"Ya. Memang begitu," kata Camar Sembilu. Karena itulah Nyai Peri marah besar kepada pemuda yang nekat mandi tanpa busana di sendang tersebut sebab air sendang tidak akan berubah menjadi air pengawet kecantikan lagi."
Kali ini Baraka yang menyela kata, "Jadi kalau sekarang aku mandi di sendang itu, maka sampai usia seratus tahun aku masih tetap akan semuda ini dan wajahku juga tetap begini?"
"Kalau saja sendang itu sekarang masih ada, kau akan tetap tampan dan menawan seperti saat ini," kata Camar Sembilu sambil tersenyum malu.
“Tapi sayang, Sendang Keramat sekarang sudah tak ada. Nyai Peri menimbunnya dengan tanah cadas dan bebatuan, Tempat itu sekarang menjadi tempat yang padat dan biasa digunakan untuk berlatih ilmu pedang para pengikutnya."
Batuk Maragam berkerut dahi, "Mengapa ditimbun?"
"Nyai Peri tidak ingin kaum lelaki awet tampan. Kurasa tindakan itu juga merupakan luapan dari kekecewaan hatinya."
"Hmmmm...," Batuk Maragam meng
"Dewi, istirahattah dan jangan berpikir apa-apa. Kau butuh ketenangan. Di sini kau aman, ada aku, juga ada Ki Bongkok Sepuh. Tak ada orang yang tahu tempat ini," kata Baraka menenangkan gadis yang tampak letih itu."Kau tak akan pergi, bukan?" Dewi Angore menampakkan kecemasannya.Pendekar Kera Sakti gelengkan kepala sambil sunggingkan senyum menawan. Maksudnya membuat yakin dan tenang hati gadis itu. Tapi yang terjadi adalah senyuman mendebarkan hati sang gadis, hingga sang gadis pun berandai-andai dalam lamunan menjelang tidurnya.Percakapan yang terjadi antara Baraka dengan Bongkok Sepuh sangat serius. Mereka bagaikan bicara dari hati ke hati. Bongkok Sepuh tampak memikirkan sekali nasib Baraka yang menjadi cemar karena ulah seseorang."Memang ada beberapa tokoh sakti yang bisa mengubah diri menjadi diri orang lain. Tapi biasanya jika sudah sampai mau digantung seperti itu, Ia pasti tampakkan wajah aslinya," kata Bongkok Sepuh. "Tapi agaknya orang itu
"Tinggalkan rumah ini," kata Baraka. "Klta cari tempat persembunyian yang lebih aman.""Apakah menurutmu rumah ini sudah tak aman lagi?""Kemungkinan datangnya bala bantuan bisa saja terjadi. Daripada kau terjebak di sini, lebih baik kita hindari kemungkinan itu."Dewi Angora tampak bimbang. ia memandang arah jauh, tempat kepergian Batuk Maragam dan Donggala. Baraka mencekal tangan Dewi Angora,“Lekas pergi dari sini!"Gadis itu tak punya pilihan lain. Langkah Pendekar Kera Sakti diikutinya. Pikirnya, kemana pun pergi asal bersama Pendekar Kera Sakti yang ini, Ia pasti akan aman, Dalam hati Dewi Angora telanjur merasa kagum terhadap sikap si tampan ini yang punya perbedaan jauh dengan sikap si tampan yang mau digantung Peri Sendang Keramat itu. Jurus-jurusnya membuat Dewi Angora sempat berpikiran ingin mempelajarinya. Tapi pikiran itu untuk sementara disingkirkan, karena Ia masih butuh pemikiran lain yang lebih penting, menyelamatkan diri dar
Melihat temannya tumbang tak bernyawa, Sangkur Balang menjadi murka. Maka dicabutlah senjatanya yang berupa tombak pendek tiga jengkal yang ujungnya ditutup sarung dari kayu itu, Sest...! Tombak kini dibuka tutupnya, ternyata ujung tombak itu memancarkan sinar merah seperti besi terpanggang api. Sinar merah bara tersebut membuat gerakan berkelebat kesana-sini dan indah dipandang pada malam hari seperti saat itu."Kali ini kau harus mati, Baraka! Harus mati!"Sangkur Balang melompat dengan tombak dihujamkan ke dada Baraka. Tetapi Pendekar Kera Sakti cepat-cepat jongkokkan badan, lalu berguling ke belakang dengan kaki menendang ke atas. Akibatnya, tombak yang tidak mengenal sasaran itu membawa tubuh Sangkur Balang melayang di atas Baraka. Tubuh itu menjadi sasaran tendangan kaki Baraka yang bertenaga dalam cukup besar.Beehg!Wuuus...! Brrruk...!Tubuh Sangkur Batang terpental ke samping atas cukup tinggi. Ketika tubuh itu bergerak turun dengan cepat
