Vivi merasa sangat asing dengan tempat di mana ia berada saat ini.Sedangkan Zero, ia terlihat sangat khawatir dengan Vivi."Guru, apakah benar Vivi baik-baik saja?" tanya Zero."Tenanglah. Aku berani bertaruh apapun, Vivi memang baik-baik saja. Nanti ketika ia sadar kita dengarkan saja cerita pengalamannya ke dimensi lain," jawab Kioda."Baiklah, aku percaya dengan Guru. Tapi Guru, bisakah aku juga pergi ke dimensi lain seperti yang Guru katakan tadi?" Ternyata Zero merasa sedikit iri dengan Vivi.Zero iri tetapi tidak dengki. Ia merasa iri karena ada rasa penasaran juga dengan ucapan gurunya tentang dimensi lain."Suatu saat aku yakin kau pasti bisa pergi ke sana. Oleh sebab itu, kau harus lebih giat lagi berlatih sesuai apa yang ada pada Kitab Legendarismu itu. Dan sekali lagi aku mengingatkanmu, jangan pernah memberitahu siapapun tentang kitab dan juga pedangmu," ujar Kioda."Baik, Guru. Tenang saja, aku tidak akan memberitahukan pada siapapun tentang hal ini kecuali kita bertiga,
Ketika mendengarkan kisah tentang Master Pedang, semangat Zero langsung membara. Sebab, Zero sering kali berangan-angan kalau dirinya menjadi Master Pedang. Dan kebetulan, Master Pedang yang ada dalam cerita gurunya itu adalah ayahnya sendiri."Guru, apakah aku benar-benar bisa menjadi pendekar yang hebat seperti Ayahku?" tanya Zero."Zero, aku sangat yakin kalau nanti kau bukan hanya bisa hebat seperti Ayahmu saja. Tapi kau akan jauh lebih hebat dan melampaui Ayahmu. Aku sangat yakin akan hal itu, Zero." Kioda menjawab sambil mengendalikan kereta kuda yang mereka kendarai.Dan tak terasa, akhirnya langit pun hampir terlihat gelap. Mumpung masih sore hari, Kioda akhirnya memutuskan untuk mencari tempat beristirahat mereka bertiga nanti malam. Nampaknya perjalanan mereka sudah separuh perjalanan.Lalu Zero dan Kioda kembali membenahi barang-barang yang mereka butuhkan. Dan setelah semuanya selesai, Zero masih merasa khawatir dengan keadaan Vivi karena saat ia melihat kondisinya ternyat
Ketika Kioda bertanya ke arah seseorang yang melemparkan pisau kecil tadi, pertanyannya Kioda itu, justru hanya dijawab dengan beberapa pisau kecil yang kembali melesat ke arahnya. Sepertinya pisau kecil itu juga memiliki racun pada bagian ujungnya. Kioda dapat merasakan adanya racun pada pisau kecil itu menggunakan indera penciumannya yang sudah berada di level tertinggi."Kalian asal menyerang saja! Tidakkah kalian bertanya terlebih dahulu kepada kami?! Apa kami pernah mengganggu atau berbuat kesalahan terhadap kalian?!" Kioda masih menahan kekuatannya karena ia juga merasakan orang-orang ini tidaklah memiliki aura kegelapan. Biasanya, jika orang-orang ini pembunuh maka aura kegelapan yang mereka miliki akan terasa dengan jelas. Itulah sebab Kioda mencoba untuk mengajak mereka berbicara terlebih dahulu.Akan tetapi, mereka tidak mau menjawab. Kioda akhirnya mengambil kuda-kuda untuk bertarung, begitu pula dengan Zero."Guru, kalau mereka ingin bertarung, biar aku saja yang meladeni
Hampir saja Kioda menabrak orang yang tiba-tiba berada di hadapannya ini."Ketua!" Dan dengan serentak orang-orang yang berpakaian serba hitam dan bertopeng itu langsung berhenti lalu menundukkan tubuh mereka tanda memberi hormat kepada orang yang mereka sebut Ketua itu."Maafkan kelancangan kami, Master Kioda!" Dan ternyata, pria tersebut langsung berlutut kepada Kioda. Ia juga tahu dengan nama Kioda."Kalian semua dihukum!" Teriak Vivi.Zero dan Kioda langsung mengalihkan pandangannya ke arah suara orang yang mereka kenali, Vivi. Tentu saja mereka berdua terlihat bingung dengan situasi yang saat ini mereka alami."Vi-vivi...?" Tapi Zero langsung berlari mendekati Vivi dan tidak perduli dengan apapun yang tengah terjadi saat ini."Tenanglah, Zero." Vivi merasa sangat senang dan tersenyum manis."Apakah kau baik-baik saja? Kapan kau terbangun? Apakah kau merasa lapar? Oh iya, tunggu! Aku dan Guru sudah menyiapkan makanan untukmu." Nampaknya Zero terlihat sangat senang juga melihat Vivi
