Home / Romansa / Pemuas Nafsu Tuan Muda / 142. Semakin Dekat

Share

142. Semakin Dekat

last update Last Updated: 2025-07-10 09:16:07

Suasana kamar VIP rumah sakit sore itu terasa jauh lebih hangat dari sebelumnya. Cahaya matahari senja menyelinap lewat jendela besar yang tirainya disibakkan ke samping, menari pelan di dinding seperti lukisan hidup. Aroma antiseptik yang khas rumah sakit tetap terasa, namun kini bercampur dengan wangi bunga segar dari pot kecil di dekat jendela—bunganya hadiah dari Nada dan Daffa kemarin.

Di sisi tempat tidur, Yugo duduk tenang dengan mangkuk kecil berisi bubur ayam di tangannya. Uap panas tipis mengepul dari permukaan makanan itu, dan sesekali Yugo meniup sendok sebelum menyuapkannya perlahan ke mulut Ayu.

“Awas panas,” ucap Yugo lembut, nada suaranya seperti belaian.

Ayu membuka mulutnya pelan, menelan suapan itu dengan hati-hati. Wajahnya yang masih pucat tampak lebih cerah saat senyum kecil terbit di bibirnya.

“Iya, pelatih. Tapi kamu ini ngelatih atau jadi perawat sih?” candanya dengan suara parau.

Yugo tertawa kecil. “Kalau kamu minta, aku bisa jadi semuanya. Pelatih, per
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   151. Ancaman atau Penawaran?

    Tok. Tok. Tok.Ketukan itu kembali terdengar, pelan tapi tegas.Yugo menelan ludah. Lampu teras yang remang di luar sana, membuat wajah pria di luar terlihat samar. Tapi saat pandangan mereka bertemu, jantung Yugo mendadak berdebar cepat.“Pak Hadi?” gumamnya nyaris tak terdengar.Pria paruh baya itu berdiri diam, mengenakan jaket kulit dan topi yang basah karena gerimis. Wajahnya nampak tirus, lelah, dan penuh gurat sesal.Yugo menarik napas panjang, lalu membuka pintu pelan.“Pak Hadi.”Pria itu mengangkat kepala. Sorot matanya langsung menyapu sekeliling ruangan di balik punggung Yugo, seperti mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan sejak lama.“Aku cuma mau lihat anakku,” ucapnya pelan. “Cuma sebentar. Aku janji.”Yugo menatapnya beberapa detik, lalu mengangguk pelan dan membuka pintu lebih lebar.“Masuklah, Pak.”Hadi pun melangkah masuk dengan hati-hati, seolah takut menginjak ketenangan di rumah itu. Begitu melihat Ayu di sofa, tubuhnya langsung kaku.“Ayu,” bisiknya dengan su

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   150. Momen Kecil yang Romantis

    Mobil Daffa kini melaju pelan di jalanan kota yang mulai sepi. Lampu jalan berpendar lembut di kaca depan, memantul samar di wajah dua anak muda yang duduk di dalam kabin. Dari luar, mereka terlihat seperti pasangan biasa yang pulang dari kencan. Tapi di dalamnya, ada banyak luka dan pertanyaan yang belum tuntas.Nada bersandar di kursinya, menatap keluar jendela dengan wajah datar. Matanya masih merah, bibirnya kering. Sedangkan Daffa, yang menyetir di sebelahnya, sesekali melirik ke arah gadis itu. Tangan kirinya menggenggam tangan Nada erat, seolah ia tak ingin kehilangan gadis itu lagi."Aku … aku minta maaf banget sama kamu, Nada. Aku bodoh. Gampang banget percaya sama Tania. Harusnya aku bisa bedain, harusnya aku tahu kalau semua ini hanyalah jebakan.” Suara Daffa serak dan pelan, tapi terdengar sangat tulus. Nada tak menjawab. Ia hanya menarik napas pelan tapi panjang. Gadis itu bahkan membuang wajahnya, seakan tak ingin menatap pada Daffa.Daffa menoleh cepat pada gadis itu.

