Home / Fantasi / Pendekar Cincin Giok / Sejarah masalalu

Share

Sejarah masalalu

Author: DRIANS
last update Last Updated: 2024-03-14 20:18:24

Didepan matanya itu terdapat ruangan gelap, mana mungkin matanya bisa menangkap apa yang ada didalam sana. Lixuan berhenti sejenak, dia akhirnya menemukan cara yang bagus untuk menyelesaikan permasalah yang dia hadapi.

Lixuan pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu lebih dalam. Lagian entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika tetap memaksakan kehendaknya untuk memasuk ruangan rahasia itu. Sekarang sebenarnya dia ragu. Namun walaupun dia ragu rasa penasaran dihatinyanya semakin meluap luap.

Memang seperti itulah Lixuan dia akan memaksakan dirinya.  Jika itu untuk memuaskan rasa penasarannya, dia pasti akan melakukan segala cara untuk menuntaskannya. Lixuan pun mundur beberapa jengkal dari posisinya itu, dia kini tepat diantara rak buku yang sedikit terbuka.

"Sepertinya cahaya dari lampu itu bisa masuk jika aku membuka rak ini lebih lebar lagi." Dengan asumsi sekilas yang terpikirkan didalam kepalanya. Dia mulai mendorong rak buku itu.

"Arghh berat sekali," dia bergumam pada dirinya sendiri.

Ya mau bagaimana lagi ukuran tubuhnya kecil seperti itu apalagi tenaga yang dia miliki, namun walaupun begitu dia tetap mendorong dengan sungguh sungguh. Perlahan tapi pasti rak buku itu mulai terdorong. Cahaya yang ada diluar mulai menembus bagian terdalam dari ruangan rahasia itu.

Setelah perjuangan yang cukup ekstra akhirnya dia berhasil. Akan tetapi tubuhnya kini penuh dengan keringat, dia seperti baru saja mandi. "Fu... Akhirnya berhasil juga." Dia menyeka keringat yang ada didahinya.

Matanya terbuka lebar, dia tak menyangka ada ruangan seperti itu didalam sana. Keterkejutannya bukan karena barang barang memukau yang ada didalam sana. Namun itu karena kertas kertas yang berserakan dimana mana.

Lixuan mulai berjalan memasuki ruangan itu, ketika dia tepat menginjak salah satu kertas berserakan itu, dia segera berhenti. Lixuan pun mengambil satu kertas.

"Menakjubkan apakah ini gerkan bela diri." Kertas yang diangkatnya menunjukkan gambar orang yang sedang memukul kedepan.

Lixuan yang ingin belajar beladiri akhirnya memiliki kesempatan untuk melakukan itu. Dia tak ingin membuang kesempatan ini begitu saja, dia mulai mengumpulkan satu persatu kertas yang berserakan itu.

"Ah itu ada peti, aku akan memasukan kertas ini kedalam sana lalu membawanya kekamarku."

Peti yang dimaksud oleh Lixuan berada diatas meja yang berada tepat didepannya. Namun  sepertinya meja itu tidak pernah disentuh sama sekali. Debu debu itulah yang membuktikannya. 

Lixuan terpikirkan sesuatu yang cukup serakah. Walaupun sudah ada kertas kertas yang bisa memberikan ilmu beladiri tanpa bantuan siapapun, dia tetap berharap bahwa didalam peti itu terdapat benda yang menakjubkan daripada kertas kertas itu.

Ketertarikannya akan peti itu tak bisa menghentikan langkah kakinya, perlahan dia mendekati benda itu.

Debum.. debum...

Kesunyian ini membuat detak jantungnya terdengar ditelinganya. Dia terus berjalan walaupun keringat didahinya menetes tiada henti.

Lixuan meyakinkan dirinya bahwa semua ini bukanlah sebuah kesalahan. Akan tetapi  semakin tubuhnya mendekati peti itu entah mengapa hatinya semakin mempertanyakan tidakannya itu sebagai sebuah kesalahan tak termaafkan.

'Apakah aku boleh seenaknya dirumah orang lain?'

Lixuan semakin ragu ketika mengingat Sasa dan keluarganya selalu baik dengan dia selama ini. Namun seolah olah peti itu memanggilnya, dia tak bisa menghentikan langkah kaki kecilnya itu.

"Melihat sedikit tidak masalahkan. Sasa maafkan aku yang tidak sopan ini," gumanya.

