Share

637. Part 20

last update Last Updated: 2024-11-11 01:04:40

Sinar merah yang terkena kibasan tangan Baraka itu membalik, yang semula besarnya seperti sebatang lidi, kini menjadi lebih besar lagi, tiga kali lipat dari besar semula. Kecepatan geraknya pun melebihi kecepatan semula. Hampir saja Mata Elang tak sempat menghindari serangan yang membalik ke arahnya jika tubuhnya tidak disentakkan oleh tangan Cempaka Ungu dengan sekuat tenaga.

Brakkk...! Prokkk...!

Tubuh Mata Elang yang didorong keras oleh Cempaka Ungu terlempar dan membentur reruntuhan bekas pintu gerbang. Pelipisnya menghantam kuat sebuah benda keras, dan akhirnya berdarah, ia menyeringai sambil memegangi pelipisnya. Sedangkan sinar merah yang membalik itu juga hampir saja mengenai tangan Cempaka Ungu saat gadis itu mendorong tubuh Mata Elang. Untung Cempaka Ungu cepat menarik tangannya dan berguling ke arah samping, sehingga sinar merah itu menghantam tiang penyangga atap di serambi samping. Tiang sebesar tiga pelukan manusia itu menjadi gompal pada bagian salah sat

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1353. Part 8

    Dewi Angora berada dibelakang Baraka, seakan berlindung di sana. Matanya masih menegang kala ia pandangi wajah pamannya. Sorot mata tokoh tua itu penuh getaran yang menyentuh hati dan jiwa bagi orang yang tak berilmu tinggi. Kalem, berkesan ramah tapi karismanya tinggi.“Mereka sudah kusuruh Pulang, walau harus membuat si Mulut Petir luka di bagian dadanya," kata tokoh yang dikenal dengan nama Batuk Maragam."Lalu untuk apa Paman menyusulku kemari?" kata Dewi Angora dengan cemberut manja yang membuat sang Paman tersenyum lebar."Dekatlah sini padaku, Dewi" ia melambaikan tangannya penuh keramahan. Tapi Dewi Angora semakin menjauhkan diri ke belakang Baraka."Tidak! Aku tidak mau. Paman pasti akan membawaku pulang!""He, he, he...!" tokoh tua itu terkekeh, akhirnya batuk lagi, uhuk, uhuk, uhuk, uhuuwuuk...!Baraka merasa iba melihat begitu tuanya tubuh itu, sehingga batuk pun sampai terbungkuk-bungkuk. Napasnya terengah-engah ketika tub

  • Pendekar Kera Sakti   1352. Part 7

    "Wah, kacau kalau begini!" gerutu Baraka dengan hati memendam kesal. Hati itu masih membatin, "Mimpi apa aku semalam sampai menemui masalah seperti ini. Tahu-tahu ada gadis mengaku kekasihku, mengaku hamil denganku dan menuntut kawin lari. Amit-amit jabang bayi... makanan apa yang sudah kutelan sejak kemarin sampai aku dianggap telah berbuat tak senonoh dengannya. Wah, kalau calon istriku; Hyun Jelita mendengar berita ini, bisa mengamuk habis-habisan padaku!"Dengan sabar dan hati-hati, akhirnya Baraka berhasil membujuk tangis itu hingga menjadi diam. Itupun dilakukan Baraka dengan cara memeluk Dewi Angora dan mengusap-usap kepalanya. Kepala itu bagaikan makin dibenamkan di dada Baraka. Sang gadis rasakan begitu damai hatinya, sehingga tangis pun bisa dihentikan."Apakah kau sudah bosan padaku, Baraka?"Baraka diam saja. Bosan dan tidak, belum pernah dirasakan olehnya, jadi dia bingung menjawabnya. Tetapi untuk mengalihkan percakapan yang akan mendesaknya lagi,

