Beranda / Pendekar / Pendekar Golok Naga Biru / Bab 3 Bertemu Empu Baryana

Share

Bab 3 Bertemu Empu Baryana

Penulis: Haryadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 12:28:29

Tirtayasa melanjutkan perjalanannya kembali.

"Semoga sekarang tidak ada halangan lagi." batin Tirtayasa.

Nampak dari kejauhan tiga orang anak sedang memukuli seorang anak lainnya yang terbaring ditanah.

"Ayo  bocah tengik lawan aku hah!!" kata anak yang berbadan gemuk.

Kedua temannya itu menertawakan. Sementara anak kecil yang dipukuli nampak diam sambil terbaring dan memeluk lutut agar menahan tendangan dari anak yang yang berbadan gemuk.

"Nampaknya cukup Galih, dari tadi dia tidak melawan." kata teman satunya yang bernama Bajra.

"Enak aja, dia ini menerima pemberian dari ayahku 1 keping perunggu" Galih meneruskan tendangannya ke arah tubuh anak itu.

"iya betul kata Bajra, Galih. Cukup nanti dia mati bagaimana?" kata teman satunya lagi yang bernama Bagas.

"Masa bodoh, kalau dia mati disini paling dia akan dimakan anjing hutan, hahaha. Di desa ini tidak ada orang yang menginginkan dia." Kata Galih.

"Eh, lihat ada orang datang ke arah sini, cepat Galih , Bajra kita lari" ajak Bagas.

Mereka melihat ke ujung jalan nampak orang tua berjalan ke arah mereka. Galih memukul anak itu untuk terakhir kali nya.

Bukk!!

"Awas kalau kau berani bilang sama ayahku." ancam Galih sambil mengambil uang 1 keping perunggu dari saku anak itu.

Ketika orang tua itu yang tak lain adalah Tirtayasa sampai didekat anak itu, dia melihat anak itu masih terbaring terlihat lebam ditubuhnya dan darah dikepalanya. Tatapan matanya tampak kosong mungkin dia tidak perduli kalau ada orang lain ada disisinya.

Tirtayasa membungkuk dan mencoba memdudukan anak itu. Anak itu hanya mengikuti dan menatap Tirtayasa.

"Minumlah nak." Tirtayasa menyodorkan tempat minumnya.

"Terima kasih Tuan" ucap anak itu.

"Panggil aku kakek saja." balas Tirtayasa.

Setelah meminum air pemberian Tirtayasa. Anak itu mencoba berdiri tapi tidak sanggup. Tirtayasa segera menahan dan membawanya ke batang pohon yang ada di pinggir jalan.

"Kenapa kamu sampai dipukuli sama anak yang lain nak?' tanya Tirtayasa.

"Anak ini tidak mengeluarkan ekspresi apa apa padahal terlihat jelas badannya babak belur kepalanya bocor." batin Tirtayasa.

"Ini karena salahku kek. Aku menerima pemberian dari Juragan Wirya. Aku menerima 1 keping perunggu upah mencari kayu bakar di hutan sekitar desa. Galih anak juragan Wirya tidak suka apabila aku menerima pemberian dari orang tua nya dan akhirnya aku dipukuli."cerita anak itu.

Tirtayasa hanya mengangguk mengerti apa yang diceritakan anak itu.

"Siapa namamu nak?" tanya Tirtayasa.

"Dipa kek, Dipa Anggara." jawab anak itu yang berumur kurang lebih 10 tahun.

"Baiklah Dipa ayo kakek antar kamu pulang ke desa." kata Tirtayasa sambil berdiri.

Tapi Dipa tetap diam.

"Dipa tidak bisa pulang ke desa kek. Dipa tinggal digubuk dipinggir hutan. Dipa diusir dari desa karena dibilang pembawa sial bagi desa." Ucap Dipa sambil tertunduk.

"Lantas dimana orang tua mu Dipa?" tanya Tirtayasa.

"Orang tua ku tewas ketika para perampok datang ke desa kami. Ayah mencoba melawan para perampok itu tapi naas malah ayah yang menjadi korban. Ibuku mengenali salah satu perampok itu adalah salah satu warga desa ini, karena ketahuan ibuku pun terbunuh juga dan aku dituduh yang menunjukan jalan ke perampok dari arah hutan ke desa."  Sambil menarik dan membuang  napas panjangnya.

