Share

Pendekar Wanita; Dewi Sari Kencana

Hujan turun begitu deras di sekitar wilayah selatan kerajaan Nuswapala. Tidak begitu jauh dari pantai selatan, sebuah gunung api besar mengeluarkan kepulan asapnya. Gunung api tersebut dipercaya oleh para masyarakat desa Ratubumi sebagai tempat bersemayamnya sebuah pusaka milik para Dewa. Beberapa pendekar mencoba untuk menjelajahi bagian dalam gunung api, namun tidak satu pun dari mereka yang berhasil menemukan pusaka yang dimaksud. Semuanya berakhir tewas oleh penjaga yang menjaga gua di gunung api tersebut.

"Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan kaki." Arya Santanu mendarat tepat di sebuah tebing berbatu dekat dengan kaki gunung api.

"Kita harus mencari tempat berteduh. Aku merasakan hawa keberadaan beberapa manusia tidak jauh dari sini. Sepertinya ada desa di ujung hutan itu." Asura berbisik, ia menunjukkan keberadaan sebuah perkampungan.

"Baiklah, ayo ke sana." Arya Santanu berjalan menahan kesadarannya yang kian memudar.

Efek samping dari penyatuan diri antara ia dan iblis Asura telah menghambat tubuhnya untuk bergerak. Ia merasakan sesak pada dadanya. Kekuatan besar dari Asura seakan menindih energi ditubuhnya. Dengan berjalan sambil menopang tubuhnya menggunakan tangan yang berpegangan pada batang pohon, ia berusaha untuk tetap sadar dan menguatkan dirinya.

"Asura, energiku seperti habis seketika, ada apa ini?" Arya Santanu merasa penasaran dan bingung.

"Itu karena aku yang mendominasi tubuhmu. Energiku seakan mendorong energi milikmu untuk keluar. Bisa dibilang, jiwamu dalam bahaya bila terus berlangsung proses tarik menarik energi antara kita." Asura keluar sebentar dari tubuh Arya Santanu.

Ia mengambil wujud seekor burung merpati yang terbentuk dari api merah yang menyala. Dibawah pohon besar nan rindang, Arya Santanu mulai terjatuh dan berusaha bersandar ke batang pohon tersebut. Ia tidak mengira bila konsekuensi menggunakan kekuatan iblis begitu menakutkan.

"Asura … tolong …."

Arya Santanu hanya bisa melihat rintik hujan jatuh di antara dedaunan dan permukaan tanah. Matanya mulai sayup, pikirannya mulai melayang jauh ke tempat lain. Ia berusaha menahannya. Namun sayangnya, ia tidak mampu. Arya Santanu tidak sadarkan diri.

"Arya Santanu! Arya?!"

Asura berusaha menolongnya, namun ia tidak bisa mengambil wujud yang lebih besar seperti macan, singa, manusia atau yang lainnya. Di saat dirinya telah menyatu dengan tubuh seorang manusia, maka tubuh manusia tersebut akan menjadi inangnya. Bila inangnya mati, maka Asura juga akan mati. Resiko yang begitu berat bagi Asura, namun bila tidak seperti itu, maka ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya.

Di bawah guyuran hujan yang lebat, seorang wanita membuka jalan dengan membelah semak-semak tinggi hingga mencapai tempat Arya Santanu berada. Dewi Sari Kencana, itulah namanya, seorang pendekar wanita dari negeri seberang menemukan Arya Santanu tergeletak tidak sadarkan diri dengan posisi duduk tertunduk di bawah pohon besar. Ia segera menghampiri pria muda asing itu dan berusaha memeriksa denyut nadi dan kesadarannya. Dewi Sari Kencana dikenal juga sebagai ahli dalam pengobatan dan menjadi seorang peracik tanaman obat herbal yang sangat manjur.