  • Pendekar Kera Sakti   1351. Part 6

    Baraka tersenyum, Hatinya berkata, “Benar dugaanku. Dia pasti tidak percaya dan akan ngotot. Agaknya selama aku berlatih ilmu "Kelana Indra" telah terjadi aesuatu yang aneh di tanah ini."Gadis berbibir ranum itu bangkit dan dekati Baraka dengan pandangannya yang lembut dan bening. Mata Pendekar Kera Sakti sempat menatapnya pula, hatinya berdesir dipandangi oleh gadis secantik Dewi Angora. Desiran hati akan berubah menjadi debar-debar yang menggelisahkan jika Baraka tidak segera buang pandangan ke arah bebatuan ditengah sungai itu."Apa yang terjadi pada dirimu sehingga kau lupa segalanya?"Sulit menjelaskannya bagi Baraka, akhirnya ia hanya berkata, "Aku melangkahi akar keramat, dan aku jadi lupa segalanya!"Dewi Angora manggut-manggut, agaknya ia mau mempercayai kata-kata itu dengan sangat terpaksa, lalu, Dewi Angora berkata, "Suara batuk itu adalah suara batuknya pamanku! Dia orang berilmu tinggi. Dia kakak sulung ayahku, dia sangat saya

  • Pendekar Kera Sakti   1350. Part 5

    Tak heran jika tubuh gemuk Mulut Petir itu tahu-tahu terkapar di samping semak dalam jarak enam langkah dari tempatnya berdiri tadi."Aaaow...!" Mulut Petir mengerang kesakitan sambil pegangi kaki kanannya. Ia masih duduk di tanah dengan mata terpejam menahan rasa sakit yang luar biasa itu. Keadaan tersebut ganti membuat Sangkur Balang terperanjat heran, matanya terbuka lebar memandangi temannya.Mulut Petir segera membuka mulutnya dan berteriak, "Huaaah...!"Dari mulut itu keluar sinar biru bagaikan kilatan guntur yang meleset dan menerjang Baraka.Clap, clap, clap...!Pendekar Kera Sakti tidak menangkis melainkan sentakkan kaki dalam gerakan miring dan tubuhnya melompat ke samping, bersalto dua kali hingga mendarat di sebelah kanan Sangkur Balang. Sedangkan tiga cahaya kilatan petir itu menghantam tiga pohon yang ada belakang Baraka.Duaaar...! Deeer...! Blegar...!Tak ayal lagi, tiga pohon itu terbelah dan hancur. Hanya asap sisa t

  • Pendekar Kera Sakti   1349. Part 4

    "Ha, ha, ha, ha, ha."Bbbrrr...!Daun-daun berguguran, tanah berguncang, getaran tanah sampai membuat pohon-pohon terjungkal nyaris tumbang. Sangkur Balang sendiri terbanting jatuh karena sikap berdirinya sedang garuk-garuk kaki kiri memakai kaki kanannya saat tawa itu terdengar. Sangkur Belang cepat berdiri dan menabok punggung Mulut Petir,Ploook...!"Lain kali kalau tak ada bahaya jangan tertawa!" sentaknya dalam geram.Baraka membatin, “Hebat! Rupanya tawa si Mulut Petir selalu disertai dengan gelombang tenaga dalam yang menggetarkan bumi? Padahal tawanya tadi tidak keras. Bagaimana jika ia tertawa keras dan terbahak-bahak? Pohon di belakangku itu pasti bisa tumbang."Pikiran itu segera dilupakan sesaat, karena Baraka Sining melihat si kurus Sangkur Balang itu maju dekati Dewi Angora. Gadis itu mundur satu tindak, merasa takut disentuh atau jijik melihat kulit Sangkur Bajang yang burik itu. Berbeda dengan kulit tubuh gemuknya Mulut

  • Pendekar Kera Sakti   1348. Part 3

    "Aku dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh..."Pendekar Kera Sakti memutus kata, “Siapa Tuanku Nanpongoh itu?”Gadis mungil itu memandang Baraka dengan sikap protes, "Jangan berlagak bodoh. Kau sudah tahu siapa orang itu."Mau tak mau Baraka hanya sunggingkan senyum berkesan canda. Padahal dalam hatinya membatin, “Sumpah mati aku belum tahu siapa Tuanku Nanpongoh itu. Tapi kalau aku ngotot, pasti gadis ini tidak percaya dan akan semakin ngotot, ia merasa sudah mengenalku. Perdebatan tak akan menjadi ada habisnya kalau aku ngotot menyatakan diri belum mengenalnya. Sebaiknya kuselidiki sendiri dari ceritanya nanti."Baraka segera ajukan tanya, "Kenapa kau dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh?"Gadis itu memandang lagi dengan sikap kesal. "Pura-pura tidak tahu!" ucapnya dalam gerutu.“Anggap saja aku tidak tahu, Tolong jelaskan."Tapi sebejum gadis itu bicara, tiba-tiba dua kelebat bayangan melintas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status