Beranda / Pendekar / Pendekar Golok Naga Biru / Bab 2 Menuju Gunung Bukit Tunggul

Share

Bab 2 Menuju Gunung Bukit Tunggul

Penulis: Haryadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 12:28:21

Gunung Bukit Tunggul terkenal karena hutan yang hampir jarang dijamah oleh manusia biasa bahkan penduduk desa sekitar seakan enggan untuk mendekatinya. Berbagai cerita menjadi bumbu bahwa hutan disekitar Gunung Bukit Tunggul terkenal angker dan banyak binatang buas berkeliaran .

Tentu saja hal itu tidak menyurutkan para pendekar untuk menemui Empu Baryana yang ada di gunung tersebut. Entah bertujuan untuk membuat senjata pusaka atau sekedar memperbaiki senjata pusaka mereka yang telah rusak karena pertarungan.

Empu Baryana yang mengenakan pakaian seperti seorang resi selalu sibuk di depan perapian. Beberapa minggu sebelumnya utusan dari kerajaan meminta dia untuk membuat sepasang senjata pusaka berupa kujang dengan gagang emas. Senjata ini diperuntukan untuk sang raja yang ingin menambah pembendaharaan senjata pusaka istana.

Seperti biasa sebelum sang empu membuat senjata pusaka dia melakukan puasa selama 3 hari dan bertapa untuk mendapatkan petunjuk tentang senjata pusaka  yang akan dibuat dan kesaktian apa yang cocok untuk senjata tersebut.

Asap dari perapian terus mengepul  dari belakang gubuk Empu Baryana.  Dia sangat bersungguh sungguh dalam mengerjakan dan menempa senjata pusaka. Memang bakat menempa senjata ini sudah terlihat ketika dia dan Tirtayasa muda sama sama berguru di Perguruan Golok Khayangan.

Empu Baryana yang lebih sering membaca kitab tentang penempaan senjata pusaka dibandingkan dengan Tirtayasa yang lebih senang belajar kanuragan dan bahkan sekarang dia lah yang menjadi Ketua dari Perguruan Golok Khayangan.

===

Kembali ke perjalanan Tirtayasa.

Setelah meninggalkan Bayangan Setan, Tirtayasa melesat ke arah Gunung Bukit Tunggul. Setibanya di kaki Gunung Guntur, dia melanjutkan dengan berjalan kaki seperti biasa. Namun sepanjang perjalanan dia sadar bahwa beberapa pasang mata terus mengawasi dari arah pepohonan yang berjajar sepanjang jalan yang dia lalui.

Suing!!

Suing!!

Suing!

Tiga pisau kecil dilemparkan dari arah yang berbeda  ke arah Tirtayasa yang sejak awal sudah waspada ketika melintas di jalan tersebut. Hanya dengan mengibaskan tangannya ketiga pisau itu terpental. Tapi tidak sampai disitu setelah percobaan serangan pisau kecil bisa dimentahkan, puluhan pisau kecil sekarang mengarah ke Tirtayasa dengan cepat.

Tirtayasa tidak tinggal diam segera dia mencabut golok yang ada dipinggangnya dan memutar seperti baling baling untuk menangkis pisau pisau kecil yang mengarah kapadanya. Pisau pisau kecil itu pun terpental entah kemana.

"Ini hanya buang buang waktu, keluarlah kalian." teriak Tritayasa yang dibarengi dengan tenaga dalam.

Kemudian mulai nampaklah kepala kepala yang bertopeng hitam dari balik pepohonan sekitar enam orang.

"Tirtayasa, serahkan benda langit yang kau bawa atau nyawamu akan melayang." Kata orang yang berada paling depan.

Tirtayasa segera menyarungkan kembali golok nya sambil bibir nya tersungging. Dia segera mengenali dari baju yang dikenakan ke enam orang itu adalah ciri khas dari kelompok Kuda Hitam dan tanda di pungung tangan mereka bergambar kuda berwarna hitam.

"Silahkan ambil kalau kalian mampu." Kata Tirtayasa.

"Serang!!!" kata orang tadi.

Segera keenam orang itu melancarkan serangan dari berbagai arah, namun tidak ada satu pun serangan yang dapat menyentuh Tirtayasa.

Dia begitu lincah menghindari setiap serangan lawan. sampai akhirnya dia menyerang balik.

Bukk!!

Bukk!!

