Share

Serangan Iblis Ketu

"Tuan Ketu, salam." Sang jenderal dan semua pasukannya menundukkan kepalanya. Ia terkejut saat iblis Ketu mendatangi dirinya.

"Jenderal, tarik pasukanmu mundur. Berikan kami tempat luang untuk bisa mengobrol sebentar." Iblis Ketu berdiri di hadapan Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.

Wujudnya masih menjadi manusia. Namun di dahi kanan hingga ke wajah bagian kanan adalah muka asli dari iblis tersebut. Ada tanduk menjulang begitu lancip di dahi sebelah kanan. Mata sebelah kanannya pun hanya terlihat berwarna merah tua saja.

"Lama tidak berjumpa, Ketu, sang pengendali mayat hidup." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu. Ia menyapa saudara paling bungsu.

"Kak Asura, kau terlihat sehat. Apa pemuda itu adalah salah satu mangsamu?" Iblis Ketu menyindir.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa pemuda yang sedang kau gunakan jasadnya itu masih layak pakai? Wajahmu terlihat jelek sekali." Asura tersenyum mengejek saudaranya.

Iblis Ketu begitu gusar. Ingin sekali rasanya ia meremukkan tubuh kakaknya. Sambil menarik napas panjang, ia menyemburkan sebuah darah yang sangat banyak ke arah depan. Semburan tersebut terus mengalir, darah berwarna merah tua tersebut menggenang di atas permukaan tanah.

"Teknik pemanggil, bangkitlah Yaksa! Daksa!"

Iblis Ketu memanggil dua makhluk yang terlahir dari darah yang ia muntahkan. Perlahan darah itu berkumpul dan membentuk gumpalan besar. Dari gumpalan tersebut terbentuk dua tubuh besar kekar setinggi hampir tiga meter.

"Sambutlah … dua pengawal pribadiku. Kau tidak menyapa mereka berdua, kakak?" Iblis Ketu meringis.

"Yaksa dan Daksa. Dua iblis idiot yang tidak memiliki otak!" Asura mulai waspada.

"Mereka lebih terlihat seperti Buto dari pada iblis." Dewi Sari Kencana bersiap dengan pedangnya.

Yaksa memiliki dua tanduk di kepalanya. Seluruh tubuhnya berwarna hijau muda keputihan dengan rambut gondrong lebat. Kedua matanya ditutup oleh sebuah cadar kain berwarna hitam.

Sedangkan Daksa hanya memiliki satu buah tanduk di atas dahinya. Ia botak, hanya memiliki satu mata dan berwarna biru tua. Kedua tubuh iblis itu sangatlah kekar. Masing-masing dari mereka membawa senjata.

"Gada dan kapak, sangat primitif sekali. Namun kita harus berhati-hati. Mereka berdua dikendalikan penuh oleh iblis Ketu." Asura mulai mengubah tangan kanan Arya Santanu menjadi tangan iblis.

"Aku lawan yang botak, kau … lawan si gondrong." Dewi Sari Kencana menghela napas yang berubah menjadi uap es.

"Cih, jangan seenaknya memilih! Tapi-,"

Tiba-tiba iblis gondrong menyerang dan mengayunkan kapak miliknya. Ia menyerang Asura yang mendiami tubuh Arya Santanu.

BUUUAK!!

Kapak besi besar menghantam permukaan tanah. Untungnya Asura bisa menghindari serangan kapak tersebut. Ia melompat menjauh dari sang iblis.

"Hei, bodoh! Itu berbahaya!" Asura begitu kesal saat melihat iblis Ketu tertawa di belakang kedua iblis boneka yang ia panggil.

Iblis berkepala botak langsung mengejar Dewi Sari Kencana. Ia mengayunkan gada besar berduri ke arah pendekar wanita tersebut. Berkali-kali ia ayunkan, namun Dewi Sari Kencana bisa menghindari serangan itu dengan mudah. Tanpa basa-basi, Dewi Sari Kencana langsung menggunakan pedang teratai es miliknya.

"Teknik es, tarian pedang es!"

Dewi Sari Kencana menggerakkan tubuhnya layaknya seorang penari. Ia menghindari serangan iblis botak dan sekaligus menyerangnya dengan menebas berkali-kali tubuh si iblis botak tersebut. Setiap tebasan pedang teratai es yang mengenai tubuh si iblis, bagian tubuh tersebut membeku hingga menjalar ke bagian organ dalam.

AAAAAARRRHHHH!!!

Iblis botak berteriak keras. Ia tidak bisa menahan tubuhnya untuk berdiri lagi. Bagian tubuh ke bawah telah membeku sepenuhnya. Akhirnya iblis botak pun jatuh tersungkur ke tanah.

