Share

Bertemu Sekar

Wanita yang ditolong oleh Surya Yudha terlihat ketakutan. Pakaiannya juga compang-camping serta penampilan yang begitu berantakan. Saat Surya Yudha mendekati wanita tersebut, wanita itu mundur karena ketakutan.

"Aku tidak akan menyakitimu. Namaku Surya Yudha."

"Su-Surya Yudha?" tanya wanita itu tergagap ketakutan.

Surya Yudha mengangguk dan mendekati wanita itu lagi. "Aku Surya Yudha. Dulu aku adalah seorang prajurit di kerajaan Nara Artha. Siapa namamu?"

Wanita itu masih diam. Surya Yudha hanya menghela napas dan memalingkan wajahnya.

"Sekar," jawab gadis itu bernama Sekar.

Surya Yudha tersenyum tipis dan kembali berdiri. "Di mana rumahmu? Jika kamu ingin pulang aku akan mengantarnya. Namun, jika masih betah di sini aku harus pergi sekarang."

Sekar terlihat ragu untuk memilih pergi bersama Surya Yudha atau tidak. Namun, berdiam diri di tempat ini sama saja mencari mati. Maka, wanita itu akhirnya memutuskan mengikuti Surya Yudha yang sudah berjalan lebih dulu.

"Aku ikut," ucap Sekar dengan pandangan tertunduk, tak berani menatap Surya Yudha.

"Di mana rumahmu?" tanya Surya Yudha tanpa melihat Sekar sedikitpun. Baju Sekar yang terkoyak sehingga lekuk tubuh dan beberapa area sensitif wanita itu terlihat, membuat Surya Yudha tak mau memandangnya.

"Aku tinggal di dusun Tegal sari," lirih Sekar. "Letaknya tidak jauh dari sini."

Surya Yudha mengangguk dan turun dari kuda. Pemuda itu meminta Sekar untuk naik ke kuda dan Surya Yudha akan menuntunnya hingga dusun tegal sari. Sekar yang tak biasa menunggangi kuda langsung menolak dan memilih berjalan bersama Surya Yudha.

"Kuda ini akan tertawa jika melihat kita berjalan. Jadi ... lebih baik menurut dan naiklah." Surya Yudha meminta Sekar untuk naik, tetapi gadis itu kembali menolak.

"Bagaimana aku bisa naik jika orang yang menyelamatkanku malah berjalan? Lebih baik aku berjalan saja."

"Jika begitu ... kita naik bersama saja."

"Apa kuda itu bisa bertahan?" tanya Sekar dengan polos.

Surya Yudha tertawa mendengar ucapan polos wanita di hadapannya. Bintang adalah kuda perang dan terbiasa membawa beban berat. Bagaimana kuda ini akan menyerah jika hanya membawa mereka berdua?

Setelah Surya Yudha beberapa kali meyakinkan sekar, akhirnya Sekar hanya bisa menurut dan naik ke kuda dengan bantuan Surya Yudha. Kini Sekar dan Surya Yudha duduk di satu kuda, Surya Yudha di belakang, sementara Sekar di bagian depan.

Kedua tangan Surya Yudha melingkari pinggang Sekar agar dapat memegang tali kekang dengan benar. Hal itu tentu saja membuat Sekar terpaku. Aliran darahnya terasa lebih cepat dan tubuhnya terasa panas.

Surya Yudha yang tidak pernah berpikir jika dengan hal sesederhana itu bisa membuat wanita di depannya berdebar-debar, tetap santai menarik tali kekang.

Kuda mulai berjalan santai. Ki Arya Saloka tersenyum melihat sikap Surya Yudha yang menurutnya sangat manis. Mereka berjalan mengikuti jalan setapak yang memanjang. Pohon-pohon besar tumbuh lebat di sisi kanan kiri mereka, membuat cahaya matahari tak mengenai mereka secara langsung.

"Apa masih jauh?" tanya Surya Yudha setelah berapa lama mereka berkuda tetapi belum sampai di dusun Tegal sari.

