Home / Romansa / Pemuas Nafsu Sang CEO / Bab 4 Kondisi Ningrum Memburuk

Share

Bab 4 Kondisi Ningrum Memburuk

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2023-11-06 16:18:39

Bruk!

"Kakak, ibu pingsan!" teriak Panji.

Vira langsung menoleh, "Panji, kita bawa ibu ke rumah sakit sekarang! Ibu harus segera ditangani oleh dokter. Untung saja kakak tidak menyerahkan semua uang kakak pada ayah, jadi kita bisa membawa ibu berobat sekarang."

Harapan kembali tumbuh di hati Panji. Matanya berbinar menatap Ningrum yang tidak sadarkan diri.

"Baik, kak. Ayo kita berangkat sekarang."

Sesampainya di rumah sakit, perawat datang dan membawa Ningrum untuk dilakukan pemeriksaan.

Tanpa terasa air mata menetes di manik mata Vira. Gadis itu tampak lemas ketika ia melihat para suster dan dokter sedang melakukan tindakan untuk menyelematkan sang ibu.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan tersebut terbuka. Seorang wanita berpakaian serba putih menyembul keluar.

"Keluarga pasien atas nama Ibu Ningrum?" ucap suster tersebut.

"Saya sus," sahut Vira. Vira dan Panji pun langsung menghampiri suster tersebut.

"Anda keluarganya?" tanya suster tersebut.

"Iya dok, kami anak-anaknya," sahut Vira.

"Baiklah, kalau begitu silahkan kalian masuk! Dokter ingin bertemu dengan keluarga dari pasien," ucap suster tersebut.

Vira dan Panji pun saling melirik, kemudian mereka mengikuti suster tersebut untuk masuk ke dalam ruangan dimana ibunya diperiksa.

Sesampainya didalam, mata Vira langsung tertuju kepada wanita paruh baya yang masih terbaring tak sadarkan diri di atas brankar.

Dadanya terasa sesak kala Vira melihat tubuh sang ibu yang dipenuhi dengan berbagai macam peralatan medis. Semua itu cukup membuat Vira benar-benar sadar bahwa kondisinya ibunya memang cukup parah.

"Kak, ibu..." ucap Panji lirih. Remaja itu juga merasakan hal yang serupa yang Vira rasakan.

Vira mencoba tetap tersenyum, meski itu sulit.

"Ibu pasti akan baik-baik saja, dek." ucap Vira.

Entah siapa yang ingin Vira bohongi, Panji sendiri sudah cukup dewasa untuk mengerti dengan apa yang dia lihat didepan matanya.

"Silahkan duduk, Mbak!" ucap suster tersebut.

"Terimakasih, sus." sahut Vira.

Vira dan Panji pun duduk sebuah kursi di depan meja sang sang dokter. Sesaat kemudian, lelaki paruh baya berjas putih datang dan duduk hadapan mereka.

"Apa kalian keluarga dari Ibu Ningrum?" tanya lelaki tersebut.

"Iya dok, kami anak-anak Ibu Ningrum. Saya Vira, dan ini adik saya, Panji." jawab Vira dan dokter itu pun menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana kondisi ibu saya, dok?" tanya Vira lagi.

"Jadi begini, kondisi Ibu Ningrum semakin memburuk. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa kondisi jantung Ibu Ningrum harus segera di operasi karena kondisinya sekarang semakin memburuk. Saya tidak berani menjamin bila beliau akan selamat jika tidak melakukan operasi," jelas dokter itu.

Seperti tersambar petir ketika sang dokter memberitahukan keadaan Ningrum, dan yang membuat Vira tambah bingung ibunya itu harus segera dioperasi sedangkan ia tahu berapa besar biaya operasi transplantasi jantung itu.

Saat ini Vira memang tak memiliki uang untuk operasi ibunya tetapi ia tak mungkin menyerah begitu saja, karena baginya Ningrum adalah satu-satunya orang tua yang Vira punya, ia akan melakukan apapun agar ibunya bisa selamat.

"A-apa tidak ada cara lain dok selain dengan operasi?" tanya Vira dengan bibir bergetar.

