Share

bab 7: Jenius Tanpa Qi

Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi.

"Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah.

Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”

"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”

"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Aku sendiri tidak yakin dapat menemuinya dalam waktu dekat. Tapi ... dia masihlah di Kekaisaran. Aku akan menuliskan surat, kalian bisa mencari dan meminta bantuan atas namaku jika berhasil menemukannya," ujar tetua pertama.

Tahap awal perekrutan murid Sekte Mata Pedang tidak akan lama lagi. Demi menyambut persaingan ketat tersebut, tetua pertama masih harus melatih jenius keluarga mereka dengan intens. Tidak mungkin baginya meninggalkan tanggung jawab keluarga.

Tanpa bantuan tetua pertama, pergi mencari alkemis yang dimaksud pasti memakan banyak waktu. Belum lagi salah satu tetua Paviliun Pil Obat dan orang dari Kekaisaran telah memeriksa Il-Pyo dengan hasil nihil. Besar kemungkinan orang tersebut juga tidak tahu tentang yang sebenarnya terjadi pada Il-Pyo.

"Terima kasih atas bantuannya, Tetua. Tapi junior merasa tidak perlu membuat surat karena salah satu tetua Paviliun Pil Obat sudah memeriksa Il-Pyo. Dia juga tidak menemukan kesalahan,” putus Zhou Ye setelah cukup berpikir.

"Sepertinya memang tidak banyak yang bisa aku bantu dalam hal ini. Tapi katakan saja jika ada hal lain yang kau mau dariku.”

"Tolong tetua berkenan melatih Il-Pyo sampai Junior menemukan jalan keluar. Tetua bisa mengajarkan beberapa gerakan," pinta Zhou Ye.

“Aku akan melatihnya jika kau tidak keberatan ada gesekan dia dengan murid lain.”

"Junior tidak keberatan. Terima kasih Tetua."

Satu-satunya penyelesaian tercepat yang dapat Zhou Ye pikirkan saat ini adalah menemukan pria berjubah hitam yang waktu itu menculiknya. Orang tersebutlah yang memberitahu ia akan keberadaan Il-Pyo. Kemungkinan besar dia juga mengetahui masalah Il-Pyo dan penyelesaiannya. Zhou Ye berencana mencari orang itu diam-diam. Dia memberi hormat lalu cepat meminta izin untuk pergi.

***

Seminggu berlalu setelah dimulainya pelatihan Il-Pyo. Dalam waktu beberapa hari saja pemuda tersebut berhasil mengumpulkan lebih banyak ketidaksukaan dari pemuda lain di keluarga Zhou. Hal tersebut dikarenakan kedekatannya dengan Zhou Ye. Padahal biasanya gadis itu jarang bergaul dengan yang lain karena sibuk berlatih.

Hal yang mengejutkan, gerakan dasar yang diberikan tetua pertama dapat Il-Pyo pelajari dengan baik meski belum sempurna. Jika pemuda tersebut memiliki Qi dan dapat menggerakkan tubuh melebihi batasan tubuh tanpa Qi. Tetua pertama yakin Il-Pyo merupakan seorang monster yang dapat menyerap gerakan sulit dalam waktu singkat.

Sayangnya, itu berlaku jika Il-Pyo telah memulai kultivasi. Bagaimanapun sekarang pemuda tersebut hanyalah manusia biasa. Sebaik apapun gerakan yang dia punya, dia pasti akan dikalahkan oleh seseorang yang telah menempa tubuh melalui kultivasi.

"Kau! Ayo bertanding denganku!" ajak Il-Pyo pada seorang pemuda yang sedari awal latihan menatapnya sinis.

Tetua pertama dan pemuda lain menoleh sebelum benar-benar bubar dari halaman. Di sisi itu, sudut bibir Zhou Yubei berkedut atas ajakan tiba-tiba Il-Pyo.

Zhou Yubei melirik tetua pertama dan tampaknya kakek berjenggot putih tersebut tidak melarang pertarungan di antara mereka. Mungkin karena sudah waktunya istirahat dan para murid bebas menentukan kegiatan mereka selanjutnya.

"Aku sudah cukup menahan diri untuk tidak menganggumu seperti saudaraku yang lain. Kau cukup bodoh mencari masalah denganku," tukas Zhou Yubei kesal.

