Share

bab 7: Jenius Tanpa Qi

Aвтор: Adaha Kena
last update Последнее обновление: 2023-11-19 10:10:44

Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi.

"Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah.

Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”

"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”

"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Aku sendiri tidak yakin dapat menemuinya dalam waktu dekat. Tapi ... dia masihlah di Kekaisaran. Aku akan menuliskan surat, kalian bisa mencari dan meminta bantuan atas namaku jika berhasil menemukannya," ujar tetua pertama.

Tahap awal perekrutan murid Sekte Mata Pedang tidak akan lama lagi. Demi menyambut persaingan ketat tersebut, tetua pertama masih harus melatih jenius keluarga mereka dengan intens. Tidak mungkin baginya meninggalkan tanggung jawab keluarga.

Tanpa bantuan tetua pertama, pergi mencari alkemis yang dimaksud pasti memakan banyak waktu. Belum lagi salah satu tetua Paviliun Pil Obat dan orang dari Kekaisaran telah memeriksa Il-Pyo dengan hasil nihil. Besar kemungkinan orang tersebut juga tidak tahu tentang yang sebenarnya terjadi pada Il-Pyo.

"Terima kasih atas bantuannya, Tetua. Tapi junior merasa tidak perlu membuat surat karena salah satu tetua Paviliun Pil Obat sudah memeriksa Il-Pyo. Dia juga tidak menemukan kesalahan,” putus Zhou Ye setelah cukup berpikir.

"Sepertinya memang tidak banyak yang bisa aku bantu dalam hal ini. Tapi katakan saja jika ada hal lain yang kau mau dariku.”

"Tolong tetua berkenan melatih Il-Pyo sampai Junior menemukan jalan keluar. Tetua bisa mengajarkan beberapa gerakan," pinta Zhou Ye.

“Aku akan melatihnya jika kau tidak keberatan ada gesekan dia dengan murid lain.”

"Junior tidak keberatan. Terima kasih Tetua."

Satu-satunya penyelesaian tercepat yang dapat Zhou Ye pikirkan saat ini adalah menemukan pria berjubah hitam yang waktu itu menculiknya. Orang tersebutlah yang memberitahu ia akan keberadaan Il-Pyo. Kemungkinan besar dia juga mengetahui masalah Il-Pyo dan penyelesaiannya. Zhou Ye berencana mencari orang itu diam-diam. Dia memberi hormat lalu cepat meminta izin untuk pergi.

***

Seminggu berlalu setelah dimulainya pelatihan Il-Pyo. Dalam waktu beberapa hari saja pemuda tersebut berhasil mengumpulkan lebih banyak ketidaksukaan dari pemuda lain di keluarga Zhou. Hal tersebut dikarenakan kedekatannya dengan Zhou Ye. Padahal biasanya gadis itu jarang bergaul dengan yang lain karena sibuk berlatih.

Hal yang mengejutkan, gerakan dasar yang diberikan tetua pertama dapat Il-Pyo pelajari dengan baik meski belum sempurna. Jika pemuda tersebut memiliki Qi dan dapat menggerakkan tubuh melebihi batasan tubuh tanpa Qi. Tetua pertama yakin Il-Pyo merupakan seorang monster yang dapat menyerap gerakan sulit dalam waktu singkat.

Sayangnya, itu berlaku jika Il-Pyo telah memulai kultivasi. Bagaimanapun sekarang pemuda tersebut hanyalah manusia biasa. Sebaik apapun gerakan yang dia punya, dia pasti akan dikalahkan oleh seseorang yang telah menempa tubuh melalui kultivasi.

"Kau! Ayo bertanding denganku!" ajak Il-Pyo pada seorang pemuda yang sedari awal latihan menatapnya sinis.

Tetua pertama dan pemuda lain menoleh sebelum benar-benar bubar dari halaman. Di sisi itu, sudut bibir Zhou Yubei berkedut atas ajakan tiba-tiba Il-Pyo.

Zhou Yubei melirik tetua pertama dan tampaknya kakek berjenggot putih tersebut tidak melarang pertarungan di antara mereka. Mungkin karena sudah waktunya istirahat dan para murid bebas menentukan kegiatan mereka selanjutnya.