"Maaf Bu Vira, tidak ada. Tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan karena jantung Ibu Ningrum sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Transplantasi jantung adalah satu-satunya cara, dan itu pun harus dilakukan secepat mungkin. Saya takut jika hal ini ditunda, maka akan membahayakan keselamatan pasien," ucap dokter itu.

Ini kedua kalinya Dokter Sandi mengatakan hal itu pada Vira. Dia mengetahui tentang kondisi Ningrum yang harus segera dioperasi, tetapi Vira tidak tahu harus mencari uang sebanyak itu dimana.

"Kak, bagaimana ini?" tanya Panji.

"Aku tidak mau kehilangan ibu, kak." imbuhnya lagi.

"Panji, kakak tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada ibu. Kakak juga tidak mau kehilangan ibu," sahut Vira.

"Saya tahu ini tidak mudah, Vira. Biayanya memang sangat besar, saya mengerti keadaan ekonomi keluargamu. Sebagai dokter, saya harus mengatakan apa jalan yang terbaik untuk kesembuhan Ibu Ningrum," ucap dokter Sandi.

Vira mengangguk, tersenyum pahit. Keadaan Ningrum semakin serius, apa yang harus ia lakukan untuk kesembuhan ibunya itu?

Vira tidak pernah perhitungan, meski gajinya setiap bulan sebagian besar selalu digunakan untuk biaya pengobatan Ningrum dan biaya sekolah Panji, tetapi Vira rela demi ibu dan adik satu-satunya itu.

"Dokter, lakukan yang terbaik untuk ibu saya, saya mohon selamatkan ibu saya. Jika memang operasi adalah jalan satu-satunya maka lakukanlah, dok!" ucap Vira.

"Baiklah Bu Vira, kalau begitu saya akan segera membuat jadwal operasi untuk Ibu Ningrum," sahut dokter tersebut.

"Baik, dokter."

"Suster, tolong pindahkan pasien ke ruang rawat!" ucap Sandi kepada suster yang ada disebelahnya.

"Dan satu lagi, tolong pantau terus kondisi pasien selama dua puluh empat jam penuh."

"Baik, dok." sahut suster itu.

"Bu Vira, mulai hari ini Ibu Ningrum harus menjalani rawat inap. Saya harus memantau perkembangan beliau sebelum melakukan tindakan operasi," jelas dokter pada Vira.

"Baik dok, lakukanlah yang terbaik untuk ibu saya!"

Setelah berbicara dengan dokter, Vira dan Panji pun keluar dari ruangan dokter kemudian berjalan menuju ruangan dimana Ibu Ningrum di rawat inap.

"Permisi, Mbak Vira," ujar seorang perawat memanggil Vira.

"Iya, sus?"

"Mbak Vira, ini adalah rincian biaya operasi Ibu Ningrum," ucap perawat itu sembari menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Vira.

Tangan Vira bergetar saat meraih kertas tersebut. Dia benar-benar takut melihat nominal yang tertera disana.

"Dua ratus juta?" Vira bergumam dengan begitu frustasi. Bahkan jika bekerja seumur hidup pun Vira tidak akan bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.

"Iya mbak, itu belum termasuk biaya rawat inapnya. Jadi sebaiknya Mbak Vira segera mengurus biaya administrasinya supaya Ibu Ningrum bisa segera dioperasi," ucap suster itu lagi.

"Baik dok, saya akan segera melunasinya," sahut Vira sambil tersenyum kecut.

"Kak?" ucap Panji.

"Iya dek, ada apa?" tanya Vira.

"Dimana kakak akan mencari uang sebanyak itu, kak?" tanya Panji.

"Panji, kamu tidak usah memikirkan hal itu. Kakak akan segera mencari pinjaman dan mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu."

"Sekarang kakak pulang dulu, kamu temani ibu disini ya! Tidak apa-apa kan? Nanti kakak akan kesini lagi untuk membawakan makanan dan baju ganti buat kamu dan ibu," ucap Vira lagi.

"Iya, kak."

"Ya sudah, kalau gitu Kakak pulang dulu, jaga ibu! Jangan lupa telepon kakak Jika terjadi sesuatu!"

"Iya kak, kakak hati-hati di jalan," ucap Panji.

"Hmmm." Vira bergegas pergi dari sana untuk mencari pinjaman.