Selama ini Zhou Yubei berlatih keras agar pantas diandalkan keluarga dan mendapat perhatian Zhou Ye. Namun, Il-Pyo dapat bergaul dengan Zhou Ye padahal dia hanya seorang sampah tanpa Qi. Sejujurnya Zhou Yibei sangat tidak senang karena itu. Alasan kenapa Zhou Yubei menahan diri untuk tidak membully Il-Pyo seperti yang lain, itu karena dia takut Zhou Ye akan membencinya.

"Aku belum pernah berlatih. Jadi, aku harus menguji perkembanganku seminggu ini. Sangat tepat'kan kalau mengujinya dengan orang kuat sepertimu?" jelas Il-Pyo.

Perkataan itu menarik lebih banyak kemarahan Zhou Yubei. Dengan tangan mengepal kuat dia memandang tajam pada Il-Pyo. "Kalau begitu akan aku perlihatkan apa itu kekuatan. Dan kalau kau sudah paham, segeralah kembali ke tempatmu ... sampah!" balas Zhou Yubei.

Tetua pertama mengurungkan niatnya meninggalkan lapangan dan dengan cermat memperhatikan dua pemuda yang mulai memasang kuda-kuda. Sedangkan pemuda lain berkumpul menepi ke sisi lapangan latihan dan tampak bersemangat meminta Zhou Yubei memberi pelajaran pada Il-Pyo.

Il-Pyo tersentak dan langsung mencari keberadaan Zhou Yubei yang menghilang dari pandangan. Ketika penglihatan Il-Pyo akhirnya dapat menangkap Zhou Yubei, gerakan spontannya berhasil menahan pukulan jenius keluarga Zhou tersebut. Namun, itu tetaplah menghasilkan kerusakan. Dia terpental dan tangannya terasa amat sakit.

Tanpa membiarkan Il-Pyo menerima ruang lega. Zhou Yubei kembali menutup jarak dan memberikan tendangan susulan dengan kepala pemuda tersebut sebagai target.

Il-Pyo menguatkan kuda-kuda tubuh sembari menahan tendangan itu dengan kedua tangan yang disilangkan. Sekali lagi, karena kekuatan tubuh yang berbeda jauh Il-Pyo dibuat terpental padahal jelas-jelas serangan itu berhasil ia tangkis dalam kondisi optimal.

Il-Pyo menyeka sedikit darah yang keluar dari hidungnya sambil kembali berdiri, "Luar biasa," pujinya tersenyum.

"Jangan sok kuat!" kata Zhou Yubei kesal.

"Bukan sok kuat. Tapi dipukuli bertahun-tahun sepertinya memberiku sedikit ketahanan. Ayo lanjutkan!" jawab Il-Pyo.

Saking kesalnya mendengar itu Zhou Yubei tiba di depan Il-Pyo lagi dengan niat lebih bengis dan brutal. Akan tetapi Il-Pyo dapat menghindari serangan yang dia layangkan. Zhou Yubei berkali-kali menggertakkan gigi karena pukulannya hanya mendapatkan target kosong.

Tidak perlu diragukan lagi kalau Zhou Yubei jauh lebih kuat daripada Wen Lan yang sering mengganggu Il-Pyo ketika masih berada di kota Quan. Tapi setelah pelatihan tetua pertama, Il-Pyo merasa dapat melakukan sedikit perlawanan pada Zhou Yubei. Perasaan tersebut lebih mirip seperti cahaya harapan yang dinantikan Il-Pyo sepanjang hidupnya. Dia dapat melihat sedikit perkembangan.

Beberapa menit berlalu Zhou Yubei tidak memahami kenapa Il-Pyo selalu berhasil menghindari setiap serangannya. Dia semakin mendidih karena melihat wajah Il-Pyo yang menjadi cerah setiap kali berhasil menghindar. Seolah dia sedang diremehkan oleh sampah tersebut.

Dengan napas yang hampir putus Il-Pyo mendapat celah balas menyerang karena emosi Zhou Yubei yang tidak stabil. Tinjunya berhasil menembus pertahanan Zhou Yubei hingga pukulan Il-Pyo mendarat di bahunya. Lagi-lagi, perbedaan kekuatan tubuh membuat serangan Il-Pyo tidak menghasilkan hasil yang berarti.

