Share

02. Kalian aman

***

“Mommy!” 

Jett mendengar teriakan Bea memanggil ibunya. Keduanya melepaskan diri dengan canggung. Entah apa yang dilakukan olehnya. Bermesraan dengan perempuan yang sedang dikawalnya sendiri. Ini merupakan tindakan tidak profesional. Bahkan Jett merasa malu pada dirinya sendiri.

“Uhm, Jett... A-aku harus...kau tahu,” Misha terdengar berusaha menyelesaikan kalimatnya.

“Aku juga akan segera me-memesan pizza. Bea berpesan ingin pizza untuk makan malamnya. Jangan kemana-mana, okay? Aku hanya tinggal mengambilnya.” Jett berdiri dari sofa dan menuju ambang pintu. 

“Jangan buka pintu untuk siapapun, kecuali aku.” Jett menekan kembali password untuk keamanan pintu depan, “Aku hanya pergi sebentar. Kalau ada apa-apa yang mencurigakan kau dan Bea harus langsung menyembunyikan diri di safe room yang sudah aku tunjukkan.”

Misha mengangguk dan segera ke lantai dua karena putrinya mulai berteriak mencarinya menggunakan bahasa Rusia. 

***

Jett meninggalkan dua gadis yang kini menghiasi hidupnya selama enam belas hari terakhir. Dalam perjalanan menjemput makan malam mereka, Jett kembali mengenang peristiwa dua minggu lalu. Saat ia menjemput Bea dan Misha dalam operasi penyelamatan di sebuah gudang bawah tanah yang dipenuhi bahan berbahaya.

Hampir empat tahun, Jett bekerja sebagai pengawal pribadi pada perusahaan jasa pengamanan terkenal di Houston. Beberapa tahun sebelumnya, Jett mengabdi sebagai pasukan khusus marinir untuk negaranya. Jett sempat ditempatkan di beberapa negara berkonflik di Timur Tengah. 

Saat komandan pasukannya, Marco Fox banting setir dan pensiun dini untuk melanjutkan perusahaan jasa keamanan milik keluarganya. Jett yang memang tidak memiliki alasan lain untuk bertahan lebih lama di area perang akhirnya mengundurkan diri dan bergabung dengan Marco Fox.

Peristiwa penyelamatan Misha begitu berkesan karena tim mereka harus menyelamatkan ibu dan anak dengan hanya berbekal petunjuk minim. Jett sudah mempelajari profil Misha Baratta, seorang ahli bioteknologi cemerlang yang terkenal dalam pembuatan senjata biologi ilegal. Dalam bayangan Jett, ilmuwan yang akan diselamatkannya adalah wanita lansia berwajah kaku dengan anak perempuan kecilnya yang berumur enam tahun. 

Faktanya, saat Jett memimpin penjemputan ke gudang bawah tanah itu. Seorang perempuan muda berumur dua puluh tujuh sedang memeluk anak kecil dalam posisi terikat. Sesaat Jett kebingungan dan mencari wanita ilmuwan yang disekap. Dalam bayangannya tidak pernah terpikir, ahli senjata biologi itu akan berwujud perempuan muda pirang dengan wajah polos yang pernah ditemuinya.

Jett dan tim berhasil menyelamatkan Misha dan putrinya. Sesuai instruksi, Jett harus menyembunyikan Misha di tempat tersembunyi sampai beberapa waktu. Marco dan tim mereka bertanggung jawab untuk menciduk penculik Misha. 

Malam itu juga Jett langsung membawa keduanya menuju safe house milik Marco di pesisir Acapulco yang bisa dicapai empat jam berkendara dari Mexico City. Hal menarik dari pasangan ibu dan anak ini adalah keduanya terlihat tenang meski baru melewati kejadian traumatis seperti penculikan dan ancaman pengeboman di gudang bawah tanah. Meski kemudian, Jett tahu bahwa apa yang terlihat bukan selalu perwujudan perasaan asli.

