Share

Kemarahan pak Haryono

"Ayo duduk Satya!" Pak Haryono menyuruh Satya duduk di sebelah Galang.

Dilihatnya Galang duduk dengan menundukkan kepalanya.

"Tahukah kamu Satya! Kenapa bapak panggil?!" Tanya Pak Harsono ketika Satya sudah duduk di depannya, di sebelah Galang.

"Tidak tahu Pak!" Jawab Satya sambil menggelengkan kepalanya.

Kemudian Pak Haryono menyodorkan dua lembar kertas ulangan, satu lembar atas nama Galang dengan nilai 95 dan satu kertas ulangan dengan nilai 30 atas nama Satya Wiguna.

Terlihat sekali di nama yang tertera di kedua lembar kertas ulangan ini terdapat penebalan dan coretan yang menunjukkan bahwa bukan nama asli yang ada di lembar kertas jawaban ini.

"Kalian tahu ini hasil pekerjaan kalian, tapi yang menjadi pertanyaannya benarkah nama yang sama tertera di sini?" Tanya Pak Haryono.

"Aku sudah menjadi guru hampir dua puluh tahun! Aku tahu mana yang jujur dan mana yang tidak! " Kata pak Haryono tenang.

"Sekarang aku tanya padamu Galang! Benarkah ini hasil pekerjaanmu Galang?" Tanya pak Haryono penuh penekanan.

"Ini, ini, ini,!" Galang tampak panik dan gelagapan.

"I, iyaa, Pak, iya pak," jawab Galang makin ragu dan panik...

"Aku tanya sekali lagi Galang!" Seru Pak Harsono lagi.

"Apakah ini hasil pekerjaan muu!" Tanya pak Haryono penuh penekanan dan intimidasi.

"Iii, yaaa, eh bukan.... Bukan Pak! " Jawab Galang gagap.

"Lalu, ini pekerjaan siapa Galang!" Lanjut Pak Haryono..

"Itu,,ii,,, itu pekerjaan Satya pak!" Jawab Galang sambil melirik ke arah Satya Wiguna yang duduk disebelahnya juga dengan kepala menunduk.

"Benar kah demikian Satya" Tanya Pak Haryono yang kemudian mengarahkan pandangannya yang tajam pada Satya.

Satya yang tidak menyangka bahwa Galang akan mengakui terus terang akhirnya juga berkata jujur.

Sebenarnya jika saja Galang tetap saja mengakui bahwa itu pekerjaan nya, Satya pun akan ikut menutupinya walaupun dia merasa sebal juga dengan perilaku Galang .

"Be, benar Pak," jawab Satya Wiguna ragu.

"Hmm, ternyata kalian sudah bersekongkol ya ..!" Jawab pak Haryono.

"Atau kalian bukan bersekongkol! Tapi Galang yang memaksamu Satya!" Lanjut Pak Haryono.

Keduanya nampak diam dan membisu di bawah tatapan mata tajam Pak Haryono.

"Sampaikan kepada orang tua kalian! Bapak ingin bertemu dengan mereka!" Pungkas Pak Haryono.

Demikianlah akhirnya mereka berdua mendapat peringatan dari Pak Haryono dan diwajibkan orang tua mereka untuk menemui Pak Haryono.

Hari itu usai mata pelajaran terakhir Satya bergegas keluar dari kelas, ketika mendadak Galang bersama kawan-kawannya mengelilingi Satya.

"Ayo, ikut kami! " Seru salah seorang kawan Galang..

Satya di giring oleh mereka kearah samping sekolah dimana di sana ada tanah lapang dengan beberapa pohon munggur atau terkadang disebut juga sebagai pohon trembesi yang menaunginya.

Tempat itu lumayan sepi.

Setelah sampai di tempat itu, Galang segera memerintahkan kawan-kawannya untuk memegangi kedua tangan Satya.

"Kamu yang ngadu pada Pak Haryono ya Satya!" Seru Galang yang sudah sejak tadi menahan emosi.

"Tidak Galang!" Sanggah Satya.

"Hmm, gak usah nyangkal ya, dari mana Pak Haryono tau kalau ini semua aku yang ngelakuin hah!" Bentak Gilang seraya melayangkan sebuah tamparan pada Satya.

"Plak!".....

Tamparan keras mendarat di pipi Satya Wiguna, membuat pipi pemuda ini terasa panas dan pedih!

"Hmm, ternyata kamu lebih suka kuhajar daripada berkata jujur!" Seru Galang yang kali ini melayangkan sebuah tendangan lutut yang menghantam tepat di perut Satya.

"Dugh!"

"Augh!"

Lutut Galang menghantam dengan keras perut Satya Wiguna hingga pemuda miskin ini berseru kesakitan.

Serasa perutnya di aduk-aduk tak karuan, ingin muntah rasanya, tapi di tahannya.