Dua orang terlempar kebelakang setelah terkena serangan telah di perut dan wajah mereka. Empat orang temannya yang melihat kedua orang itu jatuh makin meningkatkan serangan mereka. Tapi sampai baju mereka basah kuyup dengan keringat semua serangan luput.

Tirtayasa masih nampak tenang menghindari semua serangan yang dilancarkan lawan.

Dua orang yang terlempar tadi mulai bisa bangkit kembali.

" Cukup kawan kawan kita tidak bisa mengalahkan dengan keadaan seperti ini. Segera bentuk formasi!" kata orang yang baru bangkit tadi.

Keempat lainnya loncat mundur dari area pertarungan.

"Bentuk formasi Badai Pisau" kata salah seorang komplotan itu.

Masing masing dari mereka memegang pisau yang diluarkan dari balik baju mereka kemudian melemparkan ke arah Tirtayasa.

Tirtayasa melompat kesana kemari untuk menghindari senjata pisau itu. Namun aneh nya puluhan pisau itu seperti mempunyai mata terus mengikuti kemana dia melompat.

Pisau yang dilepaskan oleh kompotan itu pun semakin banyak.

"Baiklah kalau begitu, rasakan ini!! kata Tirtayasa.

Dia melompat kebelakang dan melapisi tangannya dengan tenaga dalam dan mengeluarkan jurus Tiupan Naga. Ketika kedua tangan nya dihentakan muncul angin seperti badai. Nampak pisau pisau kecil itu mengambang diudara seperti tertahan.

Melihat pisau pisau mereka dapat ditahan.Keenam orang itu meningkatan tenaga dalam yang disalurkan ke setiap pisau yang dilepaskan. Dua bentrokan tenaga dalam pun tidak dapat dihindari.

Duaarr!!

Duarr!!

Percikan api muncul dari setiap pisau dan keenam orang itu terjajar dua langkah kebelakang dan dibalik topeng yang mereka kenakan wajah mereka mengerenyit karena bentrokan itu menyebabkan luka dalam dan darah sedikit merembes dari bibir mereka.

"Sialan, seberapa sakti orang ini. Kami berenam pun masih belum mampu menandingi tenaga dalam orang itu. Kalau tugas ini gagal Ketua pasti marah besar dan nyawa menjadi taruhannya" batin salah satu dari komplotan itu.

"Bagaimana apakah pertarungan ini akan kita lanjutkan atau kalian mau menyerah saja? " kata Tirtayasa terseyum dengan tenang. Tak nampak sekalipun kelelahan akibat bentrok tenaga dalam.

" Jangan sombong kau Tirtayasa, kami belum mau menyerah!!" bentak salah satu komplotan itu.

Kemudian mereka sama sama mencabut pedang dari balik punggung mereka. Pedang nya tampak sama bentuk nya . Dari bilah pedang itu terukir angka dari masing masing anggota mulai angka satu hingga enam.

"Bukankah kalian adalah Enam Pendekar Maut dari Lembah Sumbing? Sungguh disayangkan guru kalian mengajarkan kebaikan agar kalian berjalan diatas kebenaran. Tak kusangka kalian bergabung dengan Kuda Hitam yang sampai sekarang menjadi biang kejahatan di seluruh tanah pasundan ini" Kata Tirtayasa.

"Keadlian dan kebenaran tidak akan membuat kita kaya Tirtayasa. Ketua Kuda Hitam memberikan kami kemewahan dan kenikmatan yang selama ini belum pernah kami dapatkan. Kami berenam membantu kerajaan menumpas para perampok di wilayah negeri ini.

Tapi apa balasan dari kerajaan, mereka mencampakan kami dan malah para pejabat kerajaan lah yang mendapat penghargaan dari jerih payah kami." Kata orang nomor satu sambil menatap tajam ke arah Tirtayasa.

"Atau kau mau bergabung dengan kelompok Kuda Hitam, Tirtayasa? kau pasti mendapatkan jabatan tinggi di kelompok kami." kata orang nomor 2.

"Sayang sekali aku tidak bodoh seperti kalian yang silau akan kekayaan dan keduniaan. Terima kasih atas tawarannya." Kata Tirtayasa.

"Dasar tidak tahu diuntung. Serang!!" Kata orang nomor satu.

Keenam orang itu segera menyerang dengan pedang mereka. Tirtayasa segera mencabut golok nya. Cahaya keperakan keluar dari bilah golok itu karena tenaga dalam yang menyelimutinya.

Trang!!

Trang!!

Akh!

Akh!

