“Cam, kamu ngga kasihan padanya? Dia sepertinya sedang kebingungan, mencari keberadaan pacarnya. Aku rasa, dia bukan berasal dari kota ini,” kata Sherly pada Camille sambil sesekali melihat kearah wanita itu yang sudah semakin jauh dari mereka.
“Kamu pikir aku peduli? Biarkan saja, toh juga kita tidak mengenalnya,” sahut Camille sambil menyeringai dan melipat kedua tangannya ke depan, duduk di antara Sherly dan Hanny. “Hmm, kalau aku jadi kamu sih, lebih baik ku tolong saja dia. Kamu tidak lihat dari cara berpakaiannya? Semua pakaian dari gaun, sepatu serta kalung emas yang di kenakannya itu, adalah barang mahal semua, lho! Yah, siapa tahu … sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya, kamu bisa mendapatkan imbalan darinya,” kata Sherly.Mendengar itu, seketika raut wajah Camille berubah. Awalnya, dia sama sekali tak memperdulikan wanita itu, karena dia sudah sangat kesal padanya. Namun,
Ding … ding … ding …Saat William tengah memarahi Samuel, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Lalu, dia melihat kalau seorang asistennya yang mengurus W Mall bernama Toni, mencoba menghubunginya. Dia pun langsung berjalan menjauh dari Samuel dan Angel serta dua orang penjaga gerbang itu, “Halo, Ton, ada apa?” “Selamat siang, Tuan, apakah saya mengganggu anda?” “Ah, tidak kok, kebetulan saya sedang santai dan juga, saya sedang berada di Washington. Ada apa?” “Ah, kebetulan sekali, Tuan, disini ada yang sedang mencari anda. Seorang wanita dan beliau ini berasal dari Lost Angles,” “Hah? Dimana?” “W Mall, Tuan,” “Oke, saya akan segera kesana,” “Baik, maaf meng ….” Tit! &ldquo
Kemudian, tiba-tiba mesin itu mati dan seketika, pintu mobilnya terbuka ke atas. Sontak, Camille langsung menarik kedua temannya ke balik-balik mobil yang tengah terparkir di dekat mereka. “Eh! Kamu apa …,” “Sssttt! Diam dulu!”Sherly merasa kesal karena Camille tiba-tiba meranik tangannya dengan keras dan saat dia ingin bertanya, Camille langsung menyuruhnya untuk diam. Perlahan, Camille melihat kearah seorang pria yang baru saja keluar dari mobil mewah tadi, “Halo, Ton … iya, saya sudah sampai di W Mall. Kamu dimana? Ah, tidak-tidak, biar saya saja yang pergi kesana. Kamu di kantormu, ‘kan? Oke, saya langsung kesana.”Camille melihat kalau pria itu sedang berjalan masuk ke dalam Mall sambil menelfon seseorang. Lalu, dia mengajak kedua temannya untuk mengikuti si pria itu dari belakang. “Cam, sebenarnya ada apa sih?” tanya S
“Eh, Cam, ini serius kita mau duduk di cafe yang ada di Mall ini?” “Iya, Sher. Memangnya, kamu mau kemana? Sudah lah, kita sudah terlanjur sampai ke Mall ini,” “Yah, bukan begi …,” Tap … tap … tap … “Sssttt!”Tak dapat meneruskan perjalanan untuk memastikan siapa seorang pria yang tengah mereka buntuti tadi, akhirnya Camille dan kedua temannya berbalik arah dan pergi meninggalkan tempat itu. Mereka berjalan sembari berbincang-bincang mengenai cafe yang ingin mereka datangi. Namun, saat Sherly ingin melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang lumayan cepat dari arah belakang mereka. Sontak, Camille langsung menutup mulut Sherly sambil menghentikan langkah kakinya dan mencoba mendengar suara itu. “Eh, dia semakin dekat, Cam!” kata Hanny sambil sedikit berbisik dengan raut
“Aku tidak tahu dia siapa, tapi … aku merasa sangat yakin kalau wajahnya itu sangat tidak asing bagiku. Seperti …, aku pernah melihatnya, tapi …, dimana, ya?” tanya Camille pada dirinya sendiri sambil berusaha mengingat sesuatu. “Sudah lah, tidak ada gunanya juga kalau kamu mengingatnya, Cam. Yah, kalau pun kamu mengingat pria itu, dia tak mungkin bisa menghasilkan uang untukmu, ‘kan?” sahut Hanny melontarkan pertanyaan pada Camille. “Eh, tumben kamu pinter, Han. Biasanya, kamu agak sedikit lamban dalam berpikir, hahaha …,” kata Sherly. “Yeee, ngga gitu juga kali, Sher … aku ‘kan memang pintar, hihi ….”*** “Sialan! Bisa-bisanya si brengsek itu berada disini! Hufffttt … untung suasana hatiku sedang bahagia hari ini. Kalau tidak, isshh …,” kata Angel sambil berjalan bersama d
