“Kita sudah sampai Kanda..Kalau begitu aku pamit dahulu ya..Tugasku sudah selesai, jadi aku akan melapor dahulu sama kakek”, kata Jayanti setelah mereka sampai dalam sekejaban mata di depan Hutan Terlarang.“Tunggu Yanti...Aku sebenarnya ingin minta tolong sama kamu untuk membawaku ke Lembah Naga. Ada rahasia besar yang ingin aku tanyakan sama kakekmu sekaligus menjalankan pesan dari seseorang yang pernah kukenal. Tapi aku sudah berjanji sama Kumalasari untuk mengantarnya ke ibukota. Bagaimana ya..Kamu ada saran tidak?”, kata Candaka mencegah gadis ini pergi dengan cepat.“Kalau mau, kanda bisa bawa teman kanda ini ikut ke Lembah Naga sambil menuju ke Kota Naga Emas. Nanti dari Kota Naga saja kanda bergerak naik menuju ke lereng tebing Kota Naga Emas. Jadi kanda tidak menemui banyak rintangan sepanjang perjalanan”, kata Jayanti“Tapi Mala ini manusia biasa, mana bisa dia melewati dan hidup di Lembah Naga?”, tanya Candaka keheranan. Apa gadis ini pikir Mala ini Anak Naga juga.“Nanti a
Jayanti bergerak duluan memandu jalan menuju ke dalam Hutan Terlarang. Karena Kumalasari ikut dengan rombongan mereka dengan membawa perbekalan yang banyak membuat rombongan ini harus memasuki Lembah Naga melewati jalan biasa. Jayanti tidak bisa menjamin portal yang biasa digunakannya bisa membawa semua perbekalan ini dengan selamat sampai ke tujuan.“Hati-hati melangkah..Sekarang di hutan ini banyak tumbuh tanaman merambat yang akan membelit kaki kalian jika terinjak sedikit saja. Perhatikan..Tanaman ini mempunyai tanda dedaunannya bersinar di tengah kegelapan”, kata Jayanti mengingatkan“Aku pernah melewati hutan ini dalam kegelapan sebelumnya tapi tidak ada tanaman ini Yanti. Kenapa sekarang tumbuh tanaman berbahaya ini”, tanya Candaka“Itu karena pengaruh hawa iblis dari Naga Hitam yang tersebar ke seluruh Hutan Terlarang ini saat dia dibebaskan dari Kabut Hitam”, jawab JayantiBenar saja..Tampak di depan mereka jalanan yang sangat terang oleh kilauan cahaya dari tanaman merambat
“Kalau selama ini Naga Merah berada di Hutan Terlarang, kenapa beliau tidak mencegah kembalinya Iblis Naga Hitam ya”, pikir Candaka sambil membaringkan tubuhnya yang cukup lelah di lantai kamar.“Beruntung aku tidak bertemu makhluk Drauger itu saat mimpi mencari Kitab Naga. Mungkin juga saat itu ada Naga Merah jadi makhluk ini tidak berani muncul di hutan. Jangan-jangan makhluk ini juga sudah tidak ada dan masih terkubur dalam dunia mimpinya Naga Merah. Seandainya aku masih bisa bertemu nenek naga merah ini. Mungkin besok coba kucari gua yang ada di mimpiku, apakah gua ini ada di dunia nyata Hutan Terlarang?”, pikirnya lagi sebelum tertidur lelap.*****Setelah sarapan di penginapan, Candaka dan Kumalasari bergegas menuju ke depan Hutan Terlarang menemui Jayanti. Tampak gadis ini sudah menunggu mereka dengan muka cemberut,“Kenapa lama sekali baru sampai ke sini? Aku sudah menunggu lama dari tadi”, katanya dengan nada ketus“Maaf Putri Naga..Kita ini manusia harus isi perut dahulu seb
Setelah melewati belakang air terjun mini ini, tampak di depan Candaka sebuah pemandangan yang indah sekali. Hamparan pegunungan yang berwarna-warni disertai pepohonan yang juga berwarna-warni menghiasi pemandangan alam yang belum pernah dia jumpai. "Wow..Ini sama persis seperti pemandangan pegunungan dan hutan di Desa 9 Naga. Indah sekali dengan pepohonan warna-warninya . Kok bisa sama persis ya?", pikirnya keheranan Tapi ketenangan alam ini terusik oleh bunyi pertarungan yang di dengarnya yang berasal di rimbunnya hutan di bawah lereng tempatnya berpijak. Ternyata Candaka keluar ke sebuah lereng yang terjal. Hutan yang dilihatnya dari kejauhan terletak di bawah lereng tebing tempatnya berpijak. Hanya ada satu tempat berpijak di lereng terjal ini untuk turun ke arah hutan. Jika salah berpijak ajkan terjatuh terjun bebas ke jurang yang dalam di sisi kiri dan kanan lereng ini. Jalan yang dilalui untuk turun hanya berupa jalan sempit yang sulit untuk dilewati. Candaka berusaha menuru