"Aku ikut prihatin Dipa." Tirtayasa merasa iba.

Tapi untuk saat ini dia tidak bisa berlama lama di pinggir desa ini. Dia harus segera ke menemui empu Baryana.

"Ayo aku gendong kamu ke rumahmu Dipa."  Tirtayasa berjongkok dan menyuruh Dipa naik kepunggungnya.

Kejadian aneh pun terjadi.

Batu langit yang tersimpan rapi di punggung Tirtayasa bereaksi ketika berdekatan dengan Dipa. Cahaya kebiruan muncul dari batu langit dan merayap menutupi tubuh Dipa.

Tirtayasa pun kaget merasakan ada getaran kekuatan yang berasal dari batu langit yang dia bawa. Dia pun menoleh kebelakang dari ujung matanya dia melihat sinar kebiruan melapisi tubuh Dipa.

"Tunjukan rumahmu Dipa. Kakek ingin memastikan sesuatu." Ucap Tirtayasa.

Dipa segera menunjukan arah dan orang tua itu segera melesat ke arah yang ditunjukan Dipa. Sesampai nya di gubuk sederhana yang ada hanya atap dan dinding bambu. Diturunkannya Dipa dan menyuruhnya untuk duduk. Terlihat dengan jelas cahaya biru itu terus melapisi tubuh Dipa dan secara perlahan luka dan lebam sembuh.

"Nampak sama persis seperti yang diceritakan oleh Eyang Guru, bahwa dalam perjalanan ku ke Gunung Bukit Tungul aku akan menemukan orang yang cocok untuk batu langit ini." membatin Tirtayasa.

Dipa yang sedari tadi diam dan tidak sadar bahwa ada cahaya biru yang melapisi tubuhnya memandang orang tua itu. Hanya dia merasa badannya tidak sakit sakit lagi dan merasa segar.

"Terima kasih kakek, sudah mengantarkan aku sampai ke rumah. Dipa belum  bisa membalas kebaikan ini" ucap Dipa.

"Eh.. Dipa kalau kau tidak keberatan maukah kau ikut dengan kakek ke Perguruan Golok Khayangan?"tanya Tirtayasa menatap anak itu dalam dalam.

Dipa menimbang disini pun dia tidak dianggap, hanya juragan Wirya saja yang merasa kasihan makanya dia diberi pekerjaan mencari kayu bakar agar dapat menyambung hidup. Setidaknya kalau dia ikut orang tua itu, dia bisa merubah nasib begitu pikiran polos nya.

"Baiklah kek, aku iktut dengan kakek." jawab Dipa.

"hahaha bagus..bagus. Panggil saja aku kakek Tirta." ucap Tirtayasa sumringah.

Dan perjalanan pun berlanjut. Tirtayasa merasa kagum kepada Dipa. Setelah dia menerima cahaya biru dari batu langit. Kondisi fisik nya terlihat meningkat biasanya anak seumuran Dipa akan cepat lelah setelah berjalan cukup jauh apalagi seharian. Namun berbeda kali ini Dipa tidak menunjukan tanda kelelahan.

Tibalah mereka di desa dekat kaki Gunung Bukit Tunggul.

"Kita cari kedai makan dulu Dipa. Rasanya cukup bosan kita makan buah buahan hutan terus selama perjalanan ini." Ajak Tirtayasa.

Sesampainya di kedai makan yang cukup sederhana. Mereka duduk di pojokan dengan memesan makanan.

"Pak tolong siapkan ayam bakar dan nasi untuk 2 orang serta 2 minuman jahe." kata Tirtayasa kepada pemilik kedai.

Tak lama kemudian makanan pun datang. Dipa yang sangat jarang makan makanan seenak itu makan tanpa bersuara hanya terlihat dari sinar matanya dia menemukan secuil kebahagian disitu. Tirtayasa paham betul dengan kondisi anak itu.

"Ayo Dipa tambah lagi, setelah ini kita akan cari penginapan dan besok pagi kita akan meneruskan perjalanan ke puncak Gunung Bukit Tunggu." kata Tirtayasa.

Keesokan paginya mereka berdua berangkat dan sampai di puncak gunung menjelang sore hari. Nampak dari jauh asap membumbung tinggi.

"Baryana, aku datang." gumam Tirtayasa.

Empu Baryana yang ada di belakang gubuknya, merasakan  getaran energi padahal posisi Tirtayasa masih cukup jauh.

