Share

Part 50-Toko Roti Papa Rizal

“Papah,” panggilnya pada laki-laki paruh baya yang menatapnya tak percaya.

Tanpa berkata apa-apa, laki-laki yang Rizal panggil dengan sebutan papah itu mendekat. Menatapnya dengan haru lalu memeluknya erat.

Acara temu kangen yang penuh haru terpaksa terpotong karena suara perut Wina. Keduanya sontak mengalihkan perhatiannya pada gadis mungil yang tengah memegangi perutnya sambil nyengir.

Bapak-anak itu tertawa tanpa suara. Suasana berubah hangat.

***

Saat ini mereka bertiga duduk merapat di meja makan untuk sarapan sekaligus makan siang. Hidangannya pun sederhana saja. Hanya nasi putih, capjae, sambal, dan olahan ikan laut khas Karimunjawa. Namun semuanya terasa lebih nikmat. Selain karena lapar, euforia kebahagiaan membuat apapun yang masuk mulut mereka terasa sangat lezat.

“Kenapa gak ngabarin papah dulu?” ujar Hao—papah Rizal—memulai percakapan.

“Sengaja, Pah.”

Wina masa bodoh dengan obrolan dua laki-laki beda generasi itu. Ia hanya fokus pada makanan yang akan memenuhi perutnya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status