Dua orang dari komplotan nomor 5 dan nomor 6 itu kaget bawa golok itu bisa mematahkan pedang mereka ketika bentrokan padahal pedang mereka bukan senjata sembarangan. Ditengah kekagetan mereka menjadi lengah perut mereka ikut jebol ditebas golok milik Tirtayasa.

Melihat kedua temannya bersimbah darah membuat kalap keempat orang lainnya.

Jual beli serangan terus berlanjut hingga..

Bret!!

Golok dari Tirtayasa merobek dada orang nomor 4. Dia terhuyung dan merasakan sakit luar biasa. Tirtayasa tidak menbiarkan lawan untuk bernapas, begitu nomor 4 terhuyung langsung disusul tendangan yang dilapisi tenaga dalam.

Dugh!!

Nomor 4 terlempar dan menabrak pohon besar, tidak bergerak lagi. Dadanya selain luka sabetan golok hancur karena tendangan.

Tirtayasa segera berbalik ke arah tiga orang sisanya. Dia tidak mau berlama lama lagi. Dengan Jurus Naga Bumi Mengamuk golok ditangannya begitu cepat berkelebat membabat ketiga orang itu.

Mereka berusaha menangkis tapi hasilnya tetap sama pedang mereka patah ketika berbenturan. Dan satu per satu dari Enam Pendekar Maut dari Lembah Sumbing itu mati karena luka robet diperut terbabat golok milik Tirtayasa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 12 Pertandingan Di Kotaraja 3

    "Apakah kalian tahu siapa orang orang bertopeng naga itu kawan?tanya Sena sambil berlari kecil."Aku bahkan baru melihat mereka hari ini Sena."balas Dipa dari arah belakang."Ayo percepat lari kita mungkin kelompok kita sudah tertinggal jauh dari kelompok yang lain."Ucap Dirga."Tidak mungkin Dirga. Kita ini menempuh jalur sama dengan kelompok yang lain. Dari awal kita ini yang pertama berlari."Tidak sia sia kita selalu latihan tiap hari di belakang barak, badan kita ikut menjadi kuat juga." Kata Denta."Dan terlebih lagi formasi bertarung yang kita ciptakan bisa mengalahkan salah satu orang itu." Kata Dirga dengan bangga."Bukan..bukan karena formasi bertarung kita kawan. Tapi pukulan Dipa yang jauh lebih kuat dari kita. Kau lihat sekali pukul dia bisa mematahkan hidung lawan." Balas Sena."Sudahlah tidak perlu dibahas, kita harus sampai dilapangan tengah hari nanti." Ucap Dipa.Tepat tengah hari mereka sampai dilapangan. Setelah minum mereka melanjutkan ke arah puncak bukit dimana

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 11 Pertandingan Di Kotaraja 2

    Empat orang anak berumur sekitar 10 sampai 12 tahun membelah hutan dengan berlari lebih cepat dari biasanya. Terdorong oleh keinginan sampai di lapangan bukit tepat tengah hari nanti. Disusul dengan yang lainnya dengan lari yang terseok seok.Tiba tiba Dipa merasakan bahaya."beberapa orang sedang menuju ke hutan ini dengan cepat." batin Dipa. Secara tidak sengaja sinar biru tipis mulai merambat menutup seluruh tubuh Dipa Anggara.Betul saja yang dirasakan oleh Dipa. Munding Seta beserta kelompoknya sedang menuju hutan itu untuk melancarkan gerakannya nanti malam. Rencananya sedikit berubah karena Munding Seta merasa rencana yang disusun sudah bocor akibat ada penyusup yang dia rasakan tadi pagi.Melihat keempat anak itu dari kejauhan Munding Seta menyunggingkan senyuman."Wedeng, tangkap keempat anak itu jadikan mereka sebagai tukar dengan anak yang diinginkan ketua." Perintah Munding Seta."Siap Kang." Jawab Wedeng.Dia pun melesat mengejar Dipa dan yang lainnya. Larinya anak anak

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 10 Pertandingan Di Kotaraja

