Suara ledakan hebat langsung terdengar menggelegar bagaikan guntur tepat saat ajian bayubaraja milik Mira menghantam ajian tribaya milik Geni Paksa. Riuh angin yang bergemuruh langsung menderu kencang, bertiup membawa debu-debu dari bongkahan-bongkahan tanah yang berhamburan ke udara.
Tanah di sekitar tempat mereka berdiri langsung bergetar saat kedua ilmu kanuragan tingkat tinggi itu beradu. Cekungan tanah langsung tercipta disekitar Mira dan Geni. Tapi perbedaan kekuatan mereka bisa terlihat jelas sebab Mira langsung memuntahkan darah lagi saat kedua ajian mereka beradu.
Perlahan riuh angin dan getara tanah mulai mereda seiring debu-debu yang mulai memudar, terlihat jelas Mira yang terluka parah masih berdiri di depan Geni yang tampak baik-baik saja. tinju tangan kiri Mira terlihat masih menekan telapak tangan Geni. Tapi saat kepalan tangannya terasa semakin panas, Mira buru-buru menarik tangannya dan mundur dengan tubuh yang sempoyongan.<
Indra tiba-tiba melompat dan melayangkan pukulannya di udara, mau tidak mau Geni langsung melayani serangan Indra di udara. Geni menahan pukulan tangan kanan Indra sambil membalas dengan tendangan kaki kanannya, tapi Indra dengan gesit menahan tendangan Geni dengan betisnya. Mereka terus jual beli serangan hingga akhirnya menapak di tanah.“Hihihi.. lawanmu itu aku Geni! Apa kau hanya berani melawan orang yang sudah terluka saja hah?” ejek Indra sambil tertawa.“Keparat! Kau akan menyesal karena sudah membuatku marah bajingan!” bentak Geni.“Pergilah,” ucap Indra kepada Mira. Tanpa membuang waktu, Mira langsung memapah Kusna dan pergi dari tempat itu secepatnya. Kini di sana hanya tinggal Geni dan Indra saja yang masih berhadapan.“Aku harap Maung Lara tidak menyelematkanmu lagi kali ini,” tukas Geni yang langsung memasang kuda-kuda dengan tatapan tajam
Geni tidak membuang kesempatan dan langsung menerjang sambil menyerang Indra dengan serangan telapak tangan secara beruntun. Indra dengan sigap langsung melayani serangan demi serangan yang Geni lakukan dan menahannya menggunakan kedua tangannya. pergerakan tangan mereka berdua tampak cepat saling menyerang, memukul, menghantam, menyikut dan mengunci.‘Beukh’‘Dakh’‘Beugh’Suara benturan demi benturan yang kencang terdengar secara beruntun, debu-debu di sekitar mereka berdiri langsung beterbangan terbawa deru angin yang bertiup dari titik benturan serangan mereka. Dedaunan kering serta rumput yang tercabut ikut berhamburan ke udara setiap kali hempasan angin bertiup.Geni benar-benar dibuat kaget dengan perkembangan kemampuan Indra yang berbanding jauh dengan saat mereka bertarung 6 bulan yang lalu. Geni melancarkan serangan dengan hantaman telapak tangan mengincar dada
Deru angin langsung riuh bergemuruh tatkala Geni Paksa sudah siap dengan ajian caturbaya miliknya. Indra mengacungkan kepalan tangan kanannya ke udara, saat itu juga kilatan-kilatan petir langsung menyambar tangannya dan menyelimuti seluruh tangannya. Suara guntur di langit mendadak terdengar menggelegar bersahut sahutan menambah getir suasana malam di Kampung Lanjar.“Kau pikir bisa menghancurkanku dengan ajian tidak sempurna milikmu itu hah!” bentak Geni yang langsung melesat maju dengan tangan kanan menyongsong tubuh Indra.“Kau akan mengetahuinya nanti!” tegas Indra yang langsung menghentakan kakinya dan maju menyambut datangnya serangan Geni. Riuh angin terdengar bergemuruh mengiringi setiap langkah mereka berdua, kilatan-kilatan petir terlihat menyelimuti tangan kanan Indra yang langsung dia lesatkan ke depan.“Ajian caturbaya!” teriak Geni sambil menghantamkan pukulan tangan kan
