"Jangan diam saja!" bentak Nyi Sumirah. "Tinggalkan dia di situ. Pergilah sana, cepat!"
"Aku akan membawa pergi pemuda ini! Apa pun yang terjadi, aku harus membawanya pulang ke perguruanku!"
"Persetan dengan perguruanmu! Hiaaah...!" Badik itu segera ditusukkan ke perut Ratna Pamegat. Tetapi tangan Ratna Pamegat segera menyanggah dan kaki berkelebat menendang dalam posisi tendangan miring.
Buggh...! Dada Nyi Sumirah menjadi sasaran empuk kaki Ratna Pamegat. Tendangan kaki Ratna Pamegat cukup kuat, membuat Nyi Sumirah terpental jatuh ke belakang antara satu tombak lebih, ia segera bangkit dan menerjang kembali dengan lompatan cepat.
"Hiaat...!"
Prakk...! Begh begh...!
Ratna Pamegat juga melompat naik, dan mengadu pukulan tangan kirinya dengan kaki Nyi Sumirah, lalu tangan kanannya menyodok masuk ke dada Nyi Sumirah lagi dan tangan kiri menyusul pula menghantam pinggang Nyi Sumirah.
Kedua pukulan itu cukup keras, membuat Nyi Sumirah terg
Teratai Kipas tak berani membantah lagi. la sadar bahwa ilmunya kalah tinggi. Malaikat Miskin bukan tandingannya. Jika ia melawan hanya untuk membela Baraka. Itu sama saja ia mati konyol tanpa arti. Maka segera saja tubuh Baraka diangkat dengan menggunakan ilmu tenaga dalamnya hingga tubuh itu terasa ringan. la memanggul tubuh Baraka dan melesat pergi tinggalkan perguruan tersebut."Waktumu hanya semalam untuk menebus adikmu Itu dengan Golok Setan," kata Teratai Kipas ketika merasa sudah jauh dari Perguruan Tongkat Sakti."Ja... jangan bicara dulu....!" Baraka sulit bicara karena sekujur tubuhnya bagaikan berubah menjadi kayu keras.-o0o-Suling Naga Krishna berhasil selamatkan Pendekar Kera Sakti dari pembusukan yang dikarenakan jurus Tendangan Melarat' si Malaikat Miskin itu. Jika Teratai Kipas terlambat memberikan air itu kepada Baraka, maka pembusukan akan segera berlangsung dan itu berarti mereka terlambat melawan pengaruh kekuatan jurus Tendangan Me
"Menak Goyang...!" seru penjaga pintu gerbang. Empat orang itu segera mengepung Baraka dan Teratai Kipas. Mereka bersiap melepaskan serangan. Tetapi Menak Goyang melirik tangan Baraka tetap menguncup berarti siap lepaskan satu pukulan yang akan mencabut nyawanya. Menak Goyang ngeri, dan segera berseru kepada keempat penjaga gerbang, "Jangan serang mereka! Nyawaku terancam! Buka pintu gerbang dan bawa kami menghadap Guru!""Tapi....""Jangan membantah perintahku!" sergah Menak Goyang dengan kepala masih bisa bergerak-gerak tak mau diam.Teratai Kipas sempat menggerutu pelan, "Dasar Menak Goyang, biar ditotok masih saja bisa goyang-goyangkan kepala!"Pintu gerbang dibuka, Baraka membawa masuk Menak Goyang bersama Teratai Kipas. Semakin banyak murid perguruan yang melihat keadaan itu semakin banyak yang mengepung dari kejauhan. Wajah-wajah mereka tampak tegang, karena Menak Goyang yang dikenal sebagai murid tertinggi di situ bisa dilumpuhkan oleh dua tamu ta
