Share

Pendekar Dekrit Dewa
Pendekar Dekrit Dewa
Author: Adaha Kena

bab 1: Sampah Realm of Miracle

-Tanah tersembunyi: Bukit Klan Cahaya

Seolah diisi entitas bintang-bintang, sepasang pupil mata memuat manik galaksi yang memikat. Setengah wajah pemiliknya ditutupi helaian kain dan rambut panjangnya yang hitam tergerai ketika berlari. Dia terus menyusuri atap bangunan yang berjejer dengan kaki jenjangnya yang ringan dan tanpa bunyi.

Hingga pijakan sosok perempuan misterius itu berakhir dan terciptalah gelombang ruang saat ia mulai menapaki udara. Dia lekas membalik tubuh ke arah bukit yang habis dilalap nyala api, kemudian, mengayunkan Qi hitam pekat untuk menghempas Qi hijau tua yang datang.

Akibat dua Qi yang saling beradu, angin berhembus ke segala arah dan bunyi yang memekakkan telinga tercipta, masuk ke pendengaran bayi di gendongan wanita itu hingga tersentak kaget.

"Ueeek ... Ueeek...."

"Il-Pyo, kau tenang saja, Ayahmu pasti akan datang dan kita akan selamat," hibur wanita itu dengan tatapan yang teduh lalu cepat kembali waspada ke arah datangnya serangan.

Di sana, di ujung pandangannya, tampak seorang pria kisaran 40-an tengah berdiri memijak udara. Dia mengenakan pakaian bersulam benang perak dengan hawa membunuh yang pekat.

"Tidak akan ada yang datang menolong dan hanya menunggu waktu sampai kau berhasil tertangkap. Jadi, tidak ada gunanya kau terus melarikan diri!" Kemudian terlihat ribuan bala tentara yang berhasil menyusul berbaris patuh di belakang pria tersebut, membuatnya lebih percaya diri saat kembali berkata, "Kau bisa melihatnya. klan Cahaya sebagai klan terkuat di Benua Timur telah menemui kehancuran mereka."

"Hancur? Klan Cahaya masih berdiri selama bayi ini masih ada!" balas wanita itu dengan tatapan penuh rasa jijik. "Sejak tadi kau belum juga berhasil menangkapku. Yang bisa kau lakukan hanyalah beromong kosong."

Dilihat dari gaun abu-abu tipis yang perempuan misterius itu kenakan, jelas tubuh indah yang ada di baliknya. Sungguh sosok yang nyaris menyerupai Dewi. Akan tetapi, aura pekat dan tatapannya yang sedingin es, mampu membuat pria tersebut dan seluruh pasukannya menahan diri untuk tidak maju dengan gegabah. Akan lebih baik jika sosok itu sendiri yang menyerah.

"Aku memang tidak menginginkan kau terlibat dengan klan Cahaya. Tapi kau telah menjadi begitu sombong hanya karena aku menawarkan kematian yang mudah. Kau pikir sampai mana kau bisa bertahan dengan jumlah kami yang banyak ini?" jawab pria itu sinis.

"Kalau begitu tidak perlu banyak bicara lagi!" Perempuan itu mengangkat satu tangannya dan mengalirkan Qi hitam pekat yang banyak ke atas. "Teknik leluhur! Genggaman Bintang Kehampaan!" lanjutnya berseru.

Langit berangsur-angsur diisi oleh Qi asing nan menyekat pernapasan. Memadat dan kemudian membentuklah avatar tangan hitam dengan taburan bintang layaknya langit malam. Awan tersingkap, seolah tangan besar itu ingin mencengkram bumi, lalu mengepal sempurna menjadi sebuah tinju yang dijatuhkan dari ketinggian langit.

Menyikapi datangnya serangan, Qi hijau tua yang pekat mulai meluap dari tubuh pria itu, pun dengan ribuan pasukan yang menyertainya. Dalam keadaan tanpa harapan seperti sekarang mereka tidak mengira wanita bercadar tetap mempertahankan bayi di pelukannya.

"Ingin kabur dengan kekuatan yang tersisa? Kau pikir bisa mengelabuiku lagi?" Perlahan Qi hijau tua menyulut penciptaan pedang besar ketika pria itu juga mengangkat tangannya ke atas. "Teknik Leluhur! Pedang Racun Penusuk!" lanjutnya balas berseru.

Saat semua serangan itu akhirnya bertemu, bentrokan kekuatannya menghasilkan suara guntur dan ledakan yang tidak kurang dari bunyi letusan gunung berapi. Sisa-sisa kedahsyatan itu memudar setelah cukup lama menyebabkan badai. Dan ya, wanita bercadar sudah hilang dari sisi langit seperti perkiraan pria itu.