Jett sempat menangkap Bea yang mendadak histeris saat bermain sendiri. Oleh karena itu, ia selalu mengajak Bea untuk aktif dalam kegiatan outdoor yang dapat menguras energi anak kecilnya dengan mengajak hiking atau membangun rumah pohon bersama. Memang saluran yang paling baik adalah konsultasi pada psikolog anak tapi situasi mereka belum memungkinkan. Setidaknya, Jett dapat membantu Brie untuk mengalihkan perhatiannya.

Sedangkan untuk ibunya, Jett beberapa kali mendengar Misha yang terbangun dari mimpi buruk dari kamarnya. Pekik teriakan itu cukup membuat Jett terjaga hingga subuh. Jauh di lubuk hatinya, ia ingin sekali menerobos kamar Misha dan mendekap perempuan itu sambil mengatakan bahwa semua kini sudah aman terkendali. Sama seperti yang dilakukannya sore ini.

Kebetulan saja Misha tertidur di sofa ruang tengah. Jett memang sempat keberadaan Misha dengan pandangannya. Ia juga melihat bagaimana Misha melambaikan tangan dan melempar blown-kiss untuk Bea, putri kecilnya. Lagi-lagi, Jett ingin sekali membalas cium jarak jauh itu. 

‘Tapi, siapa dia? Ia kan hanya pengawal yang diminta untuk menyelamatkan Misha dan anaknya dari ancaman pembunuhan sindikat terlarang keluarga mafia dari Rusia.’ Jett bergumam sendiri dari balik kemudi.

***

Jett sudah mengambil pesanan makan malam mereka. Saat mobilnya terparkir di halaman rumah, Jett terkesiap dengan kondisi pintu yang sudah terbuka setengah. Jett bergegas menuju ke dalam. Tangannya meraih Glock 22 andalannya dari balik pinggang saku jeans. 

“Misha!” Jett berteriak dari ambang pintu. “Bea!” Jett dengan sigap segera menyiapkan diri dalam kondisi menembak. Langkahnya berderap pelan tapi pasti. Pikirannya kalut bukan main.

Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Bea dan Misha, Jett tidak yakin akan mampu memaafkan dirinya sendiri!’

“Misha, apa kau baik-baik saja?” Jett kembali berteriak. Isi rumah kacau balau. Sofa ruang tengah yang menjadi saksi kemesraannya dengan Misha tadi sore kini sudah tidak berbentuk karena hujaman puluhan peluru. Ada beberapa lubang hasil tembakan di tengahnya.

“Bea!” Jett berteriak kembali seraya menuju safe room yang ditunjukkannya pada Misha. Jett menekan tombol khusus pada ruang belajar dan dengan segera ia terhubung pada ruangan bawah tanah lain. 

Satu-satunya jalan masuk menuju safe room adalah melalui pintu kecil di bawah ranjang Bea di lantai dua. Canggihnya, jika sudah dimanfaatkan maka jalan kecil masuk di atas tidak akan mungkin bisa diterobos kecuali dengan bahan peledak C-4 yang akan memusnahkan obyek dalam skala besar.

Jett segera meluncur ke gudang bawah tanah dengan meluncurkan diri. Saluran kecil yang hanya bisa memuat ukuran volume seorang manusia saja.

Bruk! Jett terjerembab tepat di bawah matras. Safe room gelap gulita. 

“Bea!” Jett membuka suara dan dua detik kemudian tubuhnya diserbu oleh dua perempuan yang hampir membuatnya mati berdiri karena berpikir ia tidak berhasil menyelamatkan mereka.

Ketiga berpelukan dan Jett mendekap baik Misha atau pun Bea. 

“Kalian tidak apa-apa?” Jett bertanya dalam kegelapan. 

Tangis Bea mulai pecah. Jett memeluknya sambil berdiri. Berbisik pelan untuk menenangkan kekalutan anak kecil itu. Dalam hatinya, Jett agak lega karena kini Bea mampu mengekspresikan rasa traumatis dan ketakutan. Menurut Jett, sangat penting bagi anak kecil untuk mengutarakan rasa takut dan berekspresi secara terbuka.

