Share

bab 2: Kecantikan yang Menyihir

"Aku di sini!" Seorang gadis muda mengangkat tangan, melepas topi, dan mengumbar kecantikan yang selama ini tidak pernah terlihat di kota Quan. Matanya yang indah menjadi tajam pada Yuxuan ketika kembali berkata, "Kau akan apa?"

Gadis itu memiliki pupil ungu yang menyihir, kulit putihnya bebas dari noda, warna ungu muda pada pakaiannya menggambarkan kalau dia bukan seorang yang sederhana.

Namun, yang paling membuat Yuxuan berhati-hati adalah kedua sisi gadis itu. Berdiri dua orang dengan hawa keberadaan yang tiba-tiba meningkat. Seolah siap kapan saja mencabik orang yang berani mencari masalah dengan Nona muda mereka.

"Ti—tidak ada!" jawab Yuxuan tersendat-sendat, tubuhnya berkeringat dingin, nyalinya ciut seketika. Wajah sombong yang tadi terpatri berubah menjadi ekspresi seekor anjing penurut.

Yuxuan cepat menarik sebelah kakinya dari tubuh Il-Pyo. Pria dan wanita yang ada di dua sisi gadis itu berada di ranah 'Pengungkit Teknik', setidaknya sudah berada di bintang tiga ranah itu. Tentu Yuxuan pasti kalah jika melawan mereka karena dia sendiri hanya berada di bintang pertama ranah yang sama. Melawan satu saja dia tidak memiliki kesempatan untuk menang.

"Aku dengar kau menipunya. Ajari dia sesuai kesepakatan atau berikan uang yang telah kau curi darinya. Aku anggap permasalahan ini selesai," titah gadis itu kemudian menghela napas.

Yuxuan terhunyung ke belakang karena merasa intimidasi yang kuat. Dua orang di sisi gadis itu melapisi diri mereka dengan Qi, siap akan perintah apa saja dari nona muda mereka.

Keinginan gadis itu berarti perintah mutlak. Tidak boleh sama sekali menyinggungnya. Tapi tentu hal yang mustahil juga mengajari Il-Pyo, pemuda tersebut seorang sampah tanpa Qi. Mengajarinya yang tidak dapat membuka jalur kultivasi akan berakhir seumur hidup.

Yuxuan mau tidak mau merogoh pakaian karena tidak ada pilihan lain. Dengan enggan ia mengembalikan koin sesuai harga makanan yang telah dibayar oleh Il-Pyo untuknya.

"Sial, kenapa keluarga bangsawan terkemuka ada di rumah makan kecil ini?" gumam Yuxuan kebingungan saat bergegas melarikan diri ke arah pintu luar rumah makan.

Il-Pyo bangkit dan mengambil uang yang tercecer di lantai. Langkah kakinya tersendat-sendat akibat rasa sakit yang belum juga pulih.

"Ingin langsung pergi? Kau belum berterima kasih padaku!" tahan gadis yang tadi menolongnya.

Langkah Il-Pyo sontak terhenti, tanpa menoleh dia menjawab, ""Terima kasih."

"Anak ini!" Aura dari dua penjaga gadis itu kembali menguat. "Apa kau tidak diajari orang tuamu cara berterima kasih yang benar?!"

"Aku tidak memiliki orang tua," jawab Il-Pyo parau. Dia kemudian pergi membawa ekspresi yang mengejek diri sendiri.

Gadis yang mendapatkan jawaban ketus itu hanya bisa tersenyum anggun dan mengangkat tangan untuk memberikan isyarat berhenti pada anak buahnya. "Wei Heng, Qiwu, kalau kalian melukainya aku akan memecat kalian."

"Tapi Nona, dia tidak hormat pada Nona!" salah satunya tampak tidak terima.

"Kita berada di pinggiran kota. Wajar kalau orang di sini tidak mengenal sopan santun," jawab gadis itu kemudian berdiri. Dia memasang topi yang sempat dilepaskan tadi. "Lagipula dia adalah orang yang aku cari. Akan sangat buruk kalau kita membuatnya membenci kita padahal sudah jauh-jauh datang ke kota kecil ini."

"A-apa maksud, Nona? Kita ke sini hanya untuk mencari sampah?"

