Share

5. Jebakan James Leogard

"Bu Mira, saya rasa ada sebuah kesalahan disini. Saya melamar untuk bekerja sebagai seorang editor. Bagaimana bisa saya sekarang harus mempelajari basik menjad seorang sekretaris? Jelas-jelas ini adalah POSISI YANG TAK SEHARUSNYA!" ujar Valen penuh penekanan. Dia tak terima hal ini.

Sementara Valen sedang melongo dan menunggu penjelasan dari Mira sambil dongkol, James tampak sedang tersenyum senang melihat semua gerak-gerik Valen dari monitor CCTV.

"Kamu sudah tandatangan kontrak, gadisku. Kamu tak akan bisa lepas dariku!" James tersenyum penuh kemenangan. Dan, mata elangnya terus mengawasi CCTV.

James menyeringai memandang monitor CCTV, dia sangat puas akan hasil kerja dari Andrea yang mampu membuat Valentia menandatangani kontrak kerja. Kali ini James merasa bahwa rencananya untuk memiliki Valen akan berhasil. Menjadikan gadis itu sebagai sekretarisnya, tentu saja Valen akan terus berada di sisinya.

James menekan tombol angka pada telepon kantornya, jelas saja dia akan menghubungi seseorang saat ini. Dan, orang itu tentu saja adalah Mira, sekretarisnya.

[Bagaimana, apa ada kendala?] James bertanya penuh penekanan pada Mira.

[Ada, Pak. Ini Valentia memaksa untuk bertemu dengan CEO Emerald Publishing untuk melaporkan tindakan Andrea yang tidak fair karena tidak memintanya untuk membaca kontrak sebelum tandatangan,] jawab Mira tetap tenang. Tak tampak sama sekali kegelisahan.

[Oke, suruh saja dia masuk. Apapun keinginannya yang berkaitan denganku, persilakan saja!]

[Baik, sesuai instruksi akan saya antarkan Valentia ke ruangan anda, Pak.] Mira kemudian menutup telepon.

James tersenyum simpul. Sebentar lagi dia akan berada dalam satu ruangan dengan Valentia berdua saja. Pikiran-pikiran liarnya mulai bergerak kesana kemari. 

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan. James tahu bahwa itu adalah kedatangan Mira dan Valentia.

"Masuk!" ujar James sedikit berteriak. Mira pun membuka pintu dan masuk bersama Valentia.

"Selamat pagi, Pak. Ini Valentia yang tadi saya ceritakan di telepon," ucap Mira. Mereka telah sepakat sebelumnya bahwa James tidak tahu apa-apa tentang Valentia.

James yang duduk membelakangi mereka dan menghadap jendela yang menampilkan pemandangan ibukota dan berbagai gedung pencakar langit lainnya perlahan membalikkan badannya. Dia tak sabar ingin melihat reaksi gadis pujaan hatinya itu.

"Hah? Loh, bukannya ini bapak-bapak kemarin yang udah bikin aku gagal selesaiin interview gara-gara dia ngomong ngelantur?" Valen memandang lekat ke arah lelaki tampan di kursi CEO itu. Valen tak mungkin begitu saja melupakan wajah pria itu. Selain dia tampan dan rupawan, kelakuannya yang membuat Valen stres kemarin juga tentu saja masih tergiang di kepala Valen.

"Jadi, kamu masih ingat sama saya?" James bertanya sambil memandang Valen dengan tatapan yang tak biasa.

"Tentu saja saya masih ingat, Pak. Bagaimana saya bisa melupakan begitu saja wajah orang yang sudah membuat saya gagal test interview kemarin." Valen melengos kesal. Mengingat kejadian kemarin benar-benar membuatnya kesal.

"Daya ingatmu sungguh tajam. Tapi, tentu saja itu karena aku terlalu tampan juga, kan? Jadi melupakan wajahku setelah bertemu sebelumnya adalah sebuah kebodohan," ujar James percaya diri.

"Astaga. Saya kemari bukan untuk mendengar anda berkata narsis seperti itu, Bapak CEO Yang Terhormat. Saya kemari mau melaporkan tentang Ketua HRD anda, Bapak Andrea Agastya. Dia sudah menjebak saya untuk bekerja disini sebagai sekretaris, padahal saya melamar sebagai editor." Valen menggebu-gebu menerangkan tujuannya masuk ke ruangan James.

"Wait, tunggu sebentar. Sebelum ke masalah pekerjaan, tadi kamu bilang saya narsis?"

"Lah, iya memang anda narsis kok, Pak. Anda dengan percaya diri tadi mengatakan kalau wajah anda terlalu tampan sehingga susah dilupakan. Yah, walaupun itu memang benar adanya tapi kan tidak usah diucapkan juga kali, pak!"

"Wah, berani juga kamu, ya? Gadis nakal!"

"Hah? Maksudnya, gadis nakal? Anda sehat pak?"

"Sehat. Kamu memang gadis nakal!"

Valentia mendengus kesal. Dia tidak menyangka bahwa seorang CEO Emerald Publishing akan se-lebay ini. Bahkan Valen dikatai "Gadis Nakal", sebuah sebutan yang baru pertama kali di dengar oleh Valen tentang dirinya.

