Share

Sejarah masalalu

Didepan matanya itu terdapat ruangan gelap, mana mungkin matanya bisa menangkap apa yang ada didalam sana. Lixuan berhenti sejenak, dia akhirnya menemukan cara yang bagus untuk menyelesaikan permasalah yang dia hadapi.

Lixuan pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu lebih dalam. Lagian entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika tetap memaksakan kehendaknya untuk memasuk ruangan rahasia itu. Sekarang sebenarnya dia ragu. Namun walaupun dia ragu rasa penasaran dihatinyanya semakin meluap luap.

Memang seperti itulah Lixuan dia akan memaksakan dirinya.  Jika itu untuk memuaskan rasa penasarannya, dia pasti akan melakukan segala cara untuk menuntaskannya. Lixuan pun mundur beberapa jengkal dari posisinya itu, dia kini tepat diantara rak buku yang sedikit terbuka.

"Sepertinya cahaya dari lampu itu bisa masuk jika aku membuka rak ini lebih lebar lagi." Dengan asumsi sekilas yang terpikirkan didalam kepalanya. Dia mulai mendorong rak buku itu.

"Arghh berat sekali," dia bergumam pada dirinya sendiri.

Ya mau bagaimana lagi ukuran tubuhnya kecil seperti itu apalagi tenaga yang dia miliki, namun walaupun begitu dia tetap mendorong dengan sungguh sungguh. Perlahan tapi pasti rak buku itu mulai terdorong. Cahaya yang ada diluar mulai menembus bagian terdalam dari ruangan rahasia itu.

Setelah perjuangan yang cukup ekstra akhirnya dia berhasil. Akan tetapi tubuhnya kini penuh dengan keringat, dia seperti baru saja mandi. "Fu... Akhirnya berhasil juga." Dia menyeka keringat yang ada didahinya.

Matanya terbuka lebar, dia tak menyangka ada ruangan seperti itu didalam sana. Keterkejutannya bukan karena barang barang memukau yang ada didalam sana. Namun itu karena kertas kertas yang berserakan dimana mana.

Lixuan mulai berjalan memasuki ruangan itu, ketika dia tepat menginjak salah satu kertas berserakan itu, dia segera berhenti. Lixuan pun mengambil satu kertas.

"Menakjubkan apakah ini gerkan bela diri." Kertas yang diangkatnya menunjukkan gambar orang yang sedang memukul kedepan.

Lixuan yang ingin belajar beladiri akhirnya memiliki kesempatan untuk melakukan itu. Dia tak ingin membuang kesempatan ini begitu saja, dia mulai mengumpulkan satu persatu kertas yang berserakan itu.

"Ah itu ada peti, aku akan memasukan kertas ini kedalam sana lalu membawanya kekamarku."

Peti yang dimaksud oleh Lixuan berada diatas meja yang berada tepat didepannya. Namun  sepertinya meja itu tidak pernah disentuh sama sekali. Debu debu itulah yang membuktikannya. 

Lixuan terpikirkan sesuatu yang cukup serakah. Walaupun sudah ada kertas kertas yang bisa memberikan ilmu beladiri tanpa bantuan siapapun, dia tetap berharap bahwa didalam peti itu terdapat benda yang menakjubkan daripada kertas kertas itu.

Ketertarikannya akan peti itu tak bisa menghentikan langkah kakinya, perlahan dia mendekati benda itu.

Debum.. debum...

Kesunyian ini membuat detak jantungnya terdengar ditelinganya. Dia terus berjalan walaupun keringat didahinya menetes tiada henti.

Lixuan meyakinkan dirinya bahwa semua ini bukanlah sebuah kesalahan. Akan tetapi  semakin tubuhnya mendekati peti itu entah mengapa hatinya semakin mempertanyakan tidakannya itu sebagai sebuah kesalahan tak termaafkan.

'Apakah aku boleh seenaknya dirumah orang lain?'

Lixuan semakin ragu ketika mengingat Sasa dan keluarganya selalu baik dengan dia selama ini. Namun seolah olah peti itu memanggilnya, dia tak bisa menghentikan langkah kaki kecilnya itu.

"Melihat sedikit tidak masalahkan. Sasa maafkan aku yang tidak sopan ini," gumanya.

Dia membuka peti. Tidak ada yang aneh dengan peti itu, dia berharap peti itu akan mengeluarkan cahaya. Namun kekecewaannya itu tak berlangsung lama ketika dia melihat buku yang bergambarkan orang sedang bertapa. Sinar menggiling orang itu.

Benar benar buku yang lusuh warnanya sudah menguning, bercakan bercakan yang sering ditemui dibuku usang juga terlihat dihadapannya. Lixuan meletakkan kertas kertas keatas meja itu.

Dabum... Dabum...

Jantungnya berdebar lebih kencang daripada sebelumnya, dia mulai mengangkat buku itu. Lembar demi lembar dia buka. Namun buku itu berbeda dengan kertas kertas yang dia kumpulan tadi. Jika kertas itu gambar maka buku itu sebaliknya.