Tanpa adanya rintangan lagi di dalam Hutan Terlarang, rombongan ini berhasil keluar menuju padang rumput yang luas. Pemandangan di sini juga tidak kalah indahnya. Gunung Tiga Jari yang menjulang tinggi tampak diselimuti kabut tebal di puncaknya, padahal hari masih siang saat mereka sampai di sini.Candaka terdiam menatap padang rumput yang sama persis dengan mimpinya. Saat Jayanti membawanya melihat keadaan Gayatri, mereka langsung menuju lereng dengan kemampuan teleportasi Jayanti yang luar biasa.“Bagaimana keadaan Gayatri ya sekarang? Andai aku boleh menemuinya, aku akan minta maaf padanya karena tidak berhasil membawa kakek Wicaksono pulang ke hadapannya”“Kanda..Kok melamun sih? Pasti lagi mikirin gadis bernama Gayatri itu ya..Kamu tidak boleh mengunjunginya ya, sudah dilarang sama kakek. Semua itu ada hukum sebab akibat jika kamu melanggarnya”, kata Jayanti yang menyadarkan lamunan Candaka“Ayo kita segera menuju tepian lereng di ujung padang rumput ini sebelum malam hari. Kita t
“Aku tidak percaya kalau kamu Pendekar Sakti. Tidak mungkin seorang pendekar sakti menyerang orang yang baru dilihatnya begitu saja tanpa bertanya lebih dahulu”, kata Candaka lagi. Pemuda ini sangat kesal dengan Jayanti yang begitu mengagumi kesaktian pendekar lemah gemulai ini, padahal hampir saja dia dibuat tidak berdaya oleh pendekar ini.“Maafkan aku Tuan...Aku memang bersalah telah menyerang Tuan tanpa bertanya lebih dahulu. Hal ini aku lakukan karena melihat penderitaan gadis yang sedang aku tolong ini. Aku menyangka kalau Tuan dan rombongan adalah orang suruhan Tuan Putri untuk menyakiti gadis ini. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan?”, kata Zhu Fei mulai bersikap sopan karena mengetahui kalau rombongan ini tidak bermaksud mencari Gayatri.“Aku Candaka..Lain kali jangan sembarangan menyerang orang Tuan Zhu Fei. Ada baiknya Tuan bertanya lebih dahulu sebelum menyerang dan melumpuhkannya. Seorang pendekar tidak akan melakukan hal yang hina tersebut”, Candaka masih saja kesal dengan
Sementara ketiga gadis cantik ini asyik mengobrol di pondokan. Candaka dan Zhu Fei pergi menjauh ke sebuah lahan kosong di dekat pondokan. Fei akan mengajarkan salah satu jurusnya kepada Candaka yang tadi digunakannya untuk melawan pemuda ini.“Master Fei..Terima Kasih sudah mau mengajarkan salah satu jurusmu kepadaku”, kata Candaka“Jangan panggil Master, cukup Fei saja. Atau kamu bisa panggil aku Sifu hehehe...Kalau di Arkandaria guru yang mengajarkan silat dipanggil Sifu atau artinya guru silat”, jawab Fei sambil tertawa“Kalau begitu aku panggil Sifu Fei saja ya..hahaha”, tawa CandakaKeduanya kemudian saling tertawa bagaikan sahabat lama, padahal mereka baru saja bertemu di tengah kesalahpahaman sebelumnya.“Kak Can..Perhatikan gerakanku”, kata Zhu Fei sambil memperlihatkan jurusnya. Ternyata yang disebut menghentikan waktu itu bukanlah jurus untuk menghentikan waktu tapi totokan jarak jauh yang dilakukan Zhu Fei menggunakan aliran chi yang keluar melalui jari tangannya.“Tarik n
Matahari baru tampak di ufuk timur dengann cahayanya yang membuat pagi sangat menyejukkan mata. Burung-burung di pegunungan berkicau dengan merdunya seakan menyambut pagi yang indah. Hawa sejuk pegunungan Tiga Jari ini membuat siapapun enggan untuk beranjak dari tempat tidur, ditambah kicauan burung membuat suasana sangat nyaman untuk kembali beristirahat.Tapi tidak demikian dengan situasi di pondokan besar di pegunungan ini. Tampak tiga orang sedang sibuk membereskan barang-barang mereka untuk meninggalkan keindahan panorama pegunungan yang bisa dinikmati dari pondokan yang asri ini.“Mala..Sudah kamu bawa semua perbekalan kita?”, kata Candaka memecah keheningan yang tadinya diisi suara kicauan burung“Sudah Kak..Malahan kita dibekali lagi masakan Kak Bai Ling yang dia tinggalkan untuk kita”, kata Kumalasari“Mereka sudah pergi pagi-pagi sekali saat kita masih tidur nyenyak dan mimpi indah”, tutur Jayanti“Semoga makhluk Lycan itu tidak keliaran di pagi hari..Bisa repot kita, apalagi