    Kembali ke perguruan Golok Khayangan.Keesokan harinya setelah pertandingan antar murid dilakukan. Pagi hari murid berkumpul di depan papan pengumuman untuk melihat hasil dari pertandingan.Dari murid tingkat tinggi Abimanyu, Abiyaksan dan Sugi memenangkan pertandingan ini. Untuk murid tingkat menengah Ratna,Sari dan Galih berhasil mencapai 3 orang terbaik.Untuk murid tingkat dasar dimana Dipa saat ini berada dipilih 3 barak terbaik. Barak yang mendapatkan 3 besar adalah barak no 3,4 dan 7. Dipa dan ketiga temannya Sena,Denta dan Dirga kegirangan setelah mareka masuk 3 besar hasil murid dasar.Para pemenang dikumpulkan di aula perguruan guna menentukan latihan apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam 6 bulan mendatang akan datang pertandingan antara perguruan yang diadakan di kotaraja.Pertandingan ini dimaksudkan untuk mendorong setiap perguruan yang ada di wilayah Kerajaan Kerta Wijaya selalu menghasilkan murid murid terbaik yang nantinya dapat mengabdi untuk kerajaan.Tida

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 9 Golok Naga Biru

    Setelah Mpu Baryana meninggalkan kediamannya. Menuruni Gunung Bukit Tunggul setapak demi setapak. Tujuan nya adalah lereng yang ada di sebelah selatan gunung itu. Terdapat goa tersembunyi ditengah dinding jurang yang sampai saat ini hanya Mpu Baryana lah yang mengetahuinya.Mpu Baryana berdiri di bibir jurang. Kemudian dengan ilmu meringankan tubuh menuruni dinding dan berhenti di cekungan seukuran kerbau yang terhalang oleh tanaman rambat. Sejenak Mpu Baryana membaca mantra untuk membuka dinding goa tersebut.Reettt!Dinding cekungan itu bergerak dan hawa panas keluar dari goa setelah pintu terbuka. Mpu Baryana melangkahkan kaki masuk kedalam goa dan pintu goa tertutup seperti sedia kala.Dalam kondisi goa yang gelap gulita Mpu Baryana menekan batu yang berada di dinding sebelah kanan. Dia membaca mantra lagi dan menekan batu dengan mengeluarkan tenaga dalam.Batu berwarna terang yang menempel di dinding dinding mulai mengeluarkan cahaya sehingga tampaklah jalan setapak mengarah ked

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 8 Batu Langit

    Kilas balik. Beberapa hari sebelum Tirtayasa bertemu dengan Dipa Anggara.Saat itu hujan lebat disertai dengan kilat petir menerpa Gunung Guntur. Nampak satu bayangan berkelebat dibawah guyuran hujan menembus hutan Gunung Guntur."Aku harus tiba di puncak Gunung Guntur tengah malam nanti sesuai pesan Eyang Guru dalam semediku. Semoga aku tidak terlambat."Batin orang itu yang tidak lain adalah Tirtayasa.7 hari sebelum berangkat ke Gunung Guntur dalam semedinya Tirtayasa kedatangan dari sesepuh perguruan Golok Khayangan, Indrasakti.Indrasakti yang sudah mundur dari dunia persilatan dan sedang bertapa disuatu tempat tersembunyi untuk mencapai moksa."Salam bakti dan hormat Eyang Guru." Kata Tirtayasa dalam alam semedinya ketika bertemu dengan Indrasakti."Bakti dan hormat mu aku terima Tirtayasa." Jawab Indrasakti penuh dengan wibawa."Maafkan aku menggangu semedimu, tadi malam dialam pertapaan aku mendapatkan penglihatan bahwa 7 hari dari sekarang akan ada sesuatu yang berharga jatuh

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 7 Hari Pertandingan

    Hari Pertandingan pun tiba. Dipa dan ketiga temannya berkumpul dilapangan tempat pertandingan akan diadakan.Ditengah lapangan disediakan panggung persegi empat yang sudah disiapkan oleh para guru. Tampak di sebelah kanan panggung Tirtayasa dan keempat tetua lainnya. Hanjaya, Rangkuti, Wicaksana dan Lestari. Lestari khusus menangani murid putri saja."Hari ini kita akan memulai pertandingan antar barak, dari mulai tingkat dasar 1 dan 2, tingkat menengah 3 dan 4, dan tingkat tinggi 5. Pertandingan ini hanya untuk mengukur sampai dimana pemahaman mengenai jurus jurus dari perguruan kita. Dan lakukan semua dengan jujur tidak perlu ada kecurangan seyogyanya pertandingan ini adalah untuk mempererat rasa persaudaraan kita." Ucap Tirtayasa setelah berdiri.Setelah Tirtayasa berbicara mengenai tujuan pertandingan dan nasihat kepada para murid dilanjutkan dengan Rangkuti menjelaskan tentang aturan pertandingan. Semua murid mendengarkan dengan seksama.Dipa dan ketiga temannya mendapatkan uruta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status