"Wanita brengsek itu sudah kelelahan dan dapat kalian tangani. Kejar dan bunuh mereka!" Pria itu memberi perintah ke semua anak buahnya dengan gigi yang menggertak. Ribuan ahli beladiri menunggang kuda seketika terbang menyebar.

***

Dunia Realm of Miracle terpisah menjadi 4 daratan benua besar. Pada setiap benua, terdapat 'Tanah Tersembunyi' yang diyakini kuat sebagai tempat tinggal praktisi ranah Bencana. Manusia-manusia pemilik kekuatan destruktif tersebut berdiam dan menyisihkan diri dari dunia luar untuk fokus meningkatkan pelatihan mereka menuju keabadian. Namun, 15 tahun lalu, terjadi pertikaian sengit yang melibatkan banyak praktisi-praktisi itu hingga kekacauan dunia tak dapat lagi dihindari.

Pertempuran berdarah terjadi di setiap tempat, memakan banyak sekali korban, serta menghilangkan sekumpulan fraksi besar. Bahkan, untuk membayangkan kembali betapa kacau dunia waktu itu seseorang tidak akan lagi mau. Saat itu dianggap sebagai hari-hari menuju kiamat.

Meski tak diketahui dasar alasan dari pertikaian mereka dan apakah semua masalah telah diselesaikan atau belum, dunia berhasil mendapatkan kedamaiannya kembali berkat kemunculan sosok kuat wanita bercadar. Sosoknya disebut-sebut sebagai manifestasi dari kekuatan, lambang dari kedamaian. Andai dia tidak pernah ada, dapat disimpulkan pertarungan para ahli yang terus berlanjut akan lebih banyak menimbulkan penderitaan.

Tak ada yang tahu kemana dan apa yang wanita bercadar itu lakukan usai 15 tahun berlalu. Tetapi, banyak generasi muda ingin menjadi kuat sepertinya. Mereka berlomba menaiki tangga menuju puncak kekuatan, membuktikan diri mereka sekurang-kurangnya layak disebut sebagai seorang kultivator.

Bukan menjadi pengecualian untuk seluruh generasi muda di Kekaisaran Nilam, bagian paling selatan Benua Timur. Di berbagai kota, baik itu kota besar atau pun kecil, intensitas latihan para generasi muda jauh meningkat dari pada latihan mereka pada hari biasanya. Hal ini dikarenakan sekte 'Mata Pedang' yang tinggal menghitung bulan akan mengadakan perekrutan murid.

Sekte Mata Pedang merupakan tempat berlatih impian semua orang di Kekaisaran Nilam yang berkeinginan menjadi kuat. Fraksi besar yang bertahan setelah kekacauan 15 tahun lalu tersebut selalu berhasil mencetak generasi hebat di Benua Timur. Bahkan baru-baru ini, mereka mempunyai murid perempuan yang sudah berada di ranah 'Penguasa Teknik' pada umurnya yang masih 17 tahun. Kecepatan pelatihan paling menakutkan dibandingkan anak seusianya.

Oleh karena itu, tak ada yang tak mengidamkan berlatih di sana. Perekrutan murid sekte Mata Pedang adalah kesempatan yang lebih berharga ketimbang sebongkah emas.

Di kota kecil, namanya kota Quan, prefektur paling terbelakang dari wilayah kekuasaan kekaisaran Nilam. Seorang pemuda bernama Il-Pyo juga berkeinginan kuat untuk diterima sekte Mata Pedang.

Setelah menebang pohon di hutan pagi-pagi sekali, dia segera menuju setiap rumah makan untuk mencari ahli yang bersedia mengajarinya memulai kultivasi.

Hari ini mungkin adalah hari keberuntungan pemuda tersebut setelah sekian lama. Akhirnya ada seorang praktisi ranah 'Pengungkit Teknik' mau membantunya memulai kultivasi hanya dengan sedikit imbalan. Dia sangat sengat senang dan bersemangat.

"Tuan ... saya sudah membayar makanan Tuan. Tolong beritahu saya kapan saya bisa mulai berlatih sesuai janji Tuan?" tanya Il-Pyo pada sosok yang duduk santai usai menyantap habis makanan di meja.

Beberapa saat menunggu, belum ada jawaban dari pertanyaan Il-Pyo. Sampai pada ketika pria tersebut akhirnya tidak lagi bisa menahan gelak tawanya. Dia menggelengkan kepala beberapa kali setelah menormalkan napas. Menganggap Il-Pyo orang yang gagal melihat dirinya sendiri sebagai sampah.