Dia membuka peti. Tidak ada yang aneh dengan peti itu, dia berharap peti itu akan mengeluarkan cahaya. Namun kekecewaannya itu tak berlangsung lama ketika dia melihat buku yang bergambarkan orang sedang bertapa. Sinar menggiling orang itu.

Benar benar buku yang lusuh warnanya sudah menguning, bercakan bercakan yang sering ditemui dibuku usang juga terlihat dihadapannya. Lixuan meletakkan kertas kertas keatas meja itu.

Dabum... Dabum...

Jantungnya berdebar lebih kencang daripada sebelumnya, dia mulai mengangkat buku itu. Lembar demi lembar dia buka. Namun buku itu berbeda dengan kertas kertas yang dia kumpulan tadi. Jika kertas itu gambar maka buku itu sebaliknya.

"aku tak bisa membaca buku ini, ayo kita kembali kekamar buku buku menarik. Argh... Gerahnya."

Lixuan memutuskan untuk membawa buku itu keluar, lagian sumber cahaya yang remang remang itu tak bisa memperlihatkan huruf huruf dengan jelas.Lixuan memasukkan tumpukan kertas yang begitu banyaknya kedalam peti, sangking banyaknya kertas kertas itu membuat peti itu penuh.

Lixuan pun mengakat peti itu lalu keluar dari ruangan rahasia itu. Kini ruangan itu tak memiliki apa apa selain lampu yang telah mati dan meja sekaligus kursi. Untuk mencegah sesuatu yang tak diinginkan dari keluarga Sasa, Lixuan menutup ruangan itu seperti sebelumnya.

Dia sudah menemukan buku yang menarik. Tidak ada alasan lagi baginya untuk tetap berada disini. Selain  sudah mendapatkan buku menarik dia juga sudah gerah berada diruangan pengap ini. Dia ingin cepat keluar dari perpustakaan ini lalu kembali kekamaranya yang sejuk. 

***

Lixuan berhasil membawa peti itu kekamaranya tanpa diketahui satu orang pun. Cendela dan pintu telah tertutup dengan rapat sekali.

"Sudah saatnya aku melihat isi buku itu."

Dia membukanya. Sebuah tulisan berjudul asal muasal energi Quantum dilihatnya.

"Ah menarik menarik, buku inilah yang aku cari selama ini."

Akan tetapi ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya, aksara pada judul buku itu berbeda dengan aksara milik kerajaan Alrnat. Lixuan pun merasa heran dengan situasinya saat ini. Sejak kapan dia bisa membaca aksara kuno itu?

Dia terus berpikir untuk menemukan jawaban yang memungkinkan. Namun dia menggeleng gelengkan kepalanya setelah beberapa menit berpikir.

"Persetan kenapa aku bisa membaca aksara aneh ini, aku lebih penasaran dengan asal muasal energi Quantum."

Lixuan sejak mengetahui bahwa dirinya tak bisa menggunakan energi Quantum dia mulai bertanya tanya tentang energi itu.

Kenapa aku tak bisa menggunaka energi itu?

kenapa energi itu ada?

sebenarnya apa energi Quantum itu.'

Pertanyaan pertanyaan lain yang belum terjawab itu mulai satu persatu terjawab dengan bergantinya halaman buku itu.

Mulut Lixuan mulai mengeluarkan suara.

"Dahulu kala ruangan berbentuk menara muncul didunia ini, konon katanya menara menara itu tercipta karena para manusia yang menginginkan kekuatan yang setara dengan Dewa. Menurut legenda Orang yang menciptakan menara itu melalau keinginannya bernama Sindra.  Dia dengan kemampuan beladiri tangguh mencoba menaklukkan menara itu, didalamnya terdapat monster monster kuat tiada tanding. Namun monster monster itu bukanlah tandingan baginya."

Tulisan mulai kabur sehingga Lixuan berhenti mengeluarkan suara.  Teks kabur itu tak terbaca sampai beberapa halaman. Tak terasa dia membuka buku itu hampir separuhnya, namun kali ini berbeda tulisan itu bisa terbaca.

"Sindra  bertarung sepanjang hidupnya dengan kemampuan yang tak pernah dipikirkan oleh manusia sama sekali. Kerajaan demi kerajaan tunduk padanya, rekan rekan terus berdatangan dibawah panjinya. Ras iblis, monster dan manusia setengah hewan yang keluar dari menara itu memusuhinya."