Sekar menggeleng pelan. "Di depan ada persimpangan, kita ambil kanan dan tidak jauh dari tempat itu adalah gerbang dusun."

Surya Yudha mengangguk dan tiba-tiba mengepakkan tali kekang yang ia pegang, membuat kuda yang berjalan santai tersentak hingga berlari kencang. Sekar yang tidak siap dengan hal itu mendekap kedua tangan Surya Yudha.

Tanpa sengaja Surya Yudha merasakan jika tangannya terganjal oleh dua bongkahan besar yang begitu kenyal. Tiba-tiba Surya Yudha merasa jantungnya berdebar lebih kencang dan mukanya memerah terasa panas. Karena tak tahan dengan hal itu, Surya Yudha melepas genggamannya pada tali kekang dan meminta Sekar menggantikannya. Sementara itu, kedua tangan Surya Yudha memegang pergelangan tangan Sekar.

Benar saja, setelah melewati persimpangan mereka sampai di gerbang dusun. Ki Arya Saloka berhenti di gerbang dan memutar kudanya agar posisinya bisa berhadapan dengan Bintang.

"Gadis manis, aku dan cucuku sedang buru-buru, tak bisa mengantarmu sampai rumah. Jika kalian berjodoh pasti akan bertemu lagi." Wajah Sekar kembali memerah. Gadis itu mengangguk pelan dan tersenyum manis pada Ki Arya Saloka.

Surya Yudha turun dan membantu Sekar agar tidak jatuh saat turun dari kuda.

"Terima kasih, Surya."

"Sama-sama. Jika kita berjodoh pasti akan bertemu lagi. Sekarang aku harus pergi, jaga dirimu baik-baik."

Sekar mengangguk dan menunduk malu. Perkataan Surya Yudha nyatanya mampu membuat Sekar terbuai dan jatuh dalam lingkaran asmara. Tiba-tiba Sekar memegang tangannya, tetapi tidak berlangsung lama karena Sekar segera menariknya.

"Surya, kita harus segera pergi."

Surya Yudha mengangguk dan kembali menatap sekar. "Jaga dirimu baik-baik."

Surya Yudha kembali menunggangi kudanya dan memacunya perlahan. Sekar melambaikan tangan pada pemuda itu dibalas dengan senyum manis dari Surya Yudha.

"Beberapa jam lalu aku baru mendengar jika ada seorang pemuda tampan yang berkata tidak bisa mengungkapkan perasaan. Tapi ... beberapa saat lalu aku malah mendapatinya menanam benih cinta. Semesta mungkin sedang bercanda." Ki Arya Saloka tidak tahan untuk tidak menggoda cucunya. Surya Yudha tak bisa mengelak dan hanya tersenyum sembari mengusap pipinya yang terasa panas.

"Kamu suka wanita itu?" tanya Ki Arya Saloka penasaran.

"Aku tidak tahu, Eyang. Aku hanya berpikir jika gadis itu begitu manis," ucap Surya Yudha.

Ki Arya Saloka hanya bisa tertawa. Mungkin sifat ini diturunkan oleh ayahnya yang juga sangat kaku.

Kuda kembali masuk ke jalur hutan. Ki Arya Saloka sempat berhenti beberapa kali untuk makan dan mengisi persediaan air minum.

Lembayung melamabai di sisi barat menandakan senja datang dan Surya mulai turun. Rembulan akan segera naik menggantikan Surya yang sudah kelelahan.

"Kita istirahat di sini saja," ucap Ki Arya Saloka saat tiba di tanah lapang yang cocok sebagai tempat bermalam. Surya Yudha mengangguk dan turun dari kuda. Pemuda itu menambatkan tunggangannya di pohon besar di sana.

"Eyang, aku akan masuk ke hutan untuk berburu. Eyang tunggu di sini."

Ki Arya Saloka mengangguk pelan, "Hati-hati. Eyang akan membuat api unggun."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status