Meswara dan Jaka melayangkan tendangan kuat ke arah musuh. Wira yang belum sepenuhnya siap tak bisa menahan serangan dengan baik hingga menyebabkan tubuhnya terpelanting ke belakang dan menabrak dahan pohon.
Meswara dan Jaka kemudian mengambil tombak yang menancap di pohon, kemudian melemparkannya pada musuh. Wira berhasil menendang kedua tombak itu, memilih mundur, lalu turun dan bersembunyi di pekatnya pohon. Ia menghilangkan hawa keberadaan, mengawasi gerak-gerik dua teman lamanya melalui penglihatan kelelawar yang sudah dirinya sebar.
“Kami tahu kau masih berada tak jauh dari tempat ini,” ujar Meswara dengan pandangan mengitari sekeliling, “keluarlah dan katakan apa tujuanmu. Jika kau tidak keluar dan memilih melawan, kami akan menganggapmu sebagai musuh dan bertindak tegas padamu!”
Jaka mengamati beberapa kelelawar yang seolah terbang ke suatu arah. Ia kembali mengambil tombak yang berada tak jauh darinya, kemudian melemparkannya ke
Langit sore berubah gelap, pertanda malam yang panjang akan tiba. Terlihat titik kecil yang terhampar luas di atas, ditambah bulan yang nyaris sempurna. Angin berembus kencang, menggoyangkan daun ke kiri dan kanan. Beberapa buah berjatuhan dari tangkai, menjadi makan malam untuk beberapa hewan. Para murid mulai keluar dari gubuk masing-masing, berjalan menuju ruangan makan, bergerombol. Mereka saling berbincang dan tertawa.Lingga keluar dari gubuk, tersenyum saat angin berembus. โSemua persiapanku sudah selesai. Aku harus menikmati malam ini dengan baik karena malam besok adalah hari ujianku. Aku merasa sangat tegang sekarang.โPanji Laksana muncul dari pintu yang terbuka, menutup pintu. Ia melihat para murid yang berjalan beriringan menuju ruangan makan. โPemandangan ini sangat luar biasa untukku. Sejak dahulu, aku ingin merasakan menjadi murid padepokan.โLingga menoleh sesaat, menuruni tangga. โPadepokan ini adalah tempat yang menyenangkan. Selain belajar untuk menjadi seorang pe
Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. โSiapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.โ Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. โAku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,โ ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. โPemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,โ gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. โAku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.โ Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. โNamaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.โ Sekar
Lingga segera mendekati Tarusbawa. โGuru, apa kau baik-baik saja?โ Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. โGuru.โ Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. โCahaya merah apa itu?โ Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. โPrabu.โ Lingga segera memberikan salam penghormatan. โKau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,โ ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. โWaktu ujianku sudah dimulai?โ โAku ingin mengingatkanm
โBaik, Guru.โ Sekar Sari mengangguk.โIndra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,โ ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. โHanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.โSaraswati mengamati keadaan sekeliling. โPadepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.โSekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. โIni adalah gubuk tempat tinggalku. A
Panji Laksana mengangguk. โAki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.โโBangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,โ ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. โAki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.โTarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. โLingga sedang berlatih saat
Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.โAku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.โ Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.โKau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.โ Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.โTentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.โโSemua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.โโAk
Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. โJaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.โJaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. โAku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.โGanawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. โAku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?โSekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. โSepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?โSekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me
โKalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,โ ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. โKatakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!โโTunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,โ kata Panji Laksana. โKalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?โโAku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.โ โNusa Larang?โ Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. โPeriksa mereka sekarang juga!โSatu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan
Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b