"Ia kehabisan energi. Tubuhnya begitu dingin, darah yang mengalir juga terlalu lambat. Ini gawat!" Dewi Sari Kencana segera memusatkan energinya. Ia menyalurkan energi miliknya ke tubuh Arya Santanu dengan meletakkan kedua telapak tangannya di dada Arya Santanu.

Perlahan energi murni milik Dewi Sari Kencana mulai merasuk dan menyebar di sekujur tubuh Arya Santanu. Namun, saat ia masuk lebih dalam menuju ke alam bawah sadar Arya Santanu, Dewi Sari Kencana terkejut akan satu sosok yang sedang duduk di atas sebuah singgasana dengan pondasi tulang belulang tengkorak manusia. Energi, aura dan wujud dari tempat alam bawah sadar Arya Santanu pun di dominasi oleh warna merah tua. Genangan darah pun tersebar di permukaan lantai yang diinjak oleh Dewi Sari Kencana. Kobaran api merah juga mengapit ruangan itu.

"Siapa kau?" tanya Dewi Sari Kencana.

"Tidakkah kau tahu dari energi yang kau rasakan?" Asura merubah wujudnya sama persis dengan Arya Santanu, namun di dahinya terdapat dua tanduk yang menjulang ke atas.

"Apa yang kau lakukan di tubuh pria muda ini, iblis?!" Dewi Sari Kencana menebak dengan perasaannya.

Ia sudah menduga sejak awal saat pertama kali mengalirkan energi ke tubuh Arya Santanu. Sosok yang begitu kelam dan gelap menusuk jiwanya. Aroma dari amis dan batu bara yang dibakar begitu menyengat dari tubuh Arya Santanu.

"Aku adalah Asura. Salah satu jenderal iblis yang baru saja mendapatkan kebebasannya. Seratus tahun lamanya dikurung dalam penjara batu oleh para dewa membuatku ingin sekali membakar para iblis yang mengurungku." Asura meringis.

"Jenderal iblis? Apa kau salah satu dari teman Maghanada Indrajit? Atau pemilikmu adalah raja Kala Karna?" Dewi Sari Kencana harus memastikan sesuatu.

"Apa yang kau tahu tentang mereka?" Asura bertanya.

"Mereka adalah penjajah! Berani sekali memporak-porandakan negeri Nuswapala dengan mengatasnamakan kekuasaan! Raja Kala Karna telah menghabisi beberapa kerajaan kecil di Nuswapala, hingga beberapa masyarakat dan anggota kerajaan yang disingkirkan mengungsi ke Swarnadwipa. Aku tidak akan memaafkan dirinya dan semua teman iblisnya!" Dewi Sari Kencana mengepal erat tangan kanannya. Raut wajah gusar penuh akan dendam terpancar jelas dari dirinya.

"Maghanada Indrajit bukanlah iblis biasa. Ia memiliki julukan sebagai sang dewa perang. Bila kau berpikir bisa menghabisinya dengan mudah, kau salah besar. Untuk bisa mengalahkannya, kita perlu menghabisi dua belas saudaranya dahulu. Tanpa para saudaranya, ia begitu lemah! Setelah itu, aku akan meremukkan kepalanya!" Asura tersulut. Emosinya naik dan membuatnya membayangkan kematian Maghanada Indrajit.

Asura menjelaskan tentang perjanjian dirinya dengan Arya Santanu. Ia menceritakan apa yang terjadi dengan Raka Caraka, adik dari Arya Santanu yang tewas akibat para pasukan kerajaan yang membawa bendera iblis. Arya Santanu meminta bantuan Asura untuk menjadi lebih kuat dan menyetujuinya, akhirnya ia berada di tubuh sang pria muda itu dan bersatu dengannya. Mendengar hal tersebut, Dewi Sari Kencana merasa nasib dirinya dan Arya Santanu sama. Ia adalah seorang putri dari kerajaan kecil yang telah diruntuhkan oleh Kala Karna. Kedua orang tuanya berada di Swarnadwipa, meminta perlindungan kepada raja di sana.