'Anak ini tahu tubuhnya tidak akan mampu menahan kerusakan serangan. Jadi dia hanya terus menghindar dengan mengandalkan insting alami dan gerakan yang aku ajari selama seminggu ini. Kemudian dengan begitu pintar dia memanfaatkan emosi Zhou Yubei untuk menciptakan celah menyerang. Anak ini juga membuat beberapa modifikasi pada gerakan yang dia pelajari. Dia benar-benar seorang monster yang amat cerdik' batin tetua pertama takjub dengan kemampuan Il-Pyo.

Hal yang paling mengesankan dari Il-Pyo adalah fakta bahwa dia baru saja berlatih selama seminggu. Menahan gempuran serangan Zhou Yubei yang telah berada di ranah 'Semi Petarung' bintang 7 sudah seperti kemustahilan.

Sebab pada ranah Semi Petarung, seluruh tubuh telah dialiri oleh Qi secara merata. Kekuatan, kecepatan, dan ketangkasan tidak lagi bisa dibandingkan dengan mereka yang belum memulai kultivasi.

Tangan Zhou Yubei mengepal kuat karena kemarahan yang tak tertahankan. Seorang sampah baru saja mendaratkan pukulan padanya. Dengan emosi yang tak terkontrol Zhou Yubei kembali menerjang Il-Pyo.

"Hentikan itu Zhou Yubei!"

Zhou Yubei tersentak dan lekas menarik gerakan mendengar perintah tiba-tiba itu. Dia menoleh dengan takut dan segera memberi hormat pada Zhou Ye. "Kakak Ye, aku tidak sedang mengganggunya. Dia sendiri yang menantangku. Jadi mohon Kakak Ye tidak salah paham pada adik," jelasnya membela diri.

"Aku tahu. Kau menahan diri dari membuat masalah karena menghormatiku dan para tetua. Tetapi aku juga tahu kau meremehkan Il-Pyo."

"Tapi dia memang pantas diremehkan," jawab Zhou Yubei mengutarakan pikirannya. "Siapapun akan meremehkan Il-Pyo yang tak memiliki Qi."

"Kau benar. Tetapi, alih-alih mempertanyakan kemampuan orang yang aku bawa. Sebaiknya kau fokus berlatih. Jangan puas atas bakatmu yang sekarang. Ujian tahap awal masuk Sekte Mata pedang semakin dekat. Kau tidak akan lulus dengan emosi seperti tadi saat bertarung," saran Zhou Ye.

"Baik Kakak Ye."

Kemudian Zhou Ye beralih menatap Il-Pyo yang berantakan akibat pertarungannya dengan Zhou Yubei. Dia berkata sedikit marah, "Aku sudah bilang setelah latihan kau harus bersiap karena malam ini aku akan membawamu ke suatu tempat. Malah membuat keributan tidak berarti."

"Karena sebentar lagi malam ... aku akan pergi bersiap ... dadah,” jawab Il-Pyo dan langsung berlari kabur karena tidak ingin lebih jauh dimarahi gadis tersebut.

Tetua pertama berjalan ke arah Zhou Ye yang tampak sangat kesal pemuda tersebut pergi. Sedangkan murid yang lain bubar usai memberi hormat pada tetua pertama dan Zhou Ye.

"Terima kasih untuk pelatihannya, Tetua!” sambut Zhou Ye hormat pada tetua pertama. “Maaf kalau dia telah menimbulkan beberapa masalah.”

"Pertikaian para pemuda tidak perlu dipikirkan. lagi pula dia akan menjadi bagian keluarga Zhou. Aku berkewajiban memperlakukannya seperti anggota keluarga yang lain," jawab tetua pertama.

"Meskipun begitu, Junior masih harus meminta maaf sekaligus berterima kasih karena tetua sudah mau melatihnya. Tidak disangka tanpa Qi di tubuhnya dia dapat melakukan gerakan sebagus itu. Aku rasa nanti itu akan sangat berguna untuknya." Zhou sekali lagi memberi hormat setelah berkata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status