"Dia menarik. Hanya saja kau tak dapat melihatnya, Qiwu. Kita akan mengawasinya untuk beberapa waktu."

Nyala ungu mata gadis itu meredup. Kemudian dia melangkah keluar lebih dulu dari rumah makan. Membawa ekspresi yang lebih cerah dari biasanya.

Wei Heng serta Qiwu saling pandang dan melemparkan tatapan bingung satu sama lain. Jelas kalau anak lelaki tadi tidak berbakat. Energi di tubuhnya saja tidak terasa sama sekali. Di dunia yang mengutamakan kekuatan, dari sisi mana anak bernama Il-Pyo itu menarik?

***

-Dua minggu sebelumnya.

Sebagai satu dari 6 keluarga paling berpengaruh di Kekaisaran Nilam. Kediaman keluarga Zhou adalah tempat yang dipenuhi peraturan di mana pasti ditemukan lorong-lorong kediaman yang tenang. Siapapun tidak dibiarkan keluar masuk dengan mudah. Apalagi untuk bersikap berisik pada waktu malam.

Namun kali ini berbeda, malam dipenuhi aktivitas pencarian sosok berjubah hitam yang tiba-tiba menyusup dan menculik Nona muda mereka. Semua penjaga keamanan keluarga Zhou membawa obor dan memeriksa setiap tempat tanpa terkecuali. Para tetua dan bahkan patriark keluarga ikut bergerak untuk menyelamatkan nona Zhou Ye yang diculik.

Di sisi lain, di atas bangunan kediaman keluarga Zhou. Seorang gadis cantik berhasil membuat celah dan akhirnya lepas dari cengkraman pria misterius yang membekapnya. Dia langsung melayangkan gerakan menyerang. Akan tetapi dengan mudah dihalau dan dikunci hingga kembali tidak dapat bergerak.

"Ternyata hanya tipuan untuk menyerang?" gumam sosok berjubah hitam.

"Apa maum—hmmm ... hmmm ...." Teriakan Zhou Ye kembali diredam paksa dengan bekapan.

"Tenanglah Nona. Untuk sekarang aku bukan orang jahat. Aku dengar Nona mencari calon suami. Aku hanya ingin sedikit membahas hal itu," imbuh pria berjubah hitam.

Hal buruk pasti terjadi jika ia terus berontak, jadi Zhou Ye berusaha bersikap tenang. Tentang dia yang mencari calon suami adalah pembicaraan pribadi bersama ayahnya, Zhou Xun. Para tetua keluarga Zhou sekalipun tidak mengetahui hal tersebut.

Zhou Ye cukup yakin kalau pria yang menculiknya bukanlah orang biasa.

"Lalu apa? Kau ingin mengajukan dirimu? Apa kau berpikir ini sikap yang benar untuk melamar perempuan? Maaf, kau ditolak." Zhou Ye dengan nanar menjawab ketika bekapan di mulutnya dibuka.

"Soal lamaran, bukan aku yang akan melakukannya karena aku sudah terlalu tua. Aku hanya ingin memberitahu kalau dengan mata Nona yang indah akan menemukan pemuda yang menarik di kota Quan. Tolong pertimbangkan untuk menjadi pengantinnya, Nona," jelas pria itu membuat Zhou Ye kebingungan.

"Apa yang sebenarnya kau ing—"

"DI SANA! MEREKA ADA DI ATAS!" teriak salah seorang penjaga menunjuk ke sudut atap kediaman. "Cepat panggil Patriark keluarga dan semua tetua!"

Para penjaga segera melakukan pengepungan dan menunggu para tetua datang. Pria berjubah hitam itu merasakan napas orang-orang penting menuju ke tempatnya. Dia tersenyum karena tidak ingin berbuat lebih jauh lagi.

"Waktuku sudah habis. Cobalah untuk melihat pemuda yang kumaksud di kota Quan. Dia dikenal sebagai sampah yang tidak memiliki Qi." Pria berjubah hitam kemudian melompat memijak udara dan melayang lebih tinggi untuk menjauh. "Aku harus pergi, sampai bertemu lagi," pamitnya.