"Aku sudah cukup menahan diri untuk tidak menganggumu seperti saudaraku yang lain. Kau cukup bodoh mencari masalah denganku," tukas Zhou Yubei kesal.

Selama ini Zhou Yubei berlatih keras agar pantas diandalkan keluarga dan mendapat perhatian Zhou Ye. Namun, Il-Pyo dapat bergaul dengan Zhou Ye padahal dia hanya seorang sampah tanpa Qi. Sejujurnya Zhou Yibei sangat tidak senang karena itu. Alasan kenapa Zhou Yubei menahan diri untuk tidak membully Il-Pyo seperti yang lain, itu karena dia takut Zhou Ye akan membencinya.

"Aku belum pernah berlatih. Jadi, aku harus menguji perkembanganku seminggu ini. Sangat tepat'kan kalau mengujinya dengan orang kuat sepertimu?" jelas Il-Pyo.

Perkataan itu menarik lebih banyak kemarahan Zhou Yubei. Dengan tangan mengepal kuat dia memandang tajam pada Il-Pyo. "Kalau begitu akan aku perlihatkan apa itu kekuatan. Dan kalau kau sudah paham, segeralah kembali ke tempatmu ... sampah!" balas Zhou Yubei.

Tetua pertama mengurungkan niatnya meninggalkan lapangan dan dengan cermat memperhatikan dua pemuda yang mulai memasang kuda-kuda. Sedangkan pemuda lain berkumpul menepi ke sisi lapangan latihan dan tampak bersemangat meminta Zhou Yubei memberi pelajaran pada Il-Pyo.

Il-Pyo tersentak dan langsung mencari keberadaan Zhou Yubei yang menghilang dari pandangan. Ketika penglihatan Il-Pyo akhirnya dapat menangkap Zhou Yubei, gerakan spontannya berhasil menahan pukulan jenius keluarga Zhou tersebut. Namun, itu tetaplah menghasilkan kerusakan. Dia terpental dan tangannya terasa amat sakit.

Tanpa membiarkan Il-Pyo menerima ruang lega. Zhou Yubei kembali menutup jarak dan memberikan tendangan susulan dengan kepala pemuda tersebut sebagai target.

Il-Pyo menguatkan kuda-kuda tubuh sembari menahan tendangan itu dengan kedua tangan yang disilangkan. Sekali lagi, karena kekuatan tubuh yang berbeda jauh Il-Pyo dibuat terpental padahal jelas-jelas serangan itu berhasil ia tangkis dalam kondisi optimal.

Il-Pyo menyeka sedikit darah yang keluar dari hidungnya sambil kembali berdiri, "Luar biasa," pujinya tersenyum.

"Jangan sok kuat!" kata Zhou Yubei kesal.

"Bukan sok kuat. Tapi dipukuli bertahun-tahun sepertinya memberiku sedikit ketahanan. Ayo lanjutkan!" jawab Il-Pyo.

Saking kesalnya mendengar itu Zhou Yubei tiba di depan Il-Pyo lagi dengan niat lebih bengis dan brutal. Akan tetapi Il-Pyo dapat menghindari serangan yang dia layangkan. Zhou Yubei berkali-kali menggertakkan gigi karena pukulannya hanya mendapatkan target kosong.

Tidak perlu diragukan lagi kalau Zhou Yubei jauh lebih kuat daripada Wen Lan yang sering mengganggu Il-Pyo ketika masih berada di kota Quan. Tapi setelah pelatihan tetua pertama, Il-Pyo merasa dapat melakukan sedikit perlawanan pada Zhou Yubei. Perasaan tersebut lebih mirip seperti cahaya harapan yang dinantikan Il-Pyo sepanjang hidupnya. Dia dapat melihat sedikit perkembangan.

Beberapa menit berlalu Zhou Yubei tidak memahami kenapa Il-Pyo selalu berhasil menghindari setiap serangannya. Dia semakin mendidih karena melihat wajah Il-Pyo yang menjadi cerah setiap kali berhasil menghindar. Seolah dia sedang diremehkan oleh sampah tersebut.