Valen memaju-mundurkan bibirnya sambil tangannya dilipat di dada. Dia sepertinya sudah terlalu kesal akan kesalahan Andrea tadi, dan sekarang harus menghadapi James Leogard, CEO Emerald Publishing yang lebay.

James yang melihat ekspresi Valent hanya bisa menahan tawanya. Gemas sekali rasa hati James melihat Valen. Hatinya terasa geli. Merasa tergelitik untuk terus menggoda gadis kecil itu.

"Mau sampai kapan kamu diam dan bertingkah seperti itu, nona?" James mulai buka suara. Hal ini membuat Valen sadar dan membetulkan ekspresinya.

Valen yang mulai kembali normal mendekat ke arah James, hanya dibatasi meja dan tidak duduk di kursi Valen mulai menyatakan kembali maksud kedatangannya.

"Saya ingin melaporkan tentang kesalahan yang dilakukan HRD anda, Pak. Saya melamar di Emerald Publishing sebagai seorang editor, kemarin saya melakukan interview, yah walaupun gagal sampai akhir, tapi saya dapat kabar kalau saya diterima di perusahaan ini. Saya sudah bertemu dengan Pak Andrea bahkan sudah tandatangan kontrak, tapi yang saya sesalkan kenapa Pak Andrea sama sekali tidak mengatakan kalau saya diterima bekerja sebagai sekretaris dan bukannya sebagai editor. Jadi, saya merasa dijebak," terang Valen.

"Apa kamu membaca kontraknya sebelum tandatangan?"

"Ah, saya tidak membacanya."

"Kalau tidak membacanya dan tau apa isi kontraknya, kenapa kamu malah main tandatangan saja?"

"Itu karena saya percaya pada Pak Andrea dan juga karena saya terlalu senang bisa bekerja di perusahaan ini."

"Dari CV kamu saya melihat kamu bukanlah gadis yang bodoh, begitu banyak prestasi kamu. Tapi, kenapa hal dasar seperti membaca kontrak sebelum bekerja aja kamu bisa sampai kecolongan?"

"Mau bagaimana lagi, Pak. Wajah Pak Andrea itu terlihat seperti tanpa dosa, jadi ya saya percaya saja padanya. Tapi, siapa sangka malah saya terjebak!"

"Wajah Andrea tanpa dosa? Hahaha...." James tertawa terbahak-bahak mendengar Valentia mengatakan bahwa wajah Andrea tanpa dosa. Ini menggelikan bagi James.

"Bapak kenapa ketawa? Apanya yany lucu?"

"Kamu yang lucu!"

"Sa-saya? Maksudnya?"

James bangun meninggalkan kursi kebesarannya. Dia menghampiri Valen yang masih melongo.

"Bapak bisa tolong kita fokus pada permasalahan saya saja, Pak? Saya ingin meminta keadilan disini," ucap Valen yang sudah sadar akan situasi yang makin tak tentu arah pembicaraannya ini.

James makin mendekat ke arah Valentia. Kali ini dia hanya memberi jarak setengah meter diantara mereka.

Valen yang kaget akan diri James yang mendekatinya secara tiba-tiba itu sontak memundurkan langkah. Tapi, sayangnya langkah mundur Valen kalah cepat dari gerakan tangan James yang lebih dulu meraih pinggang Valen hingga akhirnya tubuh Valen menempel pada James. Mereka berpelukan.

Valen yang berada dalam dekapan James berusaha melepaskan diri. Dia berontak. Namun, sayangnya tubuh James yang begitu besar dengan tenaga yang kuat tak bisa ditandingi oleh Valen.

"Tolong, selagi saya masih menghormati anda sebagai CEO Emerald Publishing, lepaskan saya!" pinta Valen penuh penekanan.

"Kamu sedang mengancamku, gadis nakal?" James mengerlingkan matanya, mencoba menggoda Valen.

"Bapak CEO, saya minta lepaskan saya sekarang juga!"

"Aku tidak mau!"

"Lepas!"

"Gadis kecil, ketahuilah satu hal. Kamu sudah menandatangani kontrak kerja sebagai sekretarisku. Jadi, hal yang ku lakukan sekarang padamu bukanlah sesuatu yang harus kamu lawan." James berbisik menggoda Valentia. Kali ini dia malah semakin mengeratkan dekapannya. Membuat Valen merasa semakin tak nyaman dan ngeri.

"Maksud anda apa? Saya tidak pernah setuju untuk menjadi sekretaris anda. Asal anda tau, saya dijebak!" Emosi Valen makin meledak-ledak, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Berontak juga percuma karena dia kalah tenaga.

"Kenapa kamu begitu membangkang? Terima saja keputusan pada kontrak yang sudah kamu tandatangani tadi. Jadilah sekretarisku, dan bekerjalah sesuai kontrakmu atau kamu mau membayar ganti rugi dalam jumlah yang sangat besar? Ini bukan jebakan, tapi ini adalah takdirmu," seringai James penuh kelicikan.

Valen yang menyadari hal ini sangat marah. Bisa-bisanya pria sekelas CEO Emerald Publishing melakukan hal ini. Sudah sangat nyata dan jelas bahwa ini adalah jebakan James Leogard!

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status