"Getaran energi ini milik Kakang Tirtayasa. Hhmm, tidak salah seperti yang Eyang Guru katakan dalam semediku beberapa hari yang lalu." Batin Baryana.

Ketika Tirtayasa dan Dipa tiba di tempat Empu Baryana. Dia sudah menunggu di depan rumahnya sambil tersenyum melihat kakak seperguruannya.

"Apa kabar mu Kakang Tirta?" tanya Empu Baryana. sambil memeluk Tirtayasa.

"Aku baik baik saja Baryana." jawab Tirtayasa.

Dan mereka pun larut dalam obrolan. Dipa hanya diam saja karena tahu bahwa tidak sopan ikut campur dalam obrolan kedua orang tua itu. Walaupun sesekali empu Baryana melirik nya seperti menyelidik.

"Bentuk tubuh anak cukup sempurna untuk jadi seorang pendekar pilih tanding dan energi kebiruan  yang keluar dari tubuh nya cukup menarik." batin Empu Baryana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 12 Pertandingan Di Kotaraja 3

    "Apakah kalian tahu siapa orang orang bertopeng naga itu kawan?tanya Sena sambil berlari kecil."Aku bahkan baru melihat mereka hari ini Sena."balas Dipa dari arah belakang."Ayo percepat lari kita mungkin kelompok kita sudah tertinggal jauh dari kelompok yang lain."Ucap Dirga."Tidak mungkin Dirga. Kita ini menempuh jalur sama dengan kelompok yang lain. Dari awal kita ini yang pertama berlari."Tidak sia sia kita selalu latihan tiap hari di belakang barak, badan kita ikut menjadi kuat juga." Kata Denta."Dan terlebih lagi formasi bertarung yang kita ciptakan bisa mengalahkan salah satu orang itu." Kata Dirga dengan bangga."Bukan..bukan karena formasi bertarung kita kawan. Tapi pukulan Dipa yang jauh lebih kuat dari kita. Kau lihat sekali pukul dia bisa mematahkan hidung lawan." Balas Sena."Sudahlah tidak perlu dibahas, kita harus sampai dilapangan tengah hari nanti." Ucap Dipa.Tepat tengah hari mereka sampai dilapangan. Setelah minum mereka melanjutkan ke arah puncak bukit dimana

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 11 Pertandingan Di Kotaraja 2

    Empat orang anak berumur sekitar 10 sampai 12 tahun membelah hutan dengan berlari lebih cepat dari biasanya. Terdorong oleh keinginan sampai di lapangan bukit tepat tengah hari nanti. Disusul dengan yang lainnya dengan lari yang terseok seok.Tiba tiba Dipa merasakan bahaya."beberapa orang sedang menuju ke hutan ini dengan cepat." batin Dipa. Secara tidak sengaja sinar biru tipis mulai merambat menutup seluruh tubuh Dipa Anggara.Betul saja yang dirasakan oleh Dipa. Munding Seta beserta kelompoknya sedang menuju hutan itu untuk melancarkan gerakannya nanti malam. Rencananya sedikit berubah karena Munding Seta merasa rencana yang disusun sudah bocor akibat ada penyusup yang dia rasakan tadi pagi.Melihat keempat anak itu dari kejauhan Munding Seta menyunggingkan senyuman."Wedeng, tangkap keempat anak itu jadikan mereka sebagai tukar dengan anak yang diinginkan ketua." Perintah Munding Seta."Siap Kang." Jawab Wedeng.Dia pun melesat mengejar Dipa dan yang lainnya. Larinya anak anak

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 10 Pertandingan Di Kotaraja

    Kembali ke perguruan Golok Khayangan.Keesokan harinya setelah pertandingan antar murid dilakukan. Pagi hari murid berkumpul di depan papan pengumuman untuk melihat hasil dari pertandingan.Dari murid tingkat tinggi Abimanyu, Abiyaksan dan Sugi memenangkan pertandingan ini. Untuk murid tingkat menengah Ratna,Sari dan Galih berhasil mencapai 3 orang terbaik.Untuk murid tingkat dasar dimana Dipa saat ini berada dipilih 3 barak terbaik. Barak yang mendapatkan 3 besar adalah barak no 3,4 dan 7. Dipa dan ketiga temannya Sena,Denta dan Dirga kegirangan setelah mareka masuk 3 besar hasil murid dasar.Para pemenang dikumpulkan di aula perguruan guna menentukan latihan apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam 6 bulan mendatang akan datang pertandingan antara perguruan yang diadakan di kotaraja.Pertandingan ini dimaksudkan untuk mendorong setiap perguruan yang ada di wilayah Kerajaan Kerta Wijaya selalu menghasilkan murid murid terbaik yang nantinya dapat mengabdi untuk kerajaan.Tida

