yang pasti aku tidak mencintainya. Aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya!" ucap Nathan. "Nathan, Papa dan kedua orang tua Kayla sudah sepakat akan melangsungkan pertunangan kalian saat Kayla kembali dari Singapura," ucap Nathan. Sontak

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 25 Sandiwara Ibu Tiri

    Di tengah perjalanan, Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi membelah jalanan di malam yang sudah mulai larut. Kata-kata Vira terngiang-ngiang di telinganya, beriringan dengan kenangan pahit dimasa lalunya."Cinta?" gumam Nathan sambil mendengus kesal. "Omong kosong!" Senyum getir pun terbit di bibirnya.Tin! Tin!Nathan membunyikan klakson mobilnya beberapa kali di depan sebuah rumah dengan pagar besi yang menjulang tinggi.Seorang satpam bergegas membukakan pintu pagar itu untuk Nathan. Ia pun langsung mengemudikan mobilnya masuk ke halaman rumah yang terlihat sangat besar itu.Nathan menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum kemudian ia menghembuskannya secara kasar, karena sebentar lagi ia merasa tidak akan bisa menghirup udara segar saat dia sudah mulai masuk ke dalam rumah itu bertemu dengan papanya.Rumah besar yang Nathan datangi itu merupakan rumah Bramantyo, ayah kandungnya yang otomatis rumah itu juga rumah Nathan. Namun Nathan merasa enggan untuk ting

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 24 Persepsi Nathan

    Diiringi tetesan air sebagai latar suara, Nathan menatap wajah Vira yang berada tepat di depannya. Lekat dan intens, seakan-akan berusaha menyelami dua manik hitam itu yang di momen ini enggan memancarkan binar. Kemudian Nathan kembali mencium bibir Vira hingga bibir keduanya kini saling bertautan.Mata Vira terpejam, kedua tangannya kini melingkar di leher Nathan yang kokoh. Sementara tangan Nathan mulai bergerilya meraba punggung Vira yang masih terhalang bajunya yang basah.Salah satu tangan Nathan pun mulai membuka satu persatu kancing baju Vira, menyisakan bra berenda hitam yang membalut dua buah gundukan lembut milik Vira. Namun, Nathan tidak membiarkan benda itu berlama-lama menutupi kedua gundukan bukit yang indah tersebut. Dalam hitungan detik, tangan Nathan pun melepas pengait bra diselingi dengan kecupan hangat di bahu Vira, dan kini dadanya sudah benar-benar terekspos sepenuhnya.Nathan kini beralih menciumi ceruk leher Vira, menyesapnya meninggalkan beberapa jejak kepem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status