Perguruan itu dikelilingi oleh benteng kayu yang rapat dan kokoh. Pada tiap sudut terdapat menara pengawas yang dijaga oleh satu orang untuk satu menara. Hal itu mempersempit kemungkinan pencuri masuk ke bangunan pusat perguruan yang ada di tengah benteng kayu itu. Anehnya justru perguruan itu sedang dilanda musibah dengan masuknya seorang pencuri yang berhasil membawa lari Golok Setan. Sudah pasti pencurinya orang berilmu tinggi karena bisa menerobos masuk ke benteng yang dijaga ketat itu."Bagaimana caranya masuk tanpa menimbulkan korban?" tanya Baraka kepada Teratai Kipas."Itu yang sedang kupikirkan," jawab Teratai Kipas dengan mata pandangi benteng perguruan itu. "Jika benar Golok Setan dicuri orang, maka mereka juga akan mencurigai diriku sebagai pencurinya. Sebab akulah orang yang dulu sering keluar-masuk benteng itu selama menjadi kekasih Raden Panji. Ini yang membuatku agak ragu untuk mendekati secara baik-baik."Pendekar Kera Sakti mau ucapkan kata, ta
Setelah itu terdengar suara Teratai Kipas ajukan tanya, "Mengapa adikmu diculik Menak Goyang?""Aku dituduh mencuri pisau pusaka milik Malaikat Miskin!""Maksudmu, Golok Setan?""Ya. Rupanya kau tahu tentang pisau itu!""Aku kenal Malaikat Miskin. Aku kenal orang-orang perguruan itu, karena almarhum kekasihku dulu memang orang Perguruan Tongkat Sakti.""Kalau begitu kau tentunya tahu di mana letak Perguruan Tongkat Sakti!""Sangat tahu!" jawab Teratai Kipas. "Kau ingin agar aku mengantarmu ke sana dan membantu merebut adik kecilmu itu?""Hanya menunjukkan tempatnya saja. Soal merebut adikku itu urusanku. Aku bisa menanganinya sendiri.""Apa keuntunganku jika mengantarmu ke sana?"Baraka diam sambil tersenyum tanpa memandang Teratai Kipas. La segera angkat pundak dan berkata, "Aku tak tahu apa yang kau harap dari jasamu nanti. Kau punya keinginan apa, Teratai Kipas?""Membalaskan dendamku pada Nyai Sapu Lanang! Aku
Dengan terhuyung-huyung Teratai Kipas menghampiri senjatanya dan memungutnya kembali. Saat memungutnya ia hampir saja tersungkur jika tidak segera menopang tubuh dengan tangan kiri dan lutut kirinya. Sedangkan Baraka berjalan dari tempatnya terkapar dalam keadaan sehat. Langkahnya sedikit lamban dan kurang gagah karena pengaruh ketuaannya. Rupanya ia tadi sudah segar kembali."Teratai Kipas, kau terluka dalam cukup parah. Biar ku bantu untuk mengobati luka dalammu!""Hmm...!" Teratai Kipas bangkit dengan limbung, lalu berusaha untuk berdiri tegak walau kedua kakinya tampak bergetar samar-samar. la memandang dengan sikap curiga ke arah Baraka."Kau pikir aku lawan yang mudah kau jebak dengan sikap baikmu itu?" katanya sebagai pelampiasan sikap curiga kepada Baraka.Baraka tersenyum tipis. Masih tidak menampakkan sikap bermusuhan. Sementara hati Teratai Kipas segera membatin, "Dia tetap segar dan tak menjadi pucat sedikit pun. Hebat sekali!"Pendekar
"Omong kosong! Kau pasti tahu!""Baiklah. Sekalipun misalnya aku mengetahuinya, aku tidak akan sebutkan di mana dia berada!""Kau memang perlu mendapat pelajaran dan tidak menganggapku sebagai anak kecil, Hiaaah...!"Teratai Kipas berkelebat arahkan tendangannya ke dada Baraka. Gerakan kaki lurus itu ternyata hanya sebuah tipuan, karena kejap berikut ia menyentak naik dan kaki kirinya yang berkelebat dari samping menendang tepat kenai bagian bawah ketiak Baraka.Duuuhg...!"Uhg...!" Baraka terlempar ke samping walau tak sampai jatuh. Tapi ia mulai rasakan patah tulang rusuknya karena tendangan kaki kiri itu disaluri tenaga dalam tinggi. Untung Baraka dapat segera tarik napas dalam-dalam dan salurkan hawa murninya sendiri ke tempat yang sakit, sehingga rasa tulang rusuk patah itu segera berkurang."Hiaaat...!" Teratai Kipas berkelebat menerjang Baraka dalam satu lompatan. Baraka terpaksa menyambutnya sekadar memberi bukti bahwa dirinya memang