BUGH!
"Rasakan pukulanku, Shian Long!" seru Liu Feng yang menyimpan dendam terhadap pemuda lusuh yang sebelumnya dibela oleh Xin Shia, putri satu-satunya dari Kaisar Han yang berkuasa saat itu. Liu Feng, Samanera Senior yang sebelumnya merasa dipermalukan oleh Xin Shia melampiaskan dendamnya kepada Shian Long.
Pukulan yang telak mendarat di wajahnya membuat wajah Shian Long, anak muda lusuh ini menjadi tambah lebam dan mulutnya sedikit mengeluarkan darah akibat terluka dalam.
Matanya benar-benar bengkak dan sulit untuk dibuka, tapi Liu Feng tidak peduli. Samanera Senior ini terus menerus memukuli Shian Long tanpa ada rasa puasnya.
Tidak heran kalau Shian Long bisa terluka parah hanya dengan pukulan biasa saja dari Liu Feng karena Shian Long tidak memiliki energi tenaga dalam sama sekali. Tubuhnya tidak bisa menghasilkan tenaga dalam seperti layaknya anak-anak seusia dirinya. Bahkan kondisi tubuhnya sangat lemah dan mudah jatuh sakit.
Biksu Tang Fei yang membawa anak muda lusuh ini saat dia baru berumur 7 tahun. Biksu ini meminta kepala Biara Shaolin untuk menerima anak muda yang ditemukannya di dalam hutan ini untuk menjadi Samanera. Sayangnya Shian Long tidak memiliki bakat yang bagus untuk menjadi ahli bela diri sehingga ditolak untuk menjadi Samanera.
Walaupun kecewa dengan keputusan kepala biara, Biksu Tang Fei tetap merawat Shian Long dan meminta izin kepada kepala biara agar Shian Long bisa tinggal di Biara Shaolin untuk menjadi tukang bersih-bersih halaman Biara Shaolin.
Tidak ada yang tahu asal usul Shian Long. Biksu Tang Fei juga sepertinya tidak berhasil mengorek informasi dari Shian Long karena trauma yang dideritanya. Anak muda ini sepertinya menderita trauma yang cukup berat yang membuat ingatannya hilang. Biksu Tang Fei yang memberinya nama Shian Long dengan harapan kalau kelak anak ini akan tangguh seperti naga.
PLAAAK!
Sebuah tamparan mendarat lagi di wajah Shian Long. Matanya semakin lebam dan bengkak, tapi Liu Feng tetap tidak puas dengan kondisi tubuh Shian Long yang sudah babak belur ini. Hati Samanera Senior ini tergerak untuk terus menghajarnya tanpa henti.
"Mana dewi penolongmu? Suruh dia ke sini untuk menolongmu! Dasar pengecut, bisanya dibantu oleh perempuan!" hina Liu Feng dengan suara lantang.
Mata Shian Long menatap tajam ke arah Liu Feng tanpa rasa takut. Tatapan Shiang Long membuat Liu Feng agak sedikit bergidik. Ada aura ketakutan yang menyebar dari tatapan mata Shian Long yang membuat suasana agak menyeramkan, tapi Liu Feng langsung berusaha mengatasinya.
"Ck! Berani menantangku dan menatapku seperti itu? Mau kubutakan kedua matamu?" ancam Liu Feng. Tapi, Shian Long tetap menatapnya dengan penuh kebencian. Tidak ada rasa takut dengan ancaman Liu Feng.
"Sudah cukup kau menghinaku, suheng! Apa salahku padamu sehingga kau begitu benci padaku?" tanya Shian Long, masih dengan wajah menantang. Shian Long sudah tidak sanggup lagi menahan siksaan dan hinaan yang dilakukan Liu Feng beserta gerobolan Samanera-nya ini.
"Salahmu? Kau bertanya apa salahmu?" tanya balik Liu Feng. "Kau ini aib bagi Biara Shaolin! Tidak mampu menghasilkan tenaga dalam dengan asal usul yang tidak jelas! Kalau bukan karena Master Tang Fei, kau sudah membusuk di luaran sana!"