Satu-satunya dugaan yang terlintas dalam benak Baraka adalah kekuatan gaib yang ada pada diri Embun Salju, wanita cantik ketua Perguruan Elang Putih yang memiliki kalung pusaka bernama kalung Lintang Suci."Bukankah kalung itu telah ditentukan kembali oleh Citradani? Bukankah kalung itu mempunyai kekuatan dapat mengubah-ubah diri sesuai keinginan pemakainya? Dulu, ketika kalung itu di tangan Tandak Ayu, perempuan itu bisa berubah menjadi kelinci. Bukankah hal-hal seperti itu bisa dilakukan oleh Embun Salju dan anak buahnya yang merubah diri menjadi Baraka. (Tentang Kalung Lintang Suci, baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode Iblis Raja Naga)Dugaan itu segera disanggah sendiri oleh Baraka, "Tapi apa maksudnya Embun Salju memanfaatkan kalung itu untuk merubah diri menjadi sepertiku? Kurasa hubungan ku tak ada cacat dimatanya, hubunganku dengan pihak Elang Putih baik-baik saja. Ah, rasa-rasanya... tidak mungkin Embun Salju yang melakukan pengembaran wajahku itu. Lalu siapa jika bu
Bruuk...!"Eeehg...!" Baraka sibuk memegangi Suling Naga Krishna-nya, sehingga tangan kirinya hanya bisa menyambar pinggang Camar Sembilu tapi tangan kanannya tak bisa berpegangan apa-apa. Akibatnya Baraka telentang dan tertindih tubuh Camar Sembilu dalam keadaan jatuh tengkurap di atasnya.Wajah mereka sempat saling cium tak disengaja, sedangkan perut Baraka sempat merasa mual karena tersodok lutut Camar Sembilu."Aduh, bagaimana kau ini?" gerutu Baraka."Maaf. Aku tak sengaja!""Aku tahu kau tak sengaja, kalau disengaja tidak hanya begini tentunya. Tapi... lekaslah berdiri, jangan ngobrol dalam keadaan begini, nanti mereka sangka kita sedang ini-itu tak beres!""O, ya... hampir saja aku lupa berdiri!" kata Camar Sembilu dengan rasa malu sekali.Donggala masuk ketika ruangan sudah diterangi oleh nyala pelita bertangkai. Wajah itu amat tegang dan menakutkan karena didekati pelita tersebut. Wajah itu kelihatan berkeringat dan
"Siapa orang itu sebenarnya?" pikir Baraka menjelang tidur. "Apakah aku memang punya saudara kembar. Jika memang dia saudara kembarku, mengapa prilakunya begitu hina, sampai-sampai membuat Dewi Angora ternoda dan hamil, Oh, kasihan sekali nasib Dewi Angora. Ia sudah telanjur jatuh cinta, sudah telanjur korbankan mahkota, sudah telanjur menentang kehendak orangtua, semua demi kekasihnya. Dan repotnya kekasihnya itu orang yang kembar dengan diriku. Tentu saja ia tetap berharap bersuamikan diriku. Lalu, bagaimana aku harus bersikap kepadanya?"Beda lagi dengan pemikiran Batuk Maragam, "Aku sendiri tak tahu apakah aku harus menyelamatkan pemuda itu dari tiang gantungan, supaya menikahi Dewi yang sudah telanjur ternoda itu? Atau aku harus membujuk Baraka supaya mau mengawini Dewi demi menyelamatkan masa depan Dewi dan anaknya? Atau membujuk Dewi agar menerima lamaran Tuanku Nanpongoh supaya aibnya tertutup oleh perkawinan itu? Tapi... agaknya cukup berbahaya jika sampai Tuanku Nan