Share

Serangan Kombinasi Api & Es

Para pasukan mayat hidup mengitari area hutan yang masih lembab akibat hujan tadi. Mulai dari semak-semak, pepohonan dan area air terjun semua ditelusuri oleh mereka. Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Mereka memilih untuk diam ditempat dahulu sampai mereka pergi dari sekitar mereka berdua. Namun, jenderal pemimpin para mayat hidup itu merasakan keberadaan hawa para manusia yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Semuanya! Ikuti aku! Kita menuju ke desa diujung hutan!" Jenderal para mayat hidup berteriak lantang.

Deru suara dari dua ribu tapak kuda bergerak membuat permukaan tanah bergetar. Mereka meninggalkan tempat persembunyian Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tanpa tahu keduanya sedang berada di sana.

"Mereka pergi? Tapi mau ke mana?" Dewi Sari Kencana merasa penasaran.

"Mereka pasti mengincar desa di ujung hutan. Warga desa itu tidak memiliki salah apa pun. Bila kita biarkan, mereka semua akan dibantai oleh para mayat hidup." Arya Santanu merasa khawatir.

"Kalau begitu kita harus selamatkan mereka. Arya Santanu, kita harus bergegas!" Dewi Sari Kencana menatap pria muda itu.

Arya Santanu segera bangkit berdiri. Ia meminta bantuan dari Asura untuk menggunakan kekuatannya. Aliran energi api menyelubungi tubuh Arya Santanu. Pakaiannya yang basah karena hujan perlahan kering kembali setelah terkena energi api.

"Cepat, aku akan menggendongmu." Arya Santanu mengarahkan kedua tangannya. Ia bersiap menggendong sang Dewi Sari Kencana.

"Tu-tunggu dahulu?! Kenapa kau harus menggendongku? Biar lebih cepat? Maaf, tapi aku juga bisa bergerak sangat cepat." Dewi Sari Kencana malah justru meninggalkan Arya Santanu di tempatnya. Ia melesak cepat dengan bergerak secepat udara dingin berembus.

Dewi Sari Kencana adalah pengguna elemen es dan air. Kekuatannya juga bisa menyembuhkan dan merupakan ahli dari tanaman obat.

"Oh, begitu. Aku terkejut, sungguh." Wajah datar Arya Santanu merasakan bila dirinya baru saja ditolak mentah-mentah.

Ia segera melesak menggunakan gerak kilat yang mengubah energi api miliknya menjadi pendorong untuk tubuhnya bergerak lebih lincah dan cepat bagaikan kilat.

Dua ribu pasukan berkuda membabat hutan dengan langkah kaki mereka. Getaran tapak kaki yang terus bergerak mulai dirasakan oleh warga desa Ratubumi. Pandangan mereka semua yang sedang bekerja, berdagang dan lalu-lalang di sekitar desa beralih ke arah hutan yang berada tidak jauh di depan gerbang masuk desa. Seluruh mata warga desa Ratubumi terbelalak saat jenderal para mayat hidup tiba dan mulai berhenti tepat di hadapan mereka semua. Dua ribu pasukan berkuda yang berada di belakang jenderal tersebut langsung menghunuskan tombak panjang ke arah warga desa yang terlihat menganga melihat pasukan mayat hidup.

Wajah dari sang jenderal yang mengalami luka bakar dan begitu banyak belatung yang keluar dari lubang lukanya menjadi pusat perhatian para warga desa. Bau amis dan gosong dari aroma tubuh para mayat hidup langsung menyeruak dan menyebar ke seluruh penjuru desa Ratubumi. Beberapa anak kecil bahkan sampai bersembunyi di belakang para orang tua mereka sambil menutup hidungnya.

"Siapa diantara kalian yang melihat seorang pemuda yang memiliki tangan seperti iblis? Katakan!" Jenderal para mayat hidup itu berteriak lantang.

Para warga desa saling menoleh. Mereka tidak mengerti dengan maksud dari perkataan mayat hidup itu. Kepala desa Ratubumi pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia ingin mengucapkan beberapa kalimat, namun dirinya begitu takut bila salah berkata-kata.

"Tidak ada?! Benarkah! Apa kalian tidak ada yang bisa bicara, hah?! Atau perlu aku tarik lidah kalian dan aku makan otak kalian?" Jenderal mayat hidup itu turun dari kuda dan menghampiri kepala desa yang berdiri tidak jauh dari kudanya.

"A-ampun … maafkan saya …." Kepala desa sampai bertekuk lutut menyembah sang jenderal.

Pedang besar berkarat milik jenderal mayat hidup langsung melesak ke leher sang kepala desa. Namun, beberapa detik sebelum pedang tersebut bersarang di leher kepala desa, Dewi Sari Kencana langsung menangkis serangan pedang sang jenderal dan menarik tubuh kepala desa, lalu melemparkannya ke belakang untuk menyelamatkan kepala desa itu.

"Apa?!"

Jenderal para mayat hidup tersentak. Ia mundur perlahan. Mata pedangnya terlihat membeku.

"Siapa kau?" Jenderal para mayat hidup bertanya.

"Aku adalah Dewi Sari Kencana. Musuh dari raja Kala Karna! Dan teman dari Arya Santanu!" Dewi Sari Kencana tersenyum.