Lagi lagi teks itu kabur tak bisa dibaca. "Ah dasar buku tak berguna, bagaimana aku bisa tahu rincian energi Quantum jika tulisan ini hampir semuanya rusak." Namun walaupun kesal dia terus membalik kertas lembar itu.

"Sindra  mengeluarkan tekniknya mengorbankan diri untuk manusia masa depan, dia menengalamkan cicin giok kedasar bumi. Bumi menerimanya, akar akar pohon menyerap energi Quantum yang ada didalam  cicin giok itu. Oksigen telah bercampur dengan energi Quantum. Pada akhirnya manusia manusia yang menghirup oksigen itu mulai mendapatkan energi Quantum."

Buku berakhir dengan sebuah lubang yang cukup besar. Lixuan menyesal karena terlalu banyak berharap dengan buku itu. Keinginan tahuannya untuk mengetahui energi Quantum tak bisa didapatkannya kali ini.

"Ah kenapa aku merasa ferustasi seperti ini, lagian aku tak bisa menggunakan energi konyol itu." Walaupun mulutnya berkata seperti itu tapi tidak dengan hatinya.

'Sepertinya cincin giok ini akan membawaku ke sebuah jawaban.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Cincin Giok   Sebuah perediksi

    "tuan Vans asal tahu saja ini bukan tentang harga diri dan ego, akan tetapi ini tentang keyakinan dan tekad," ucap Vincaus dengan tegas. "ah jadi yang kau maksud tentang keyakinan itu adalah membunuh para bawahan mu," ucap Vans. Setelah mengucapkan kalimat itu sepuluh musuh tumbang ditempat itu. "ah apa apa ini, apakah ini akhir dari kita," ucap prajurit. "aku tidak ingin ini terjadi, aku ingin pulang bertemu keluarga ku," ucap perajurit lainnya. "bagaimana ini, apakah kita menyerah saja, dan menangkap tuan Vincaus." "mungkin itu bisa kita lakukan apabila tuan tak segera melakukan pergerakan." semua suara itu tumpang tindih sehingga itu hanya terdengar seperti suara tawon. Vans yang melihat itu merasa senang, dia akhirnya bisa mendapatkan kemenangan atas mental mereka. Hanya butuh sentuhan terkahir, musuhnya akan segera runtuh. namun disaat yang sama Vincaus tertawa terbahak bahak. "aku tahu, aku tahu, kau hanya bisa membunuh sepuluh orang bukan? jika kami melakukan gerakan

  • Pendekar Cincin Giok   Ternyata itu kau

    Armada yang cukup banyak itu berhenti dipulau yang tak berpenghuni, pada saat ini mereka sedang menunggu mangsa yang ingin dikejar oleh mereka. Namun sebelum itu mereka ingin melakukan sesuatu terhadap kerajaan Englandia.Sudah dua hari mereka menetap disana, setiap satu harinya mereka menyeludupkan barang barang kedalam kerajaan Englandia.Selain itu juga mereka meninggalkan beberapa orang disana untuk melakukan sesuatu yang amat penting.Saat ini kapal yang dinaiki oleh Lixuan dan para anggota baru sedang menuju keaarah kerajaan Englandia sebagai saudagar yang menjual barang barang. Sebelumnya semua awak keru yang ada disana memang adalah saudagar yang dimiliki oleh serikat bajak laut, namun kali ini beberapa orang yang ada didalam sana adalah pasukan militer."Dimana Lisa Lixuan?" Ucap Sasa.Karena ahli bertarung dan dia ingin selalu berdekatan dengan Lixuan, Sasa ikut serta melakukan misi yang akan dijalankan oleh Lixuan itu. Saat ini ada sasa dan Long cai disampingnya.Sasa yang

  • Pendekar Cincin Giok   benda menakjubkan

    Hari hari yang dilalui oleh Lixuan kembali seperti sebelumnya, meskipun saat ini ada Sasa dan Long cai disana dia tetap melakukan rutinitas seperti biasanya. Terkadang dia membantu memasak, atau pun membantu para awak keru yang sedang memperbaiki kapal. Sebelumnya terjadi badai yang amat besar, itu menyebabkan kapal kapal yang dinaiki mereka mengalami kerusakan yang cukup fatal.Sedangkan untuk Sasa dia saat ini masih belum bisa menerima Lixuan yang saat ini, sebelumnya dia mengenal Lixuan yang hangat dan pengertian sedangkan untuk sekarang dia tak mendapatkan hal tersebut dari Lixuan. Meskipun pada saat ini hubungan mereka sudah membaik namun masih ada jarak diantara mereka berdua. Berbeda sekali dengan sebelumnya."Lisa apakah ada yang bisa aku bantu, sepertinya kau sedang kerepotan sekarang," ucap Sasa.Entah bagaimana hubungan diantara kedua gadis itu kian semakin dekat, Sasa sudah tak memiliki kebencian terdapat Lisa. Bisa dibilang kedua wanita itu sudah menjadi sahabat.Pada s