"Aku paham. Artinya, kalian berdua ingin memburu dan membunuh ketiga belas iblis itu, bukan?" Dewi Sari Kencana menatap tajam Asura.

"Benar sekali. Targetku adalah kematian mereka. Dan bila kau perlu bonus lainnya, aku bisa memberikanmu kepala dari raja Kala Karna. Ia hanyalah wadah. Yang sebenarnya memimpin Nuswapala adalah Maghanada Indrajit." Asura tersenyum.

"Kalau begitu, kita bisa bekerja sama. Kau, aku dan Arya Santanu akan memburu mereka semua. Dan sebelum mereka semua binasa, aku tidak akan kembali ke Swarnadwipa!" Dewi Sari Kencana tanpa sadar mengucapkan sumpah.

Tidak lama berselang, kesadaran Arya Santanu kembali. Kedua matanya mulai terbuka, meski belum sempurna, tapi Arya Santanu merasakan ada seseorang di depannya. Sekilas ia melihat sosok wanita cantik dengan tusuk rambut yang indah menyanggul rambut hitam nan panjang.

"Siapa kau?" Arya Santanu berusaha membenarkan posisi duduknya.

"Kau sudah sadar?" tanya Dewi Sari Kencana.

"Tentu. Lalu, siapa kau? Apa kau yang menolongku?" Arya Santanu mendengar bisikan dari Asura.

"Ia akan membantu kita. Tapi ada satu masalah yang datang. Aku merasakan ada beberapa pasukan besar menuju ke arah kita. Pasukan berkuda yang jumlahnya begitu banyak. Lari kuda mereka seperti sedang dilecuti oleh amarah tuannya. Mereka bukan manusia atau pun iblis. Aku merasakannya, tidak ada jiwa yang terbaring di tubuh mereka." Asura masih menebak pasukan apa yang sedang menuju ke arah mereka.

Arya Santanu segera mencoba untuk bangkit berdiri. Ia menopang berat tubuh dengan berpegangan pada batang pohon. Dewi Sari Kencana pun membantunya. Hujan yang tadinya deras pun kian mereda. Arya Santanu yang tidak memiliki dasar bela diri untuk merasakan kehadiran energi dari pendekar atau makhluk lain tidak mengetahui jarak dirinya dan para pasukan berkuda itu. Ia memilih untuk menarik tangan Dewi Sari Kencana dan pergi bersamanya menyusuri hutan lebat.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kita lari?" tanya Dewi Sari Kencana.

"Ada pasukan berkuda dengan jumlah yang sangat besar sedang menuju ke sini. Kita harus mencari tempat untuk bersembunyi. Kemungkinan mereka akan menuju ke desa di ujung hutan." Arya Santanu berlari menembus semak-semak tinggi bersama dengan wanita asing yang baru saja ia lihat.

"Pasukan berkuda? Apa mereka dari kerajaan Nuswapala?" Dewi Sari Kencana coba menyimpulkan.

"Bukan, Asura mengatakan bila mereka tidak memiliki jiwa. Mereka bukan makhluk hidup, tapi bukan iblis juga. Aku khawatir bila mereka adalah pasukan besar yang sangat terkenal itu. Kau pernah dengar tentang pasukan mayat hidup dekat dengan gunung Kulon?" Arya Santanu berhenti dan langsung bersembunyi di balik pohon. Ia mendekap tubuh Dewi Sari Kencana dan menyuruhnya diam.

Para penunggang kuda lewat tepat dibalik pohon tempat mereka bersembunyi. Suara gemuruh dari puluhan langkah kuda yang menghantam tanah memecah keheningan hutan.

"Me-mereka adalah mayat hidup?!" Dewi Sari Kencana terkejut.

"Aku merasakan ada energi iblis yang tertinggal di sekitar hutan ini. Cari dan pastikan bila ia ada di sini! Cepat!" Jenderal besar mayat hidup berteriak dan memerintahkan pasukannya untuk menelusuri sudut-sudut hutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status