Sedangkan Misha masih mendekapnya juga. Jett dapat merasakan aroma manis Musk yang tercium dari rambut lembut Misha. 

‘Astaga, Jett! Hentikan sebentar imajinasi liarmu. Kini kalian bertiga masih dalam bahaya.’

Jett bergerak menekan sebuah saklar di ruangan dua kali tiga itu. Untuk tinggi ruangan ujung kepala Jett hampir mencapai atap ruang safe room. Jett kembali mengucap rasa syukur saat memandang dua pasang mata yang sangat dikenalnya dalam enam belas terakhir ini. Ibu dan anak yang telah mengisi kekosongan dalam relungnya.

“Kalian tidak terluka?” Jett memeriksa pelan kedua tangan dan kaki Bea sambil menatap Misha yang kini terlihat ketakutan. Keduanya menggeleng. Bea bahkan sudah mengalungkan kedua tangan kecilnya pada Jett dan memeluknya erat.

“Kita harus segera pergi dari sini.” Jett menggamit tangan Misha dan berjalan menuju sebuah lubang lain dalam ruangan itu.

Jett menurunkan Bea dari gendongan. Ia meminta Misha agar merangkak keluar duluan. Lalu disusul Bea dan dirinya. Ketiganya menyusuri gorong-gorong kecil seukuran satu badan. Saat mencapai ujung. 

“Tiga tujuh nol nol sembilan delapan,” ujar Jett meminta Misha menekan password pada pintu besi kecil yang dibacakannya luar kepala. 

Seketika itu pula pintu besi bulat terbuat. Seperti tikus tanah, Misha bergerak duluan. Tidak disangka pintu keluar kecil yang dimaksud itu dekat dengan akar besar dimana Jett dan Bea membuat rumah pohon tadi siang.

Jett memberi aba-aba pada Misha seraya kembali menggendong Bea dalam dekapan. Ketiganya menuju mobil Jett dan berhasil masuk dengan selamat. Beberapa detik kemudian, mobil yang dimaksud menjadi sasaran tembak dari beberapa arah. Jett bergegas menekan pedal dan melajukan mobilnya secepat kilat.

***

Jett menuju sebuah perbukitan. Dalam kondisi malam tapi cukup terang karena cuaca cerah, ia sempat memandang Misha yang sedang mendekap Bea dalam pangkuannya. Anak kecil itu memeluk ibunya erat. Pipi gemasnya ditempelkan pada dada Misha.

Tidak disangka Jett meraih tangan Misha yang sedang mengepal keras diatas lutut. Kaos milik Jett yang dikenakannya memperlihatkan pahanya. Kulit Misha memang sepucat keramik, mungkin hasil genetik dari ayah kandungnya yang asli Rusia. Sedangkan raut wajah polosnya adalah hasil warisan dari ibunya yang berdarah campuran latin amerika. Semua ini diketahui Jett dari hasil laporan yang dikumpulkan timnya di kantor.

Jett berusaha menenangkan Misha dengan kehadirannya. Awalnya Misha tidak membalas kaitan jari miliknya. Jett berusaha dengan memijatnya pelan dan mengalirkan pernyataan rasa aman tanpa melalui kata. Sepasang matanya berusaha menangkap kegundahan di manik Misha. Ia ingin menyalurkan kenyamanan yang setidaknya mereka rasakan tadi sore bersama di atas sofa ruang tengah yang kini sudah hancur lebur.

Yes! Manik Misha berhasil menangkap afirmasi Jett yang ingin menyampaikan bahwa kini keduanya akan aman dan baik-baik saja bersama lelaki itu. Misha membalas kaitan jari Jett.

Mereka saling menggenggam. Saat itu pula Jett dihantam pertanyaan, apakah ia mampu melindungi kedua perempuan di sampingnya ini? Atau ini hanya sebuah perasaan fana semata karena rasa traumatis Misha terhadap ancaman kekerasan dan pembunuhan yang kini sedang mengancam nyawanya?***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status