Dengan napas yang hampir putus Il-Pyo mendapat celah balas menyerang karena emosi Zhou Yubei yang tidak stabil. Tinjunya berhasil menembus pertahanan Zhou Yubei hingga pukulan Il-Pyo mendarat di bahunya. Lagi-lagi, perbedaan kekuatan tubuh membuat serangan Il-Pyo tidak menghasilkan hasil yang berarti.

'Anak ini tahu tubuhnya tidak akan mampu menahan kerusakan serangan. Jadi dia hanya terus menghindar dengan mengandalkan insting alami dan gerakan yang aku ajari selama seminggu ini. Kemudian dengan begitu pintar dia memanfaatkan emosi Zhou Yubei untuk menciptakan celah menyerang. Anak ini juga membuat beberapa modifikasi pada gerakan yang dia pelajari. Dia benar-benar seorang monster yang amat cerdik' batin tetua pertama takjub dengan kemampuan Il-Pyo.

Hal yang paling mengesankan dari Il-Pyo adalah fakta bahwa dia baru saja berlatih selama seminggu. Menahan gempuran serangan Zhou Yubei yang telah berada di ranah 'Semi Petarung' bintang 7 sudah seperti kemustahilan.

Sebab pada ranah Semi Petarung, seluruh tubuh telah dialiri oleh Qi secara merata. Kekuatan, kecepatan, dan ketangkasan tidak lagi bisa dibandingkan dengan mereka yang belum memulai kultivasi.

Tangan Zhou Yubei mengepal kuat karena kemarahan yang tak tertahankan. Seorang sampah baru saja mendaratkan pukulan padanya. Dengan emosi yang tak terkontrol Zhou Yubei kembali menerjang Il-Pyo.

"Hentikan itu Zhou Yubei!"

Zhou Yubei tersentak dan lekas menarik gerakan mendengar perintah tiba-tiba itu. Dia menoleh dengan takut dan segera memberi hormat pada Zhou Ye. "Kakak Ye, aku tidak sedang mengganggunya. Dia sendiri yang menantangku. Jadi mohon Kakak Ye tidak salah paham pada adik," jelasnya membela diri.

"Aku tahu. Kau menahan diri dari membuat masalah karena menghormatiku dan para tetua. Tetapi aku juga tahu kau meremehkan Il-Pyo."

"Tapi dia memang pantas diremehkan," jawab Zhou Yubei mengutarakan pikirannya. "Siapapun akan meremehkan Il-Pyo yang tak memiliki Qi."

"Kau benar. Tetapi, alih-alih mempertanyakan kemampuan orang yang aku bawa. Sebaiknya kau fokus berlatih. Jangan puas atas bakatmu yang sekarang. Ujian tahap awal masuk Sekte Mata pedang semakin dekat. Kau tidak akan lulus dengan emosi seperti tadi saat bertarung," saran Zhou Ye.

"Baik Kakak Ye."

Kemudian Zhou Ye beralih menatap Il-Pyo yang berantakan akibat pertarungannya dengan Zhou Yubei. Dia berkata sedikit marah, "Aku sudah bilang setelah latihan kau harus bersiap karena malam ini aku akan membawamu ke suatu tempat. Malah membuat keributan tidak berarti."

"Karena sebentar lagi malam ... aku akan pergi bersiap ... dadah,” jawab Il-Pyo dan langsung berlari kabur karena tidak ingin lebih jauh dimarahi gadis tersebut.

Tetua pertama berjalan ke arah Zhou Ye yang tampak sangat kesal pemuda tersebut pergi. Sedangkan murid yang lain bubar usai memberi hormat pada tetua pertama dan Zhou Ye.

"Terima kasih untuk pelatihannya, Tetua!” sambut Zhou Ye hormat pada tetua pertama. “Maaf kalau dia telah menimbulkan beberapa masalah.”

"Pertikaian para pemuda tidak perlu dipikirkan. lagi pula dia akan menjadi bagian keluarga Zhou. Aku berkewajiban memperlakukannya seperti anggota keluarga yang lain," jawab tetua pertama.