Vira berjalan dengan tatapan yang kosong tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hari sudah mulai gelap, dan Vira sendiri masih belum tahu kemana dia harus mencari uang sebanyak itu. Kepalanya mendadak berdenyut, Vira benar-benar frustasi.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sebelahnya.

"Vira!" ujar seorang wanita yang menyembul keluar dari jendela mobil berwarna hitam itu.

"Ana?" ucap Vira pada seorang wanita yang tidak lain adalah Ana, sahabatnya. Wanita itu langsung saja turun dari mobil dan menghampiri Vira.

"Vira, apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya Ana.

Sementara Ana hanya menatap heran ke arah Vira. Ana yakin ada yang tidak beres dari sahabatnya itu, sejak tadi siang Ana sudah curiga bahwa sahabatnya itu sedang dilanda masalah saat ia meninggalkan perusahaan dengan begitu tiba-tiba.

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 33 Harga Diri yang Terkoyak

    "Vira, aku tahu kau di dalam! Berhentilah main-main!" Teriak Nathan dari luar. Sementara itu di dalam bilik sempit itu, situasi mencekam. Andi terus memaksa mendekat, membuat Vira tak henti berusaha menghindar. Ia bergerak memutar, menyamping, bahkan menabrak wastafel demi menjaga jarak dengan pria itu. Ruangan yang sempit membuat gerakannya terbatas. Rambutnya mulai kusut, dan bajunya tampak berantakan akibat usahanya melawan. Nafasnya memburu, matanya terus mencari celah untuk melarikan diri. "Andi, hentikan! Kau sudah kelewatan!" pekik Vira dengan suara bergetar namun penuh penolakan. "Sampai kapan kau ingin terus bermain kucing-kucingan denganku, Vira?" tanya Andi, nadanya datar namun penuh tekanan. Tanpa aba-aba, ia meraih pinggang Vira dengan satu tangan, menarik tubuh gadis itu mendekat. Tangan lainnya terangkat, menyibakkan rambut Vira yang berantakan ke belakang telinganya. "Vira, kau tidak bisa ke mana-mana sekarang," desis Andi seraya mendekat. "Jadi diamlah… dan

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 32 Lepaskan Aku!

    Andi menunduk, wajahnya seperti kehilangan warna. Ia tak menyangka rahasianya terbongkar."Vira… aku bisa jelaskan," ucap Andi ingin menjelaskan. "Sudah cukup!" potong Vira cepat. "Penjelasanmu sudah kedaluwarsa sejak malam itu!""Vira, kamu salah paham! Kamu tahu kan kalau aku sangat mencintaimu?" tanya Andi, masih menggenggam pergelangan tangan Vira.Vira mendengus sinis."Cih! Salah paham?" matanya menatap tajam. "Bagaimana bisa kamu sebut itu salah paham, sementara aku lihat sendiri pengkhianatan yang kamu lakukan... dengan mata kepalaku sendiri!""Aku datang malam itu, Andi! Aku berdiri di depan pintu kamarmu dan melihat kalian berdua bermesraan, berpelukan, seolah tak pernah ada aku dihidupmu!" lanjutnya, suaranya mulai bergetar menahan emosi.Andi tercekat. Ia belum sempat bicara saat Vira kembali bersuara, lebih tegas."Sekarang, lepaskan tanganku!" Vira berusaha menarik pergelangannya, namun Andi tak bergeming."Lepaskan, Andi!" Suara Vira datar, tapi tajam."Kau bukan bagia

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 31 Ke Mana Gadis Itu?

    "Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku yakin kau pasti lapar, kan?" tanya Nathan, suaranya lebih tenang kali ini, membuyarkan keheningan yang sejak tadi menggantung di antara mereka."Iya, Pak. Aku rasa itu ide yang sangat bagus," sahut Vira, mencoba tersenyum.Sebenarnya, Vira memang sudah lapar sejak tadi. Bagaimana tidak? Terakhir kali ia makan adalah semalam, sesaat setelah ia tiba di apartemen Nathan.Setelah itu tenaganya habis terkuras oleh pria itu semalam, dan pagi harinya ia bahkan tak sempat sarapan. Dari pagi hingga menjelang siang, ia masih harus terus menjadi pelampiasan hasrat Nathan. Tak heran tubuhnya kini terasa begitu lemas. "Heh, apa kau sangat kelaparan?" tanya Nathan dengan nada menggoda, sudut bibirnya terangkat samar.Vira mendengus pelan. "Hem, Anda masih sempat bertanya? Padahal Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya," balas Vira sambil mencibir kecil."Hahaha... baiklah, maafkan aku!" Nathan terkekeh. "Sebagai gantinya, nanti kau boleh pesan makanan apa p