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 9 Golok Naga Biru

    Setelah Mpu Baryana meninggalkan kediamannya. Menuruni Gunung Bukit Tunggul setapak demi setapak. Tujuan nya adalah lereng yang ada di sebelah selatan gunung itu. Terdapat goa tersembunyi ditengah dinding jurang yang sampai saat ini hanya Mpu Baryana lah yang mengetahuinya.Mpu Baryana berdiri di bibir jurang. Kemudian dengan ilmu meringankan tubuh menuruni dinding dan berhenti di cekungan seukuran kerbau yang terhalang oleh tanaman rambat. Sejenak Mpu Baryana membaca mantra untuk membuka dinding goa tersebut.Reettt!Dinding cekungan itu bergerak dan hawa panas keluar dari goa setelah pintu terbuka. Mpu Baryana melangkahkan kaki masuk kedalam goa dan pintu goa tertutup seperti sedia kala.Dalam kondisi goa yang gelap gulita Mpu Baryana menekan batu yang berada di dinding sebelah kanan. Dia membaca mantra lagi dan menekan batu dengan mengeluarkan tenaga dalam.Batu berwarna terang yang menempel di dinding dinding mulai mengeluarkan cahaya sehingga tampaklah jalan setapak mengarah ked

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 8 Batu Langit

    Kilas balik. Beberapa hari sebelum Tirtayasa bertemu dengan Dipa Anggara.Saat itu hujan lebat disertai dengan kilat petir menerpa Gunung Guntur. Nampak satu bayangan berkelebat dibawah guyuran hujan menembus hutan Gunung Guntur."Aku harus tiba di puncak Gunung Guntur tengah malam nanti sesuai pesan Eyang Guru dalam semediku. Semoga aku tidak terlambat."Batin orang itu yang tidak lain adalah Tirtayasa.7 hari sebelum berangkat ke Gunung Guntur dalam semedinya Tirtayasa kedatangan dari sesepuh perguruan Golok Khayangan, Indrasakti.Indrasakti yang sudah mundur dari dunia persilatan dan sedang bertapa disuatu tempat tersembunyi untuk mencapai moksa."Salam bakti dan hormat Eyang Guru." Kata Tirtayasa dalam alam semedinya ketika bertemu dengan Indrasakti."Bakti dan hormat mu aku terima Tirtayasa." Jawab Indrasakti penuh dengan wibawa."Maafkan aku menggangu semedimu, tadi malam dialam pertapaan aku mendapatkan penglihatan bahwa 7 hari dari sekarang akan ada sesuatu yang berharga jatuh

  • Pendekar Golok Naga Biru   Bab 7 Hari Pertandingan

    Hari Pertandingan pun tiba. Dipa dan ketiga temannya berkumpul dilapangan tempat pertandingan akan diadakan.Ditengah lapangan disediakan panggung persegi empat yang sudah disiapkan oleh para guru. Tampak di sebelah kanan panggung Tirtayasa dan keempat tetua lainnya. Hanjaya, Rangkuti, Wicaksana dan Lestari. Lestari khusus menangani murid putri saja."Hari ini kita akan memulai pertandingan antar barak, dari mulai tingkat dasar 1 dan 2, tingkat menengah 3 dan 4, dan tingkat tinggi 5. Pertandingan ini hanya untuk mengukur sampai dimana pemahaman mengenai jurus jurus dari perguruan kita. Dan lakukan semua dengan jujur tidak perlu ada kecurangan seyogyanya pertandingan ini adalah untuk mempererat rasa persaudaraan kita." Ucap Tirtayasa setelah berdiri.Setelah Tirtayasa berbicara mengenai tujuan pertandingan dan nasihat kepada para murid dilanjutkan dengan Rangkuti menjelaskan tentang aturan pertandingan. Semua murid mendengarkan dengan seksama.Dipa dan ketiga temannya mendapatkan uruta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status