Tiba-tiba dari arah belakang para pasukan mayat hidup, satu per mereka hancur menjadi abu, bersamaan dengan kuda mereka yang telah menjadi mayat hidup juga. Beberapa prajurit mayat hidup sampai merasa bingung dengan serangan dadakan itu.

"Ajian semburan api merah!"

BRUUUAR!!!

Api merah menyembur keluar dari mulut Arya Santanu. Semburannya berkobar begitu besar hingga membakar sebagian pasukan mayat hidup yang ada.

"Apa?! Kurang ajar!" Jenderal para mayat hidup terbelalak.

Beberapa pasukan langsung menyebar dan menghindari semburan api merah tersebut. Tidak lama berselang, Arya Santanu menghentikan semburan api miliknya. Tangan kanannya telah berubah menjadi tangan iblis Asura. Hawa panas berupa asap putih tipis mengepul dari tangan iblisnya. Sang jenderal para mayat hidup mengenali energi dari iblis yang terpancar dari tangan milik Arya Santanu itu. Ia menghampiri Arya Santanu dan meninggalkan Dewi Sari Kencana yang tadi menangkis serangannya.

"Tuan Asura … apa itu kau?" Jenderal mayat hidup bertanya.

Dengan sekejap, kesadaran dari Arya Santanu berganti. Asura mengendalikan sepenuhnya tubuh milik Arya Santanu.

"Para mayat hidup. Oh, aku ingat dengan iblis yang menggunakan kalian untuk berperang di masa lalu. Rahu dan Ketu, bukan? Dua saudara bungsu yang merupakan pecundang dari tiga belas saudaraku. Hahahaha!!! Menyedihkan! Apa ia ingin membunuhku? Atau membunuh pemuda ini?" Asura tersenyum. Sindirannya membuat jenderal mayat hidup itu kesal.

"Jaga bicaramu, tuan Asura! Tuan Rahu dan tuan Ketu sangatlah kuat. Bila mereka berdua sampai datang ke sini, maka kau akan mati." Ancaman telah diberikan. Jenderal mayat hidup sangat percaya diri sekali dengan kekuatan tuannya.

Asura merasa tersinggung. Ucapan si mayat hidup itu beranggapan bila dirinya begitu lemah. Ia tidak segan langsung melesak bergerak sangat cepat dan mencekik jenderal mayat hidup.

"Hei, bodoh! Kau berpikir aku begitu mudah untuk mati? Kau pikir dua tuan bodohmu itu bisa menebas leherku atau leher pemuda ini? Sombong sekali kau." Asura berbisik di telinga sang jenderal yang begitu berbau amis dan busuk.

Jenderal mayat hidup langsung mengayunkan pedangnya dan menusuk perut dari Arya Santanu. Namun, Arya Santanu yang ia tusuk di depannya adalah bayangan atau duplikat diri yang terbuat dari api merah. Perlahan-lahan bayangan diri tersebut terbakar dan sepenuhnya terbang menjadi abu.

"Sudah selesai acara temu kangennya?" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah Arya Santanu yang baru saja muncul di sampingnya.

"Tentu saja. Asura pun juga sudah siap untuk membakar mereka semua." Tangan kanan iblis dari Arya Santanu berkobar begitu hebat. Pancaran api merah menyelimuti tangan itu.

Kesadaran milik Arya Santanu sepenuhnya kembali ke dirinya sendiri, namun tubuhnya saat bergerak akan dituntun oleh Asura itu sendiri. Jadi, mereka berdua seperti membagi tugas satu sama lain untuk bertarung melawan para mayat hidup itu. Dewi Sari Kencana pun segera mengeluarkan pedang teratai es miliknya. Bentuk pedangnya seperti pedang rapier dengan hiasan ukiran bunga teratai berwarna biru muda di ujung gagangnya.

"Kurang ajar! Bunuh mereka berdua!" Jenderal mayat hidup telah memberi perintahnya.

Dengan cepat para pasukan mayat hidup langsung menerjang mereka berdua. Puluhan tombak dan pedang terhunus ke Dewi Sari Kencana. Ia menghindari semua serangan itu dan mengayunkan pedang teratai es miliknya. Setiap tebasan pedang yang mengenai tubuh para mayat hidup itu, mereka semua langsung membeku menjadi batu es dan perlahan pecah runtuh ke permukaan tanah.

Arya Santanu pun tidak mau kalah. Kelihaian dirinya menghindari serangan para mayat hidup itu membuatnya mampu membakar puluhan mayat hidup yang mendekati dirinya. Ia menusuk, mencengkeram dan mengayunkan tangan kanannya ke arah tubuh para mayat hidup. Seketika para mayat hidup itu terbakar oleh api merah dan segera berubah menjadi abu hitam.

Keduanya saling bekerja sama untuk menghabisi dua ribu pasukan mayat hidup dengan serangan kombinasi antara elemen api dan es.

"Dua per tiga pasukanmu telah binasa. Sebentar lagi adalah giliranmu, jenderal." Arya Santanu mengancamnya.

"Tidak akan aku biarkan itu terjadi, Kakak Asura." Tiba-tiba dari rimbunnya pepohonan di belakang jenderal mayat hidup, muncul satu makhluk yang berjalan menghampiri sang jenderal.

"Kau?!" Arya Santanu terkejut. Aura energi yang tidak biasa terpancar dari makhluk itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status