SLAAASH!!!

Dewi Sari Kencana langsung mengayunkan pedang teratai es miliknya. Ia menebas leher dari iblis botak. Teknik pembeku dari pedang teratai es telah membekukan tubuh iblis botak dan membuatnya pecah berkeping-keping menjadi bongkahan es kecil.

"Hei, Asura! Cepat selesaikan pekerjaanmu!" Dewi Sari Kencana berteriak ke arah Arya Santanu.

"Diam kau! Aku sedang kesulitan di sini! Jangkauan kapaknya begitu luas! Aku harus bergerak lebih cepat lagi!" Asura langsung mengubah kedua kaki Arya Santanu menjadi kaki iblis yang memancarkan api merah.

Ia bergerak cepat dengan menendang udara dan menghindari serangan dari kapak iblis gondrong. Asura langsung berada di belakang iblis gondrong. Ia segera mengayunkan tinju tangan iblis miliknya.

BUUUAK!!

Tinju tersebut melesak masuk dan menembus punggung dari iblis gondrong tersebut.

"Teknik api merah. Bakarlah!"

Api merah berkobar dengan besarnya. Tubuh dari iblis gondrong terbakar secara menyeluruh.

AAAAAARRRHHHH!!!

Teriakannya menggema ke seluruh penjuru hutan.

Asura langsung menarik kembali tangannya dan mundur menjauh. Sang iblis gondrong ternyata meronta kesakitan. Tubuhnya perlahan hancur menjadi abu dan tersungkur ke permukaan tanah. Dalam hitungan sepersekian detik, iblis tersebut telah menjadi kumpulan abu hitam.

"Menarik sekali. Satu iblis dan satu pengkhianat kerajaan. Kalian berdua adalah pasangan yang serasi. Namun, aku baru saja ingin memulainya!" Iblis Ketu bergerak cepat.

Ia menyerang Dewi Sari Kencana dengan menghunuskan pedang yang terbuat dari darah. Iblis Ketu menggunakan darah miliknya untuk membuat tentakel berjumlah empat di belakang punggungnya. Ia menyerang sang wanita itu dengan tentakel tersebut.

Namun, Dewi Sari Kencana bisa menghadang serangan itu dengan membuat perisai kristal es yang mengitari tubuhnya. Dewi Sari Kencana langsung menusukkan pedangnya ke dalam tanah. Dengan kekuatan pedangnya, badai es berputar di sekitar dirinya. Iblis Ketu yang telah terpaksa menyerang dan tidak bisa pergi dari cengkeraman kristal es milik Dewi Sari Kencana hanya bisa berpasrah diri.

"Teknik badai es, pembeku jiwa!"

Dewi Sari Kencana membekukan sepenuhnya tubuh dari iblis Ketu hingga membekukan jiwanya. Dengan begini, nyawa dari iblis Ketu sudah dipastikan tewas.

"Apa ia sudah mati?" Asura mendekat dan mengetuk wajah iblis Ketu yang telah menjadi es batu.

Dewi Sari Kencana langsung memecahkan perisai kristal es dan kuat dari sana. Ia malah menjitak kepala Asura yang mempermainkan musuh yang telah tidak berdaya.

"Tuan Ketu!" Sang jenderal mayat hidup terkejut. Ia tidak mengira bila majikannya bisa dengan mudah dikalahkan.

"Iblis Ketu hanyalah bocah pemain darah. Ia tidak lebih dari pecundang belaka." Asura tidak segan untuk membakar dan mengubah es tersebut menjadi abu dan uap air.

"Kurang ajar! Berani sekali kau memusnahkan tuan Ketu!" Jenderal mayat hidup mulai kesal. Ia memerintahkan pasukan mayat hidup yang tersisa untuk menyerang.

Asura yang telah berhasil memusnahkan iblis Ketu langsung mengerahkan kedua tangannya yang telah berubah menjadi tangan iblis.

"Arya Santanu, sekarang giliranmu." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu.

"Mari kita bakar semua mayat hidup ini." Kedua tangan Arya Santanu berkobar. Api merah menyelimuti kedua tangannya.

"Kau bakar para prajurit mayat hidup, aku yang akan memenggal kepala sang jenderal." Dewi Sari Kencana maju menyerang.

Para prajurit mayat hidup mengarah ke Arya Santanu. Mereka mengayunkan pedang, tombak dan gada. Dengan bantuan teknik bela diri dari Asura, Arya Santanu yang pemuda petani biasa mampu bergerak lincah dan mulai membakar para mayat hidup itu satu per satu.