Sebenarnyalah kekuatan fisik dari Satya Wiguna sangat kuat dan mampu menahan benturan lutut Galang. Akan tetapi memang Satya ingin menunjukkan kelemahannya di depan pemuda ini.

Dia tidak ingin menunjukkan kekuatannya. dia tidak ingin masalah ini berlanjut dan berlarut-larut.

Akan tetapi tendangan lutut yang tepat mengenai ulu hatinya benar-benar sangat menyakitkan ! Jika saja orang lain yang menerima tendangan ini pastinya sudah pingsan!

"Hmm, lumayan kuat juga kamu!" Kata Galang.

"Ayo, kalian semua kasih pelajaran pada pemuda miskin ini!" Seru Galang pada kawan-kawannya.

Sebenarnya Satya mampu menghadapi anak anak ini, akan tetapi Mbah Guno selalu mewanti wanti nya untuk selalu menyembunyikan kekuatannya kecuali dalam keadaan terpaksa sekali yang dapat membahayakan nyawanya .

Dengan kekuatan yang di miliki oleh Satya Wiguna saat ini, Mbah Guno selalu berpesan untuk selalu rendah hati, dan tidak bersikap Adigang, Adigung dan Adiguna! Tidak perlu pamer dan selalu berpijak pada kebenaran.

"Tirulah lah ilmu padi Tole, semakin berisi semakin menunduk, jangan seperti Tong Kosong Nyaring Bunyinya!" kata Mbah Guno.

Dalam hal ini, Satya masih merasa kalau dirinya masih mampu bertahan dari hajaran Galang dan kawan-kawannya.

Dan ketika anak-anak ini mulai memukul dan menendang , Satya berpura-pura kesakitan dan pingsan sehingga Galang dan Kawan-kawannya meninggalkan pemuda miskin ini yang meringkuk di rerumputan.

Hingga ketika Galang dan Kawan-kawannya sudah pergi semua, Satya Wiguna segera bangkit dan menepuk-nepuk beberapa bagian tubuhnya yang kotor oleh tanah dan rerumputan kering!

Ketika dia sedang membersihkan tubuhnya, tiba-tiba saja ada sebuah suara gadis yang memanggilnya ..

"Satya......!"

Alangkah terkejutnya Satya.

Tadinya dia mengira bahwa di tempat ini sudah tidak ada orang, tapi ternyata ada suara gadis yang membuatnya sangat kaget.

"Dinda! Dinda Kirana!?" Desis Satya kaget.

Ya, gadis ini adalah Dinda, adik sepupu kesayangan dari Galang!

Tadi dia curiga ketika Galang pergi bersama kawan-kawannya dengan membawa Satya, si pemuda desa yang miskin.

"Kamu tidak di apa apain sama kak Galang kan!?" Tanya Dinda yang tampak sangat berkhawatir.

"Ah,, tidak apa-apa kok,, hanya salah paham sedikit," jawab Satya lirih.

Setelah di lihatnya pemuda ini tidak mengalami cedera atau luka karena ulah kakak sepupunya Galang.

"Syukurlah kalau tidak terjadi apa-apa pada mu Satya," kata Dinda Kirana.

Dinda merasa sangat kagum pada pemuda tanggung ini, pemuda desa miskin yang ternyata tidak cengeng ini apalagi Satya Wiguna termasuk siswa berprestasi di sekolah ini.

Mereka kemudian berjalan beriringan meninggalkan tempat itu.

Sebelum mereka berpisah, Dinda Kirana sempat menyatakan keinginannya untuk mengunjungi rumah Satya.

Sebuah pernyataan yang sekilas selalu dan tidak dianggap terlalu penting dalam pikiran Satya Wiguna.

"Jangan Dinda, rumahku jelek dan kotor, nanti kami bisa kena penyakit kalo ke rumahku!" Tolak Satya dengan maksud menakut-nakuti Dinda!

"Eh,,, penyakit? Penyakit apaan yang di sebabkan rumah jelek dan kotor?!" Tanya Dinda penasaran.

"Penyakit Miskuiiiin!" Jawab Satya sekenanya.

Dinda tampak tersenyum mendengar jawaban konyol dari Satya Wiguna.

Ternyata pemuda ini bisa bercanda juga.

***

Sore itu Satya tidak ada pekerjaan, dia segera mengajak Bambang dan juga Tono untuk memancing di sungai!

Bertiga mereka menyusuri rel kereta api menuju ke arah Kelamping!

Sesampai di sana mereka segera mencari tempat yang teduh, di bawah sebuah pohon kelampis dan segera melempar joran ketengah sungai!

Tempat mereka memancing ini berseberangan dengan lembah dimana Satya bersama Mbah Guno sering keluar masuk goa yang ada di tempat ini.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nastiti
haduh.. seru serunya ada kunci
goodnovel comment avatar
Brmgun Drrrk
kecurangan pasti akan dibalas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status