Share

22. Pesan Ki Pawang Api

Akhirnya Tabib Juku Getir selesai membersihkan dan menangani luka Anggar Sukolaga. Sejumlah balutan perban melingkar di tubuh Anggar Sukolaga yang tidak berbaju. Dia belum siuman dari pingsannya.

“Mohon maaf, Ki. Aku pamit pelgi, Ki,” izin Ardo Kenconowoto.

“Kau mau ke mana? Lihat, sudah gelap,” tanya Tabib Juku Getir sambil menunjuk ke pintu dengan wajahnya. “Bermalamlah. Aku punya minuman bagus untuk malam hari. Belum dikatakan datang ke kediaman Tabib Juku Getir jika belum minum kopi musang luwak.”

Hari memang sudah gelap. Jika Ardo memaksakan melanjutkan perjalanan ke Tebing Pahat, akan sulit. Tentunya Iblis Satu Kaki tidak akan mau ditamui tengah malam. Itu pikir Ardo. Apalagi Ardo bukanlah pacar pendekar tua itu.

Mooo!

Tiba-tiba terdengar suara lenguhan sapi di luar. Bukan hanya satu sapi, tapi beberapa sapi.

Ardo berjalan ke pintu untuk melihat. Di dalam kegelapan yang belum begitu gulita terlihat ada belasan sapi yang sedang digiring oleh lelaki bercaping. Warna pakaiannya sam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
batik mida
plinplan,,,pdhal msih ada tugas dri guru",plinplan bnget
goodnovel comment avatar
Rudi Hendrik
iya tuh. ada aja
goodnovel comment avatar
🅰️nny Maheswari
hhhmmm... makin lama deh dapat restu dr iblis satu kaki
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status