  • Pendekar Cincin Giok   deklarasi

    Setelah semuanya mereda Sasa kembali ke dirinya yang asli, tenang dan dingin. Bukannya dia tak ingin menghajar Lixuan lagi, namun dia tak memiliki tenaga untuk melakukan itu.Lixuan yang sadar bahwa semua ini adalah ulahnya menjauhi Sasa dan lainnya, dia menuju keaarah kamar Long cai untuk merawat peria itu."Siapa namamu," ucap Lisa yang duduk disamping Sasa. Dia baru saja kembali dari dapur untuk mengambilkan air minum. Sasa yang masih makan itu tak menjawab pertanyaan Lisa, dimatanya wanita itu hanyalah musuh yang harus disingkirkan.Lisa yang tak mendapatkan jawaban dari Sasa itu mewajirnya. Dalam masalah ini Sasa belumlah bisa berpikir rasional, seandainya dia berada diposisi yang sama mungkin perilakunya akan mirip dengan Sasa."Maaf karena menganggu hubungan kalian, tapi asal tahu saja aku tak memiliki maksud untuk melakukan itu. Kau tahu, aku menemukan Lixuan pingsan ditepi pantai sebelumnya, kami juga belum cukup kenal," ucap Lisa.Sasa belum ingin menjawab pertanyaan dari L

  • Pendekar Cincin Giok   mengambil alih

    Mendengar suara gelas yang pecah itu, segera kedua orang tersebut berlari menuju keaarah kamar sebelah. Lixuan wajahnya cukup cemas, entah Lisa yang dia cemaskan atau Sasa.Lixuan memasuki kamar yang dimiliki oleh sosok wanita, ruangan itu dipenuhi oleh perabotan elektronik yang cukup memenuhi semuanya. Ada kabel berserakan dimana mana, begitu pun kaleng kaleng yang cukup banyak."Ada apa ini kenapa ada pecahan gelas disini," ucap York.Entah dia pura pura bodoh, atau memang tak tahu. York pun segera mambantu Lisa yang sedang memunguti pecahan gelas gelas itu.Lixuan hanya melihat kedua orang itu yang sedang memunguti gelas, setelah beberapa saat kemudian padangannya teralihkan ke arah Sasa."Lixuan kau kah itu, aku tak percaya kau ada disini," dia dengan sisa sisa tenaganya melompat keaarah pelukan Lixuan, Lixuan yang mendapatkan serangan yang secara tiba tiba itu menghindar. Alhasil tubuh Sasa tersungkur dilantai yang ada disan, ya meskipun Sasa bukankah siapa siapa bagi Lixuan, na

  • Pendekar Cincin Giok   Cetar

    York dan lainnya sudah sampai ditempat Long cai berada, Lixuan yang membawa satu piring berisikan nasi itu meletakkannya keatas meja yang ada disana, begitu pun cangkir berisikan air."Wau sepertinya anak ini benar benar dalam keadaan gawat," ucap York.Dia sudah selesai mengecek seluruh bagian tubuh milik Long cai, saat ini York merasa perihatin dengan keadaan anak itu. Dia dahulu pernah mengalami hal yang serupa, saat itu dia sedang berperang untuk menaklukkan sebuah negara, namun naasnya pertempuran yang dianggap hanya sebentar itu berlangsung sangat lama. York dan pasukannya yang kekurangan makanan itu pun mengalami penyakit yang mengerikan, hampir separuhnya meninggal. Itu adalah satu satunya pertempuran yang amat sulit bagi York. Namun dengan keberuntungan yang besar, York berhasil bertahan dari kematian. Padahal sebelumnya dia nyaris mengalami hal yang serupa seperti apa yang di alami oleh teman temannya."Kau benar paman, jika dia dibiarkan saja seperti ini mungkin nyawanya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status