Masuklah mereka ke dalam restoran itu bersama-sama. Kemudian, Sonia tengah memperhatikan ke sekeliling restoran itu terlebih dahulu. “Hmm, tempatnya cukup nyaman, Sayang, dan … cukup berkelas, tapi …, kenapa kita tidak makan di restoran bintang lima saja?” tanya Sonia pada William, sambil memperhatikan ke setiap sudut restoran. “Eh, restoran ini tuh sekelas restoran bintang lima yang sering kamu datangi saat di Lost Angles, lho. Nah, menurut rumor yang beredar, seluruh toko, restoran, cafe … itu semua tidak sembarangan, lho, Sonia. Mereka bisa membangun toko, restoran dan cafe di dalam Mall ini, harus ada izin dan benar-benar kenal dengan sang Pemilik Mall ini saja yang bisa berjualan disini,” jelas William. “Hmm, yah sudah, deh … berhubung kamu yang sering datang ke tempat ini, jadi aku ikut kamu saja. Oh iya, aku ingin ke toilet dulu sebentar, ya, kamu duduk duluan s
“Maaf, ini pesanan anda, Nona, Tuan … selamat makan.”Seorang pelayan wanita baru saja tiba sembari meletakkan pesanan yang telah dipesan oleh Samuel tadi. Setelah pelayan itu pergi, Angel dan Samuel pun menikmati makan siang mereka bersama. “Hmm … eh, si ‘Miskin’ itu sedang apa disana? Eh, dia bersama pacarnya ternyata, wah pantas saja ….”Di sisi lain, si wanita yang ditabrak oleh Angel saat di toilet tadi baru saja menyelesaikan urusannya di toilet dan berjalan ke luar, berniat langsung menemui calon suaminya yang super-duper kaya itu. Namun, saat dia baru saja tiba di meja kasir yang ada di restoran, dia melihat Angel sedang menikmati makan siangnya bersama dengan Samuel di sudut dekat dengan jendela. Sontak, terlintas sebuah niat buruk di kepala si wanita itu, “Hmm, permisi, bisakah saya memesan segelas jus jeruk?” tanya si Wanita itu pada seorang Pelayan p
“Pak, tolong lepasin saya, dong … perut saya laper, nih. Sudah seminggu belum makan, ayo dong, Pak …,” “Lho, tadi kamu bilang, kamu anak orang kaya, masa’ anak orang kaya bisa sampai satu minggu belum makan? Aneh sekali …,” “Iya, Pak, sebenarnya ngga begitu, sih, tapi … memang benar kalau saya belum makan sekarang dan perut saya laper banget. Ditambah lagi dikurung di dalam tempat yang kusam dan jorok seperti ini, serasa belum makan selama satu minggu …,” “Eh! Enak saja kamu sebut pos penjagaan ini kusam dan kotor! Kamu tahu, betapa kerasnya usaha saya untuk bisa bekerja disini dan memiliki pos penjagaan ini! Enak saja kamu sebut pos penjagaan ini kusam dan kotor!”Di luar Mall, terlihat kalau Michael masih di kurung di dalam pos penjagaan. Dia terlihat tengah berusaha merayu petugas keamanan itu agar mau melepaskannya. Akan tetapi, s
Di tengah kota, jalur sebelah kanan. Terdapat sebuah lorong yang yang cukup lebar. Lorong itu adalah sebuah celah dari dua bangunan Apartemen yang tidak menempel. Lalu, di sudut lorong, terdapat sebuah tempat yang sangat familiar bagi Angel. Tempat yang sering ia datangi saat dirinya masih menjadi seorang pemulung dulu. Sekarang, tempat itu sudah sepi dan bersih, karena kemungkinan, James, tak lagi menjadi seorang Agen barang bekas.Saat Angel masih menjadi seorang pemulung dulu, dia sering datang ke tempat itu untuk menjual barang-barang bekas yang berhasil ia kumpulkan dari tempat-tempat pembuangan sampah yang ada di seluruh kota. Tak hanya itu, saat dia sedang merasa bosan, dia juga sering main ke tempatnya James dan membantunya. Setelah selesai, Angel diberi upah sesuai dengan yang telah ia kerjakan.Betapa bahagianya dia pada saat itu. Walaupun berbagai masalah sering menghampirinya, tapi tidak ada yang sampai membuatnya menjadi sebingung ini. Tidak tahu apa yang