Ia meninju, menebas dan menusuk tubuh para mayat hidup menggunakan kedua tangannya secara bergantian.

"Cepat selesaikan!" Arya Santanu berteriak ke arah Dewi Sari Kencana.

"Teknik pedang es, tebasan angin dingin!"

Dewi Sari Kencana mengayunkan pedang teratai es miliknya. Energi tipis seperti angin melesak menebas leher dari jenderal mayat hidup. Ia langsung jatuh tergeletak di tanah.

"Aku selesai!" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah belakang.

Arya Santanu sedang mencekik satu mayat hidup. Ia bertanya soal siapa yang menyarankan penyerangan terhadap dirinya. Asura yang berada di dalam tubuh Arya Santanu tidak percaya begitu saja bila hanya iblis Ketu yang menjadi dalang dari penyerangan terhadap Arya Santanu.

"Katakan! Apa ada iblis lain yang memerintahkan penyerangan ini?" Cepat jawab!" Arya Santanu mencengkeram erat leher dari mayat hidup itu.

"Ra-Rahu … tu-tuan Rahu …."

Mayat hidup itu menyebutkan satu nama yang diingat oleh Asura. Setelah memadamkan api yang menyelimuti tangannya saat mencekik mayat hidup itu, Arya Santanu kembali mengobarkan tangan iblis miliknya. Seketika mayat hidup yang tercekik terbakar menjadi abu.

"Siapa Rahu?" Dewi Sari Kencana menghampiri Arya Santanu.

"Asura bilang, ia adalah saudara kembar dari iblis Ketu. Kemungkinan besar, ia bersembunyi di suatu tempat. Asura mengatakan bila kita harus berhati-hati. Ia bisa saja muncul dan menyerang kita." Arya Santanu memadamkan kedua tangan iblisnya.

Bau seperti aspal terbakar menyengat ke seluruh penjuru desa Ratubumi. Sisa dari abu para mayat hidup telah menghasilkan aroma yang tidak kalah dengan bau saat mayat hidup itu hidup. Kepala desa dari Ratubumi pun menghampiri Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana. Ia menunduk untuk berterima kasih.

"Hentikan, tolong jangan menunduk seperti itu." Arya Santanu merasa tidak enak.

"Kami, warga desa Ratubumi hanya bisa melakukan hal ini saja untuk berterima kasih. Seandainya kami bisa membantu kalian berdua lebih banyak, pasti akan kami lakukan." Kepala desa begitu malu. Ia tidak punya emas atau pun makanan berlimpah yang bisa dibagi kepada Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.

"Kau masih bisa membantu kami. Apakah kau tahu tentang pusaka dewa yang bersemayam di gunung api itu?" Arya Santanu bertanya.

Kepala desa langsung menegakkan kepalanya. Ia terkejut. Kepala desa tidak mengira bila Arya Santanu akan berbicara tentang pusaka itu. Namun, tanggapan dari raut wajah sang kepala desa itu membuat Dewi Sari Kencana merasa bingung dan ragu. Kepala desa menggelengkan kepalanya.

"Maaf, saya tidak tahu menahu tentang pusaka dewa yang kalian maksud. Maaf …." Kepala desa langsung balik badan dan pamit.

Para warga desa yang berkumpul pun langsung membubarkan diri sambil melirik tajam ke arah Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana. Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Apa kau merasa bila kepala desa baru saja berbohong?" Dewi Sari Kencana menoleh ke arah Arya Santanu.

"Aku juga merasakan hal itu. Tapi pasti ada alasan kenapa ia berbohong. Yang pasti, kita harus melanjutkan perjalanan ke atas puncak gunung api." Arya Santanu akhirnya memilih untuk tidak menghiraukan ucapan kepala desa. Ia tetap pada keyakinannya.

Keduanya melanjutkan perjalanan menuju ke puncak gunung api. Mereka memutari desa, melewati hutan lebat dan terus berjalan menuju ke jalan setapak yang menanjak.

Di lain tempat, iblis Rahu yang menguasai darah seperti adiknya, iblis Ketu, baru saja mendapat kabar dari burung miliknya. Burung tersebut berasal dari darah miliknya.

"Jadi, mereka menuju ke gunung api. Asura, kau benar-benar ingin mengambil pusaka dewa itu rupanya." Iblis Rahu menyelimuti dirinya dengan jubah zirah yang terbuat dari darah. Ia menumbuhkan dua sayap kelelawar besar dipunggung dan terbang melesak ke arah puncak gunung api.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rey Dharmawangsa
Mantep banget teknik api nya Arya Santanu. gue speechless sama pedang nya si Dewi Sari Kencana sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status