"Aku tidak minta tinggal di Biara Shaolin! Master Tang Fei yang membawaku ke sini dengan janji kalau diriku akan aman selama berada di Biara Shaolin ... tapi yang kudapat hanyalah hidup yang penuh derita oleh ulah kalian! Setahuku, Samanera adalah calon Biksu Shaolin yang bijaksana! Kenapa kalian menjadi jahat dan biadab seperti ini?" ujar Shian Long tanpa merasa ragu-ragu lagi membeberkan kebusukan para Samanera di Biara Shaolin ini.
Bugh!
Sebuah tendangan dari Liu Feng mengenai ulu hati Shian Long yang membuatnya meringis kesakitan. "Banyak bicara Kau, Gembel! Kau tidak pantas jadi sute-ku, jadi jangan panggil aku suheng!"
Liu Feng semakin menjadi-jadi menyiksa Shian Long untuk pembalasan dendamnya.
"Aku juga tidak minta jadi sute-mu! Kalian semua tidak pantas menjadi calon penerus para Biksu Shaolin yang bijaksana! Kalian ini hanya sekelompok penjahat liar dan biadab yang berjubah Samanera! Sepantasnya kalian tinggal di hutan belantara, bukannya di Biara Shaolin!" balas Shian Long yang semakin berani melawan Liu Feng.
Bugh! Bugh! Bugh!
Tiga pukulan beruntun kembali diterima oleh Shian Long akibat ucapannya menghina Liu Feng dan kelompok Samanera-nya.
"Uhuk!"
Anehnya, Shian Long masih tetap mampu bertahan walaupun sempat muntah darah akibat luka dalam yang dideritanya. Liu Feng sendiri juga merasa heran dengan pukulannya yang sama sekali tidak membuat Shian Long patah tulang tapi hanya menderita luka memar saja.
"Cium kakiku maka kamu akan kuampuni dan tidak kulenyapkan dari muka bumi ini!" hina Liu Feng yang semakin bertambah dendamnya terhadap Shian Long.
"Bukan Kau yang menolongku, jadi Kau tidak berhak menentukan nasib dan nyawaku! Hanya Master Tang Fei yang berhak memutuskan aku hidup atau mati!" tantang Shian Long.
Tiada rasa takut lagi di dalam hati Shian Long yang selama ini ditahan-tahan olehnya. Menurutnya sudah cukup semua penderitaan yang diterimanya dari para Samanera yang sama sekali tidak menganggapnya ada, padahal sejak awal dia ingin diterima sebagai teman mereka walaupun dia bukan seorang Samanera.
"Cuih! Beraninya berlindung di balik ketiak Master Tang Fei! Kau sungguh tidak berguna, Shian Long! Tadi Kau dilindungi seorang wanita, sekarang kamu ingin dilindungi juga oleh Master Tang Fei? Dasar sampah bus*k yang tidak berguna!" hina Liu Feng.
"Cuih!" Shian Long mengeluarkan darah yang mengumpal di mulutnya. "Kalian yang pantas disebut Sampah Shaolin! Aku juga heran, kepala Biara Shaolin membiarkan kalian menyiksa seorang pemuda yang tidak berdaya, padahal Shaolin terkenal sebagai perguruan silat yang arif dan bijaksana!" sahut Shian Long.
"Kurang ajar! Kau memang cari mati!" teriak Liu Feng sambil memukul dan menendang Shian Long beberapa kali tanpa ampun.
Tubuh yang kuat juga tidak akan mampu menahan segala pukulan dan tendangan yang mengandung tenga dalam secara terus menerus, apalagi tubuh Shian Long yang tidak memiliki tenaga dalam sama sekali. Kondisi tubuh Shian Long sudah mulai melemah, tapi Liu Feng masih belum selesai dengan dirinya. Keinginan Samanera Senior ini adalah agar dia memohon ampun dan meminta maaf terhadap penyiksanya ini, tapi Shian Long tidak sudi melakukan itu semua.
"Masih bertahan? Keras kepala sekali dirimu? Kamu ingin mati, Shian Long?" tanya Liu Feng. Baru kali ini Samanera Senior ini menyebut namanya, biasanya dia sering disebut sampah atau gembel.
Shian Long hanya diam membisu menatap Liu Feng dengan penuh kebencian dan aura memmbunuh yang kuat.
"Baiklah! Kalau kamu memang ingin mati ... terimalah pukulanku!" kata Liu Feng sambil mengarahkan telapak tangannya yang penuh tenaga dalam ke arah kepala Shian Long.
"BERHENTI!!!"
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p