Share

09. Menjadi akrab

Melihat Zero yang akan kembali menyerang Vivi, akhirnya Kioda maju dan menahan Zero.

"Zero, sudahlah. Aku rasa kau sudah berlebihan untuk yang kali ini." Kioda meraih pedang kayu milik Zero dan mengambilnya untuk disimpan.

"Tapi Guru...," Zero ingin membantah tapi ia takut dengan Kioda lalu ia pun mengurungkannya.

Lalu, malam ini Zero terpaksa harus tidur satu tenda bersama gurunya karena ada Vivi yang dipersilahkan untuk ikut beristirahat oleh Kioda bersama mereka malam ini. Hal ini membuat Zero semakin kesal dan timbul rasa sedikit tidak suka dengan kehadiran Vivi. Tapi Zero hanya bisa memendamnya saja dalam hati. Ia benar-benar tidak berani untuk melawan perintah gurunya. Begitu patuhnya Zero atas semua perintah gurunya.

***

Pagi harinya, mereka bertiga kembali berkemas dan Kioda juga mengatakan kepada Vivi kalau memang ia ingin mengambil beberapa harta milik para bandit semalam, Kioda tidak akan melarangnya. Sebab Vivi sudah berjuang sangat keras tadi malam.

"Tidak perlu, Master. Aku tidak mau membagi harta ini. Yang aku inginkan hanyalah satu. Aku ingin menjadi muridmu." Yang tak disangka oleh Kioda dan Zero adalah melihat Vivi yang tiba-tiba berlutut di hadapan Kioda untuk memintanya menerima sebagai muridnya.

"Guru...," ujar Zero.

"Hem..., tenanglah Zero. Aku tahu kalau dia adalah orang baik. Aku tidak keberatan menerimanya sebagai murid keduaku. Tapi, Apakah kau ingat ucapan Zero semalam? Alangkah baiknya kalau kau memberi tahu siapa namamu terlebih dahulu jika benar-benar ingin menjadi muridku. Kalau kau tidak mau memercayakan kami untuk mengetahui identitasmu, rasanya kau tidak bisa aku terima sebagai muridku," ujar Kioda.

"Vivi..., namaku adalah Vivi." Akhirnya tanpa ragu Vivi mengucapkan namanya.

"Vivi...? Eh? Vivi ya?" Zero kembali mengingat nama itu. Sepertinya ia ingat dengan seseorang.

"Benar, Zero. Apakah kau ingat kalau kala itu aku pernah menolongmu?" tanya Vivi yang masih dalam posisi bersujud di hadapan Kioda.

"Hah?! Iya, aku ingat sekarang. Vivi..., to-tolong ma-maafkan sikapku yang tadi malam ya?" Ketika ingat, Zero benar-benar merasa bersalah dengan Vivi.

"Sudahlah, aku bukan type orang pendendam. Salahku juga semalam sangat keras kepala. Aku hanya sedang menimbang apakah kalian mau menjaga identitasku. Ternyata aku memang harus percaya kepada kalian. Jadi Master, bolehkah aku menjadi muridmu?" Dari gelagatnya, Vivi memang sangat tulus dan benar-benar serius ingin menjadi murid Kioda.

"Bangunlah, aku menerimamu menjadi muridku yang kedua. Untuk ke depannya, jika kau ingin ikut dengan kami, aku tidak keberatan," ujar Kioda seraya tersenyum.

"Iya benar, Vivi. Aku juga tidak keberatan kok. Aku katakan sekali lagi, aku sangat minta maaf padamu atas kelakuanku semalam, ya?" Sikap Zero langsung berubah setelah ia tahu kalau ternyata Vivi adalah orang yang pernah menolongnya. Zero adalah type orang yang tahu akan balas budi.

"Terima kasih, Guru. Aku mohon Guru mau membimbingku juga. Aku akan ikut dengan kalian ke manapun kalian pergi. Aku bersumpah, aku akan merelakan nyawaku untuk kita bertiga." Vivi akhirnya senang karena ini juga tandanya ia memiliki guru dan teman baru.

Setelah selesai berkemas, Kioda memberitahu kepada Vivi ke mana mereka akan pergi. Betapa terkejutnya Vivi saat mengetahui kalau Zero dan gurunya ternyata berniat untuk pergi dan bahkan akan tinggal di dalam hutan bagian dalam.

Bukan hanya Vivi, ternyata Zero juga sempat terkejut. Sebab hutan bagian dalam adalah tempatnya mara bahaya berkumpul. Banyak sekali rumor yang tersebar akan kengerian hutan bagian dalam.

Sambil melanjutkan perjalanan, Vivi yang penasaran akhirnya bertanya kepada Zero kenapa mereka tidak tinggal di Perguruan Aslah. Dan saat mengetahui cerita dari Zero, Vivi pun merasa kasihan.

Mereka akhirnya saling terbuka dan bercerita tentang satu sama lain. Inilah yang membuat hati Kioda sangat senang. Ia sudah menduga kalau mereka berdua akan sangat cocok, dan ternyata dugaannya tidak meleset.

Dan pada siang harinya, mereka tiba di perbatasan antara hutan bagian luar dan hutan bagian dalam. Dan lagi-lagi, mereka menemukan hal yang membuat mereka marah.

Ternyata, ada lagi sekumpulan bandit yang sedang mempermainkan seorang gadis cantik. Tapi kali ini, sepertinya mereka bukanlah para bandit biasa. Jumlah mereka juga ada dua puluhan orang lebih. Ditambah lagi, mereka masing-masing memiliki kemampuan yang cukup hebat.

"Guru, ayo kita tolong Kakak itu," ujar Zero.

"Iya, Guru. Aku tidak tahan melihatnya." Vivi juga setuju dengan Zero.

Untungnya kedatangan mereka sangat tepat. Wanita itu belum sempat diperkosa. Wanita itu masih di ikat di sebatang pohon dengan kondisi mengenaskan tanpa sehelai pakaian pun.

"Aku tidak tahan, Guru! Aku akan maju sekarang...!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status