"aku tak bisa membaca buku ini, ayo kita kembali kekamar buku buku menarik. Argh... Gerahnya."

Lixuan memutuskan untuk membawa buku itu keluar, lagian sumber cahaya yang remang remang itu tak bisa memperlihatkan huruf huruf dengan jelas.Lixuan memasukkan tumpukan kertas yang begitu banyaknya kedalam peti, sangking banyaknya kertas kertas itu membuat peti itu penuh.

Lixuan pun mengakat peti itu lalu keluar dari ruangan rahasia itu. Kini ruangan itu tak memiliki apa apa selain lampu yang telah mati dan meja sekaligus kursi. Untuk mencegah sesuatu yang tak diinginkan dari keluarga Sasa, Lixuan menutup ruangan itu seperti sebelumnya.

Dia sudah menemukan buku yang menarik. Tidak ada alasan lagi baginya untuk tetap berada disini. Selain  sudah mendapatkan buku menarik dia juga sudah gerah berada diruangan pengap ini. Dia ingin cepat keluar dari perpustakaan ini lalu kembali kekamaranya yang sejuk. 

***

Lixuan berhasil membawa peti itu kekamaranya tanpa diketahui satu orang pun. Cendela dan pintu telah tertutup dengan rapat sekali.

"Sudah saatnya aku melihat isi buku itu."

Dia membukanya. Sebuah tulisan berjudul asal muasal energi Quantum dilihatnya.

"Ah menarik menarik, buku inilah yang aku cari selama ini."

Akan tetapi ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya, aksara pada judul buku itu berbeda dengan aksara milik kerajaan Alrnat. Lixuan pun merasa heran dengan situasinya saat ini. Sejak kapan dia bisa membaca aksara kuno itu?

Dia terus berpikir untuk menemukan jawaban yang memungkinkan. Namun dia menggeleng gelengkan kepalanya setelah beberapa menit berpikir.

"Persetan kenapa aku bisa membaca aksara aneh ini, aku lebih penasaran dengan asal muasal energi Quantum."

Lixuan sejak mengetahui bahwa dirinya tak bisa menggunakan energi Quantum dia mulai bertanya tanya tentang energi itu.

Kenapa aku tak bisa menggunaka energi itu?

kenapa energi itu ada?

sebenarnya apa energi Quantum itu.'

Pertanyaan pertanyaan lain yang belum terjawab itu mulai satu persatu terjawab dengan bergantinya halaman buku itu.

Mulut Lixuan mulai mengeluarkan suara.

"Dahulu kala ruangan berbentuk menara muncul didunia ini, konon katanya menara menara itu tercipta karena para manusia yang menginginkan kekuatan yang setara dengan Dewa. Menurut legenda Orang yang menciptakan menara itu melalau keinginannya bernama Sindra.  Dia dengan kemampuan beladiri tangguh mencoba menaklukkan menara itu, didalamnya terdapat monster monster kuat tiada tanding. Namun monster monster itu bukanlah tandingan baginya."

Tulisan mulai kabur sehingga Lixuan berhenti mengeluarkan suara.  Teks kabur itu tak terbaca sampai beberapa halaman. Tak terasa dia membuka buku itu hampir separuhnya, namun kali ini berbeda tulisan itu bisa terbaca.

"Sindra  bertarung sepanjang hidupnya dengan kemampuan yang tak pernah dipikirkan oleh manusia sama sekali. Kerajaan demi kerajaan tunduk padanya, rekan rekan terus berdatangan dibawah panjinya. Ras iblis, monster dan manusia setengah hewan yang keluar dari menara itu memusuhinya."

Lagi lagi teks itu kabur tak bisa dibaca. "Ah dasar buku tak berguna, bagaimana aku bisa tahu rincian energi Quantum jika tulisan ini hampir semuanya rusak." Namun walaupun kesal dia terus membalik kertas lembar itu.

"Sindra  mengeluarkan tekniknya mengorbankan diri untuk manusia masa depan, dia menengalamkan cicin giok kedasar bumi. Bumi menerimanya, akar akar pohon menyerap energi Quantum yang ada didalam  cicin giok itu. Oksigen telah bercampur dengan energi Quantum. Pada akhirnya manusia manusia yang menghirup oksigen itu mulai mendapatkan energi Quantum."

Buku berakhir dengan sebuah lubang yang cukup besar. Lixuan menyesal karena terlalu banyak berharap dengan buku itu. Keinginan tahuannya untuk mengetahui energi Quantum tak bisa didapatkannya kali ini.

"Ah kenapa aku merasa ferustasi seperti ini, lagian aku tak bisa menggunakan energi konyol itu." Walaupun mulutnya berkata seperti itu tapi tidak dengan hatinya.

'Sepertinya cincin giok ini akan membawaku ke sebuah jawaban.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status