"Selain tidak mempunyai bakat. Sepertinya kepalamu tidak ada isinya juga, ya?" Pria yang diketahui bernama Yuxuan itu meringis setelah mengejek. Sudut matanya sampai-sampai mengeluarkan sedikit air mata. "Sungguh bodoh. Aku belum pernah menemukan pemuda yang lebih konyol dibanding dirimu," lanjutnya.

"Tapi Tuan sudah berjanji akan melatih saya jika saya membaya—"

"Mana mungkin ada orang yang bisa melatihmu. Semua orang di kota ini tahu siapa kamu. bahkan jika seorang guru besar dari Kekaisaran yang datang untuk mengajar, itu tidak akan ada artinya jika yang dilatih adalah dirimu. Tidak ada orang yang bisa mengubah takdir langit yang diberikan padamu, bukan?"

Pada umur 5 tahun, meskipun tidak dapat melatih Qi, manusia di Realm of Miracle sudah mulai dapat mengukur tingkatan kultivasi mereka menggunakan batu spritual. Akan tetapi, Il-Pyo tetap tidak dapat mengetahui tingkatan ranahnya setelah berkali-kali mencoba. Dan sekarang umur Il-Pyo sudah mencapai 15 tahun tanpa indikasi sedikitpun ada Qi di tubuhnya.

Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akan ketimbang menganggap dirinya sebagai orang yang dibenci langit, keberadaan yang tidak berarti apa-apa.

"Kalau begitu kembalikan uang yang saya keluarkan untuk membayar makanan Tuan. Kalau tidak—"

"Kalau tidak?" potong Yuxuan cepat dengan ekspresi tampak menantang. Dia memberi senyum remeh pada pemuda tersebut.

"Sebelum aku marah sebaiknya kau pergi. Lupakan saja uang yang kau gunakan untuk membayar makananku. Dan buang mimpi konyolmu untuk menjadi kultivator. Sampah! Itulah sebutan yang paling cocok untukmu. Anggap uang yang kau berikan adalah upahku memberitahu kenyataan padamu. Pergi dan jangan pernah kembali ke hadapanku!"

Tangan pemuda itu menggenggam erat saat mendengar Yuxuan melanjutkan perkataannya. Urat di dahinya mulai tampak terlihat dan gertakkan giginya yang kuat terdengar berdecit. Orang itu berani menipunya hanya karena dia lemah?

"Kembalikan du—"

Sebelum Il-Pyo menyelesaikan kalimatnya, meja makan lebih dulu digerbak dan dengan gerakan cepat Yuxuan membanting Il-Pyo ke lantai. Pemuda itu bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyadari apa yang telah terjadi dalam beberapa detik.

Semua pelanggan yang ada di rumah makan akhirnya tidak bisa untuk tidak memperhatikan kekacauan itu. Akan tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang tergerak untuk menolong Il-Pyo. Bagi mereka nyawa pemuda tersebut memang tidak ada harganya. Tidak perlu mencari musuh kuat seperti Yuxuan dengan cara menolongnya.

Yuxuan kembali menegaskan, "Kau masih tidak paham, ya? Perkataan orang yang lebih kuat adalah perintah mutlak! Orang yang lemah harus mematuhinya!"

"Kau menipuku. Aku tidak akan pergi sebelum kau mengembalikan uangku!" Il-Pyo balas menegaskan.

Yuxuan terkekeh. "Ada juga anak konyol sepertimu, ya? Hanya karena sedikit uang kau memilih sulitnya berurusan denganku."

Ekspresi Yuxuan tampak kehilangan kesabaran. Matanya berubah jahat saat mengangkat satu kaki yang diperkuat dengan Qi. Dia mendorong kakinya tersebut untuk menekan kuat dada Il-Pyo.

Pemuda tersebut terlihat meringis karena sekalipun dia melawan tidak sedikitpun kekuatan yang menekan dadanya terasa berkurang. Yuxuan terus mendorong kakinya sedikit demi sedikit, senang dengan ekspresi pemuda yang ia injak. Sampai pada Il-Pyo hampir-hampir tidak lagi menerima oksigen.

"Hentikan itu kalau kau tidak ingin mati!" Seseorang akhirnya tidak tahan untuk tidak menyela.

Yuxuan terkejut masih ada yang membela Il-Pyo. Akan tetapi, suara itu terdengar seperti gadis muda. Jadi dia meyakinkan diri kembali untuk tidak takut dan tetap meletakkan kakinya menekan kuat tubuh pemuda tersebut.

"Sialan! Siapa yang berani mengancamku?!" Yuxuan dengan sengaja meninggikan suaranya. "Tunjukkan dirimu gadis kecil!" tegasnya lagi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fanda Fanda
muda mudahn keadaan kmbli normal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status