"Meskipun begitu, Junior masih harus meminta maaf sekaligus berterima kasih karena tetua sudah mau melatihnya. Tidak disangka tanpa Qi di tubuhnya dia dapat melakukan gerakan sebagus itu. Aku rasa nanti itu akan sangat berguna untuknya." Zhou sekali lagi memberi hormat setelah berkata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 89: Es dan Angin

    Pola lingkaran Qi ungu raksasa terbentuk di langit. Untaian benang Qi berukuran besar keluar jatuh dari sana, seakan-akan kerangka langitlah yang sedang runtuh ke bumi. Tidak hanya satu, tapi bertumpuk-tumpuk lapisan jaring. Di saat yang sama Ling Cao melompat dari gagaknya. Teknik yang sudah diperkuatnya tersebut terbang cepat menuju di mana Zhou Xun berada. Tentu saja sebelum mencapai target, serangan tersebut terlebih dahulu harus menembus jaring yang dijatuhkan berlapis-lapis. Peraduan yang menghempas udara terjadi. "Tc, apa ini yang disebut sebagai teknik penjerat terkuat keluarga Zhou?" gumam Ling Cao sambil terus mengupayakan tekniknya mengalahkan teknik Zhou Xun. Jaring-Jaring Qi baru berjatuhan ketika ada lapisan jaring yang ditembus. Seiring dengan hal tersebut, energi Zhou Xun berkurang banyak. Pada dasarnya teknik 'Simpul Langit yang Mendalam' adalah teknik kebangaan keluarga Zhou. Teknik yang dikatakan memiliki atribut penjerat Qi terkuat. Atribut ini mengurangi e

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 88: Zhou Xun VS Ling Cao

    Usai semua anggota keluarga Zhou pergi membantu ke garis depan peperangan. Di langit kediaman keluarga Ling kini tersisa Zhou Xun dan juga Ling Cao. Dominasi Aura yang terlepas dari keduanya berusaha saling menekan. "Baiklah, aku akan mencari seluruh keluarga Zhou setelah lebih dulu mengalahkanmu," ucap Ling Cao saat Zhou Xun sepenuhnya berhasil membuat suruh anggota keluarga Zhou lepas darinya."Pastikan itu tidak sebaliknya, karena di sini akulah yang akan membunuhmu. Kau harus ingat bahwa keluarga Zhou adalah keluarga nomor satu penopang Kekaisaran," jawab Zhou Xun sudah terlalu muak dengan permusuhan mereka. "Hutang pencegatan jenius keluargaku saat kembali dari Pesisir Pantai Putih juga akan kita selesaikan di sini."Sebagai patriark di keluarga masing-masing, belum pernah Zhou Xun dan Ling Cao bentrok secara langsung. Hari ini adalah pertama kalinya Afinitas Leluhur tipe Pembunuh terbaik akan ditentukan. Ling Cao dengan pemilik Afinitas Leluhur gagak putuh, atau Zhou Xun dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 87: Dua Orang Ranah Bencana

    "Kau tidak apa-apa?" tanya Zhou Ye berjalan menghampiri Il-Pyo.Sebelum berhasil menyerang Nangong Yixin, Il-Pyo terlebih dahulu terkena tendangan berapi dan juga bola-bola api. Meski dia menggunakan Afinitas Leluhur untuk memperoleh pemulihan, dia tetaplah menerima serangan yang mengkhawatirkan."Tenang saja, ini tidak akan menjadi masalah," jawab Il-Pyo.Il-Pyo kembali merubah Afinitas Leluhur-nya menjadi tipe cahaya hijau. Digabung efek dua pil yang dia telan, pemulihan menjadi sangat cepat. Dia bangkit berdiri dan menghampiri tubuh Nangong Yixin yang tidak memiliki kesempatan melawan lagi."Ba-bagaimana kau bisa bangkit lagi setelah semua yang kulakukan? Aku dapat memastikan kau terkena penuh serangaku," ucap Nagong Yixin dengan tidak percaya.Sebuah pedang muncul di tangan Il-Pyo. "Selamat tinggal," pamitnya tanpa mau repot menjelaskan.Setelah Nangong Yixin benar-benar dikalahkan, Il-Pyo dan Zhou Ye memandang sekitar. Di mana-mana terjadi pertarungan. Berkat tidak adanya patria