Ternyata ada satu penyusup yang menyamar menjadi pengawal kepercayaan Raja. Dan kali ini, penyusup itu nampaknya akan menyelesaikan misi yang ia dapatkan. Misi itu adalah misi yang mengatakan untuk membunuh Putri Vivi.Penyusup itu melompat ke sana kemari dari atas pepohonan mengikuti kereta kuda yang dikendarai oleh Kioda bersama dua muridnya. Kioda sebenarnya merasakan adanya seseorang yang mengintai mereka. Tapi ia sengaja tidak memberitahu Zero dan Vivi..Kioda memiliki strategi sendiri untuk menjebak pengintai itu.'Sebenarnya apa yang diinginkan oleh orang itu? Kenapa ia terus mengikuti kami? Kalau aku lihat dari auranya, orang ini memiliki aura kegelapan yang cukup kental. Itu tandanya ia sering melakukan pembunuhan. Atau bisa jadi orang ini adalah pembunuh bayaran,' gumam Kioda dalam hati.Sepertinya Kioda akan membutuhkan bantuan Zero kali ini."Zero, kita sedang diikuti oleh satu orang. Kau bersiaplah untuk melindungi Vivi. Sepertinya yang diincar memang Vivi." Kioda memberi t
Ternyata Zero mencoba untuk melakukan gerakan jurus ketiga yang ada di kitabnya. Zero memang sudah pernah melihatnya namun belum bisa mengingatnya dengan fasih. Tapi karena rasa percaya diri Zero yang tinggi, ia akhirnya mencoba jurus itu semampunya.'Jurus Ketiga!' gumam Zero.Dan ternyata, kali ini tebasan pedang Zero terlihat sangat menakjubkan. Bagaimana tidak? Hasil dari tebasan itu membentuk seekor naga yang meliuk-liuk di udara. Dan melihat dari aura kekuatan yang terpancar, kekuatan tebasan pedang Zero ini sudah berada di level tingkat atas.Satu tebasan pedang yang Zero lakukan ternyata mampu membuat lima orang terluka sekaligus. Kelima orang itu awalnya menganggap remeh seorang Zero yang memang masih berusia sepuluh tahun. Tapi ternyata, akibat mereka yang terlalu meremehkan Zero, kini merekalah yang menanggung akibatnya. Satu tebasan itu benar-benar mengoyak pertahanan kelima orang bertopeng itu. Baju yang mereka kenakan langsung sobek dan dibanjiri oleh darah segar yang me
Vivi menjelaskan tentang kawanan itu kepada Zero. Ternyata mereka adalah Serikat Pembunuh. Serikat Pembunuh terkenal akan kekejamannya. Jelas saja, dari nama organisasinya saja, sudah bisa kita tebak pekerjaan apa yang mereka lakukan."Apakah Serikat Pembunuh ini ada kaitannya dengan Ayahku, Guru?" celetuk Zero."Entahlah, Zero. Aku tidak tahu tentang keadaan dan kondisi pada kala itu. Dan jujur saja, sampai saat ini aku masih menunggu kembalinya Ayahmu. Aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi kala itu, Zero. Sebab itulah aku merasa sangat kebetulan bisa berada di dunia luar Perguruan Aslah sehingga kita bisa bersama-sama mencari keberadaan Ayahmu," ujar Kioda."Baik, Guru! Kalau begitu aku sudah memutuskan bahwa perjalanan kita ini bertujuan untuk mencari tahu tentang Ayahku! Apakah Guru dan Vivi Setuju?" Zero mencoba mencari jawaban dengan cara menatap wajah Vivi dan Kioda."Terserah apa katamu saja, Zero. Aku rasa Guru pun akan memiliki pendapat yang sama denganku," ujar Vivi.Akhi
Singkat cerita, Dua puluh tahun kemudian Zero dan Vivi benar-benar berkembang dengan pesat . Ternyata gaya berpedang yang mereka miliki sangatlah serasi. Dan hari ini, kebetulan tepat di mana Zero menginjak usia dua puluh satu tahun."Selamat ulang tahun, Sayang." Pagi hari ini, Zero mendapat satu ciuman manis dari Sang Istri untuk menyambut sejuknya pagi ini."Eh? Aku ulang tahun? Bahkan aku sendiri saja lupa, terima kasih ya, Sayang. Kau memang yang terbaik!" Tentu saja Zero akan membalas ciuman hangat itu dengan ciuman pula.Hubungan mereka terasa sangat harmonis. Namun, nampaknya keharmonisan itu tidak akan bertahan lama. Brak!Tiba-tiba terdengarlah suara pintu yang terbuka secara paksa."Mau apa lagi kalian ini?!" Vivi langsung mencabut pedang dari sarungnya."Sebaiknya kita berhati-hati." Begitu pula dengan Zero, ia langsung meraih dua pedang miliknya lalu memasang kuda-kuda pertahanan."Kau, Rakyat Jelata! Jangan ikut campur! Ini adalah urusan kami! Kami adalah utusan Raja.