“Memangnya kenapa? Bagiku Aki Guru Braja Ekalawya adalah orang yang baik dan sangat aku hormati, setiap wejangan yang dia berikan adalah kebenaran. Dia selalu mengarahkanku kepada jalan kebaikan dan menjunjung tinggi keadilan,” jawab Indra sambil terus tertunduk.“Bukankah kau bilang sangat membenci kejahatan hah? Kau bilang aku biadab dan keji! Kau bilang aku pantas untuk binasa! Kau bilang aku tidak pantas mendapatkan maaf! Kau bilang aku adalah orang yang sudah terlanjur terbuai oleh kotornya dunia! Tapi mengapa kau memaafkan kelakuan gurumu sendiri? Apa kau tidak malu memiliki guru sepertinya? Jawab aku Indra!” tegas Geni.‘Beukh’“Uhuk..” Geni kembali batuk dan memuntahkan darah saat dadanya dihantam tendangan oleh Indra.“Itu jawaban dariku biadab! Mungkin masa lalu guruku seburuk yang kau katakan, mungkin kelakuannya sejahat yang kau ucapka
“Jika saja aku datang kemari lebih cepat, mungkin semua warga di sini bisa diselamatkan,” ujar Indra sembari mengingat Manan dan para warga desa yang menjadi korban kebiadaban Geni Paksa dan para anak buahnya yang keji.Tiba-tiba saja dari belakang Indra terdengar suara beberapa orang yang berlari dan semakin mendekat, dua bayangan langsung melesat ke belakang Indra dan berdiri tepat di belakangnya. Perlahan Indra membalikan tubuhnya dan terkejut saat melihat dua orang yang sudah berdiri di belakangnya adalah Windu dan Salaksa yang memakai jubah hitam.“Kalian berdua?” ujar Indra sambil menunjuk kepada Salaksa dan Windu yang malah saling memandang.“Kau pemuda tengil yang waktu itu ada di turnamen beladiri bukan?” Windu malah balik bertanya dan menatap Indra dengan tajam.“Ya, kalian kalau tidak salah yang waktu itu main petak umpet di pohon kan?” jawab
“Apa yang dikatakan Salaksa itu benar hah?” tanya Windu sambil menatap Indra dengan tajam.“Salah, apa yang dia katakan itu jelas salah. Harus berapa kali aku bilang kalau pria itu adalah Geni,” jawab Indra sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Kau bahkan tidak bisa membuktikannya. Aku semakin curiga saja kepadamu, jangan-jangan kau memang anak buah Geni Paksa. Terlebih waktu di turnamen itu aku ingat kalau kau juga mondar mandir memakai ikat pinggang hitam bergambar tengkorak,” ucap Salaksa sambil menghunuskan kembali pedangnya.“Aku juga ingat sekarang. Setelah mengalahkan semua lawannya dia memang memakai ikat pinggang Kelompok Tangkurak, tidak salah lagi dia mungkin bukan hanya anak buah Geni tapi temannya di Tangkurak,” timpal Windu yang juga terlihat mulai waspada.“Hamh.. Susah udah kalau beginimah,” gerutu Indra sambil menghel
Indra langsung melompat sembari menghantamkan tendangan mengincar wajah Windu. Tapi Windu dengan gesit menggerakan kepalanya mengelak ke samping kiri. Tiba-tiba saja hantaman keras bagaikan batang pohon serasa menghantam wajah Windu sampai tubuhnya ambruk ke tanah dan mengeluarkan darah dari mulut serta hidungnya, panangannya langsung buyar samar-samar akibat hantaman Indra.Saat Indra berniat menyerang lagi Salaksa langsung datang dengan tebasan pedang secara diagonal mengincar dada Indra. Sekejap mata Indra langsung menggerakan tangan kanannya, jari telunjuknya dia hantamkan ke bilah samping pedang Salaksa. Tangannya langsung digerakan mengubah rute tebasan pedang Salaksa hingga tidak berhasil mengenai tubuhnya yang juga meliuk ke bawah.Salaksa tidak diam saja, meski terkejut serangannya dibelokan seperti itu dia langsung mengayunkan lututnya mengincar pinggang kiri Indra. Lagi-lagi Indra melakukan gerakan tidak terduga, meski tubuhnya se
Dari kejauhan terlihat rombongan prajurit bersenjata lengkap mulai mendekar, di depan mereka terlihat ada Sarmad dan Mira bersama dengan orang yang tidak asing lagi bagi Indra, tak lain adalah Senopati Saktiwaja. Indra terlihat sangat terkejut saat melihat kedatangan Saktiwaja, dia mulai khawatir kalau Saktiwaja kembali berniat menangkapnya seperti dahulu. Saat itu juga baik Indra ataupun Windu langsung mengurungkan niatnya untuk menggunakan ilmu kanuragan.“Celaka inimah,” gumam Indra sambil menggaruk-garuk kepalanya.“Senopati,” ujar Windu dan Salaksa yang langsung menyambur kedatangan Saktiwaja. Sementara itu Indra langsung berbalik agar wajahnya tidak terlihat oleh Saktiwaja.“Indra, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Mira yang langsung mendekati Indra yang tetap masih berbalik.“Aku baik-baik saja kok,” jawab Indra yang langsung bersiul setelah menjawa