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 86: Mengalahkan Musuh Bersama

    Percikan-percikan api berkobar di kulit Nangong Yixin. Tekanan pertarungan yang dirasakan Zhou Ye serta Il-Pyo dalam sekejap meningkatkan tajam. Sementara itu, ledakan dahsyat terus menggema di langit, menandakan pertarungan para elit keluarga juga mencapai puncaknya.Nangong Yixin menghilang meninggalkan bayangan samar. Sedetik setelahnya dia dengan tidak terduga muncul di samping Zhou Ye. Tendangan yang mengarah ke bagian belakang, gadis itu tanggulangi menggunakan untaian rantai Qi ungu. Namun, itu hanyalah serangan tipuan. Nangong Yixin menarik kakinya dan berputar untuk menyerang sisi kepala bagian samping dengan momentum tendangan ke dua."Kau melupakanku," ucap Il-Pyo menangkis serangan Nangong Yixin serta balas memukulnya mundur."Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" Zhou Ye segera memanfaatkan celah untuk mengembalikan serangan.Nangong Yixin salto beberapa kali ke belakang guna mengambil jarak. Setelahnya, dia membuat segel tangan dan dengan seruan teknik Qi menciptakan gajah

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 85: Keadaan Genting

    "Keluarga Liu! Lancang sekali kalian membawa pasukan ke ibu kota. Tarik kembali pasukan kalian karena Kekaisaran tidak akan pernah mentolerir segala jenis pemberontakan!" Dari atas benteng ibu kota nan kokoh Putra Mahkota berteriak dengan lantang. Tepat di hadapannya, puluhan ribu pasukan dari prefektur Qilin telah siap dengan serangan mereka.Patrick keluarga Liu mendecih saat mendengar ancaman itu. Peringatan putra mahkota—Nilam Cheng Yen—malah dibalasnya dengan seruan melepas serangan. Panah serta tombak seketika menghujani ibu kota walaupun tampak sebuah formasi menahan semua dampak kerusakan.Ratusan ahli prefektur Qilin lanjut terbang ke atas. Baik teknik Qi ataupun Teknik Leluhur langsung mereka serukan dalam upaya menjebol pertahanan ibu kota. Tanpa menghancurkan formasi terlebih dahulu, mustahil ada serangan mereka yang akan berhasil.Tentu saja mereka yang ada di dalam benteng tidak tinggal diam. Semua pasukan mengangkat senjata dan balas menyerang. Dalam sekejap ibu kota d

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 84: Bersatu

    Tidak ingin menjawab provokasi Il-Pyo hanya dengan kata-kata, sosok itu langsung menghilang dari tempatnya berdiri. Spontan saja tubuh Il-Pyo ikut berkedip kala melepas kecepatan ledakan kaki terbaiknya ke depan.BAAAAAANG!Di tengah jarak keduanya muncul dua bayangan dengan pukulan yang saling beradu. Dampaknya, hempasan udara yang cukup berfluktuasi menyebar ke segala arah. Pertentangan sengit terjadi beberapa saat selagi mereka berusaha saling mendominasi.Secara penilaian kasar kekuatan Il-Pyo meningkat karena kali ini ditambahkannya Benih Api. Namun, ranahnya yang masih jauh di bawah ranah lawannya membuat ia hanya mampu mengimbangi. Kesamaan kekuatan ini membuat mereka sama-sama terdorong pada akhir momentum pertemuan pukulan itu. Sesaat mendapatkan pijakan kembali, baik Il-Pyo ataupun sosok itu langsung memberikan serangan susulan. Mereka kembali berubah menjadi bayangan yang setiap jejaknya membuat tanah menjadi kehancuran."Sekarang mana yang lebih panas? Apimu atau apiku?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status