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 30 Meeting dengan Klien

    Tanpa memberi waktu bagi Vira untuk bertanya, ia mendekat dan mengecup bibir Vira dengan lembut, tak tergesa namun cukup dalam untuk menyampaikan semua yang tak bisa ia ucapkan. Kejutan itu membuat Vira terpaku, tubuhnya melemah dalam pelukan pria itu. Nathan mulai membuka satu persatu kancing baju Vira. Vira refleks menarik diri, napasnya tersengal. "Nathan, kita bisa terlambat..." ucapnya dengan suara bergetar, mencoba tetap berpikir jernih di tengah gejolak yang menghentak.Namun Nathan hanya tersenyum miring."Waktu seolah berhenti saat aku bersamamu,Vira," gumamnya sambil mendekat lagi. Ia membelai pipi Vira, lalu tanpa tergesa menarik tubuhnya hingga bersandar di meja rias.Vira mengalihkan pandangan, berusaha mengatur debar di dadanya yang tak karuan."Tapi, kita harus berangkat sekarang, Pak. Kalau tidak, pasti klien sudah menunggu," kata Vira pelan. Nathan menarik napas dalam, lalu akhirnya mengangguk pelan."Baiklah... Ayo kita pergi, sebelum aku berubah pikiran!"Namun,

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 29 Luka Memar

    Nathan kembali menyentuh wajah Vira, kali ini lebih lama, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sentuhan itu membuat Vira terusik, kelopak matanya perlahan terbuka.Begitu matanya terbuka sepenuhnya, Vira terperanjat mendapati Nathan duduk begitu dekat, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan."M-maaf, Pak… eh, maksudku, Nathan. Aku tidak tahu kalau kau sudah bangun," ujar Vira gugup. "Tak masalah," jawab Nathan singkat, suaranya terdengar tenang.Vira menunduk sejenak sebelum melanjutkan, "Dan maaf… aku tertidur di sebelahmu. Semalam kau terus menggenggam tanganku sambil mengigau jadi, aku… tidak bisa pergi.""Apa kamu bermimpi buruk? Kamu sempat mengigau sampai ingin menangis," tanya Vira pelan, menatap wajah Nathan penuh empati. "Aku lihat ada luka yang dalam di balik raut wajahmu."Nathan terdiam sejenak. Tatapannya kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu, lalu ia menggeleng perlahan. "Tidak, aku tidak bermimpi. Mungkin hanya karena terlalu kelelahan,

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 28 Flashback

    Flashback — 17 tahun yang lalu...Di sebuah taman bermain kecil yang dikelilingi pagar kayu warna-warni, tampak seorang anak perempuan berusia enam tahun duduk di ayunan, matanya terus menatap ke arah gerbang taman.Setiap sore, ia akan datang ke tempat itu—duduk menanti sosok yang selalu ia rindukan: seorang bocah laki-laki berseragam SD yang baru saja pulang sekolah.Dan seperti biasa, bocah itu datang dengan langkah cepat—seolah takut membuat gadis kecil itu menunggu terlalu lama. Nafasnya sedikit terengah, tapi senyumnya tetap terjaga. Ada semangat yang tak bisa dijelaskan tiap kali matanya menemukan sosok kecil yang duduk menunggunya di sana."Kak Adit!" seru anak perempuan itu, suaranya lantang dan penuh semangat, seperti nyanyian kecil yang menggema di antara gemericik tawa anak-anak di taman sore itu.Adit, bocah laki-laki yang baru saja naik ke kelas 2 SD, menoleh dan tersenyum lebar. Seragamnya sedikit kusut, tasnya menggantung miring di pundak, dan keringat masih membasahi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status