'Apa-apaan orang aneh ini? Dia menyinggung keluarga Zhou hanya untuk memberitahu hal itu?' benak Zhou Ye bertanya-tanya.

"Kau tidak apa-apa?" Seorang tetua yang datang lebih dulu akhirnya terbang menghampiri Zhou Ye. Sambil memeriksa dia kembali berkata, "apa yang dia lakukan?"

"Aku baik-baik saja tetua ke tiga."

Kepala keluarga Zhou serta beberapa tetua akhirnya datang. Dengan Qi masing-masing yang dipadatkan mereka memberi serangan menuju pria yang belum sepenuhnya pergi. Bagaimanapun mereka tidak dapat membiarkan penculik itu kabur. Namun, serangan mereka ditepis dengan mudah.

Patriark keluarga Zhou tersentak sendiri setelah merasakan betapa kuatnya napas dari sang penculik. "A—apa dia berada di ranah Bencana?!"

"Ranah bencana?" Tetua yang lain ikut keheranan.

Ahli beladiri yang berada tingkatan kultivasinya di atas ranah 'Kaisar Teknik' disebut sebagai ranah Bencana. Keberadaan mereka erat kaitannya dengan kekacauan 15 tahun lalu. Di Kekaisaran Nilam sendiri, hanya ada praktisi ranah Kaisar Teknik sebagai yang tertinggi. Kemunculan orang kuat itu membuat Zhou Xun sedikit khawatir.

"Patriark keluarga, Zhou Ye baik-baik saja," lapor tetua ke-3 keluarga Zhou ketika bergabung ke sisi mereka. Dia kemudian mengikuti garis pandang semua orang penting di keluarga Zhou itu. "Apa Kita perlu meminta bantuan sekte Mata Pedang untuk membentuk kelompok pengejaran?"

"Yang penting putriku aman. Sebaiknya tidak memprovokasi orang sepertinya selagi tidak ada hal buruk yang dia lakukan. Orang sepertinya dapat menghancurkan sebuah kota sendirian. Kalau dia berniat buruk pada keluarga kita itu pasti sudah dia lakukan sejak tadi," balas Zhou Xun terpaku lebih dalam setelah sosok itu menyatu dengan gelapnya malam.

'Apa yang dinginkan pria kuat itu dari keluargaku? Apa ini berkaitan dengan istriku?' batinnya.

***

Matahari di ufuk barat sudah mulai kehilangan jingganya ketika langkah Il-Pyo sampai di gubuk tua yang selama ini dia tinggali. Meski tempat tinggalnya berada di pinggiran hutan Beast Terlarang dan selama ini tidak pernah ada kasus Beast yang pernah menyerang ke sana, hewan buas adalah pengecualian. Terkadang sekelompok serigala datang ke sisi hutan karena alasan tertentu.

Il-Pyo tidak akan mampu melawan jika hewan buas benar-benar datang. Jadi dia segera masuk dan berbaring karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan ketika malam tiba. Besok dia harus kembali menebang pohon untuk memastikan perutnya tetap terisi.

Di sela usahanya pergi ke dunia mimpi. Untuk kesekian banyak kali kemarahan merambat di pikiran Il-Pyo. Bukan hanya tertuju pada Yuxuan yang tadi siang menipunya. Tetapi juga pada dirinya sendiri yang tidak berdaya saat diperlakukan tidak adil, bahkan sampai ditolong oleh seorang gadis.

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH MENJADI KUAAAAAAAAAAT!" teriak Il-Pyo kesal akan takdirnya.

Sementara itu, pada rimbunnya pepohonan di luar gubuk, salah seorang gadis yang bertengger di dahan pohon terkejut mendengarkan teriakan cukup nyaring tersebut.

Gadis itu tersenyum dan kemudian berkata, "Dia pemuda yang menarik. Kita akan bertahan di kota ini sampai aku memutuskan untuk merekrutnya ke keluarga Zhou."

"Apa menariknya tinggal di pinggir hutan? Bukankah seharusnya itu sesuatu yang bodoh? Lihat saja! Hanya dia yang cukup bodoh berteriak dan tinggal di tempat berbahaya seperti ini."

"Apa kau meragukan penglihatan Nona mudamu ini?" tanya Zhou Ye sedikit tidak senang Qiwu menyela.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status