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   149. Sandiwaramu Berakhir, Saudaraku

    “Reyhand! Ini beneran Lo?"Suara Yugo menggema di dalam kamar pengap dan gelap itu, memantul di antara dinding lembab dan cat yang mulai mengelupas. Napasnya tercekat, dadanya berdegup kencang saat melihat sosok lelaki yang ia kenal tergolek di sudut ruangan. Tubuhnya terikat dengan tali tambang, mulutnya dilakban, dan wajahnya tampak lebam di beberapa bagian. Pakaian Reyhand kusut dan kotor, penuh noda darah kering di sisi pelipisnya.Tanpa membuang waktu, Yugo berlari dan berlutut di samping sahabatnya itu. Ia segera menarik saku celananya, mengeluarkan pisau lipat kecil, dan mulai memotong tali yang membelit tubuh Reyhand.“Tenang, gue di sini. Gue bakalan bebaskan lu,” bisik Yugo cepat, tangannya bergerak lincah.Reyhand menggeliat, matanya berair. Ia ingin bicara, ingin berteriak, tapi lakban itu membungkamnya.Begitu tali lepas dari tubuhnya, Yugo dengan hati-hati menarik lakban dari mulut Reyhand.“ARGH!” Reyhand mendesis pelan, kulitnya tertarik, dan darah segar terlihat di si

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   148. Semua Serba Mencurigakan

    Nada duduk di tepi tempat tidurnya, masih mengenakan piyama dengan rambut acak-acakan. Matanya sembab, wajahnya letih. Pagi belum benar-benar dimulai, tapi dunia batinnya sudah luluh lantak sejak semalam.Ponselnya tergeletak di meja, layar menyala sesekali karena notifikasi masuk. Nada tidak peduli. Tapi saat satu pesan muncul dengan tulisan tanpa nama pengirim—hanya sebuah nomor asing—naluri membuatnya melirik.[Kamu harus lihat ini. Daffa tidak sebaik yang kamu kira.]Alis Nada mengernyit. Tangan gemetar membuka pesan tersebut. Napasnya tercekat seketika. Matanya membelalak.Foto-foto itu .…Daffa dan seorang gadis cantik, pasti itu Tania!Mereka sedang berpelukan hangat. Tania bersandar di dada Daffa. Bahkan satu foto menunjukkan ciuman Tania di pipi Daffa dalam posisi sangat intim. Semuanya diambil dari luar jendela, samar tapi cukup jelas untuk membuat hati siapapun runtuh.“A … apa ini?” Nada menarik napas keras, kemudian membanting ponsel ke atas ranjang.Tangisnya kembali pec

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   147. Momen Intim yang Terekam

    “Huhuhu! Kamu jahat banget sama aku, Daffa!” Suara tangisan Nada terdengar menyiksa batin gadis itu. Langit malam menampakkan rona gelap yang pekat, seolah menyatu dengan hati yang sedang diliputi badai emosi. Awan-awan menggantung berat di atas sana, menutupi rembulan yang biasanya setia memancarkan cahaya. Angin berembus kencang, menggoyang ranting-ranting pohon dan menyisakan suara gesekan yang menambah kelam suasana. Di balik pagar besi rumah sederhana bercat krem itu, langkah kaki Nada terdengar tergesa, hampir seperti derap pelarian. Sepatunya menghantam kerikil-kerikil kecil di pekarangan, menimbulkan suara yang memecah keheningan malam. Nafasnya terengah. Tangannya gemetar saat membuka pintu pagar, lalu berlari menuju pintu rumah. Suaranya bergetar, tangisnya tertahan di ujung kerongkongan, namun tak bisa lagi disembunyikan. Brak! Pintu rumah didorong terbuka dengan keras. Suara benturannya mengejutkan Mira dan Bimo yang tengah duduk di ruang tamu, menyaksikan tayangan tel

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   146. Pakaian Wanita di Mobil Daffa

    Sinar yang cerah sore itu belum juga padam. Cahaya keemasan matahari sore menembus kaca depan mobil yang terparkir di sudut area parkir mall. Mobil hitam itu tampak biasa, tapi di dalamnya tersimpan ketegangan yang tak terlihat dari luar. Tania masih duduk di kursi penumpang, tubuhnya sedikit membungkuk sambil menatap layar ponselnya. Jari-jarinya lincah menyentuh layar, namun raut wajahnya penuh kehati-hatian. Sesekali ia menoleh ke kaca spion dalam, memastikan bahwa tak ada seorang pun yang memperhatikannya. Keringat dingin membasahi pelipisnya meskipun AC di dalam mobil itu menyala lembut. Wanita cantik dengan pakaian seksi itu terus saja asyik memotret dirinya yang sedang berada di dalam mobil Daffa. Ia juga terlihat memainkan ponselnya. Namun, tak lama tiba-tiba suara langkah terdengar kaki mendekat. Tok. Tok. “Astaga!” Tania pun refleks mengangkat kepala. Ketegangan mengikat dadanya. Ia buru-buru mematikan layar ponsel, menyembunyikannya ke dalam tas kecil warna cokelat mud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status