Share

Salah Paham

Jalanan dusun Tegalsari tak terlalu ramai, tapi tidak juga bisa dikatakan sepi. Seorang gadis muda yang berjalan dengan pakaian compang-camping tentu saja menarik perhatian orang-orang sehingga bisikan-bisikan mulai timbul karena beberapa orang mulai bergunjing.

Sekar, gadis cantik berkulit sawo matang dengan alisnya bagaikan lambaian daun kelapa, giginya bagai biji mentimun berjalan dengan muka yang memerah menahan malu.

Untung saja jarak antara gapura dusun hingga rumahnya tak begitu jauh sehingga gadis itu kini sudah sampai di depan rumahnya. Rumah yang cukup besar namun tampak sederhana.

Dengan kebingungan bercampur rasa takut, Sekar berjalan memasuki rumahnya. Baru di ambang pintu, seseorang membuka pintu dan memberinya tatapan tajam penuh pertanyaan.

Terdengar suara berat mengandung amarah yang membuat tubuh Sekar bergetar seketika. "Masuk."

Satu kata yang diucapkan dengan perlahan, nada yang begitu datar tetapi siapa saja bisa mengetahui jika tersirat amarah serta kekecewaan di dalamnya.

Sekar hanya bisa mengangguk, wajahnya menunduk tak berani menatap lelaki yang sedang memandangnya dengan tatapan tajam.

Pintu segera ditutup rapat, Sekar duduk di kursi panjang yang ada di ruang tamu. Seorang wanita paruh baya menatapnya cemas, sedangkan pria yang menyuruhnya masuk masih manatapnya tajam.

Sekar kembali mendengar sebuah kalimat dilontarkan oleh pria yang tak lain adalah ayahnya. "Kau pulang dengan siapa?"

Bingung langsung mengisi pikiran Sekar. Tak mungkin dia menyebut nama pemuda yang menolongnya, atau ayahnya akan salah paham dengannya.

Di sisi lain, Gatot sudah berada di batas kesabarannya dan mulai meluapkan emosinya.

Brak!

Digebraknya meja di hadapan Sekar, membuat gadis itu berjingkut, terkejut sekaligus takut karena tal biasanya sang ayah berlaku kasar seperti hari ini.

"A-ayah ...." air mata mulai mengucur, Sekar tak memiliki pilihan lain selain melibatkan Surya Yudha dalam masalahnya.

Gatot masih menatap Sekar tajam, tak mengalihkan pandangannya barang sedetikpun dari wajah putrinya. Saat mendengar Sekar menyebutnya, Gatot segera menanggapinya, "Apa? Sekar, Kamu tahu ... Seorang gadis menghilang tiga hari tiga malam tanpa kabar dan lulang dengan kondisi seperti ini? Apa kamu pernah berpikir betapa cemasnya aku? Betapa cemasnya ibumu?"

Sekar mengangguk dengan airmata mengalir deras, rasa takut yang menyelimutinya sirna, digantikan perasaan bersalah kepada orang tuanya, "maafkan Sekar, Ayah. Aku berjanji, tidak akan kabur lagi di masa depan."

Memalingkan wajah sejenak, Gatot menunjuk putrinya, "kamu membuat janji seperti ini oasti karena hal buruk menimpamu, bukan? Sekarang katakan, apa yang membuatmu pulang dan siapa yang mengantarmu pulang?"

"Itu ... itu, Surya Yudha yang mengantarku pulang," jawab Sekar yang terlihat ragu. Dia tidak tahu melibatkan Surya Yudha adalah keputusan bijak atau kesalahan besar.

Gatot mendengar nama Surya Yudha seperti tak asing di telinganya, mulai menerka-nerka Surya Yudha yang sekar maksud. "Siapa dia?"

"Dia mengatakan kalau dia seorang prajurit," jawab Sekar jujur.

"Jadi yang melakukan hal ini adalah pemuda itu? Apa Surya Yudha yang kau maksud adalah oemuda gagah yang suka menunggang kuda perang berwarna hitam? Dia selalu memegang pedangnya walau tersarung di pinggang? Benar?" ucap Gatot menjelaskan sosok Surya Yudha yang ia kenal.

Sekar melebarkan matanya, tak menyangka jika ayahnya mengetahui pemuda yang baru ia temui hari ini.

Gatot menghela napas panjang, memandang wajah istrinya yang sedang menatapnya penuh tanda tanya, "jika aku benar, maka dia adalah Surya Yudha, pengawal pribadi Pangeran Abimanyu yang dicopot karena lalai menjalankan tugasnya,"

"Aku tidak tahu, ini adalah anugrah atau musibah, tetapi karena Surya sudah melakukan hal ini, maka dia harus bertanggung jawab. Walau aku hanya mantan prajurit kecil, tetapi aku tau Panglima besar Indra Yudha orang yang menjunjung tinggi keadilan. Jika dia tahu putranya melakukan hal bejat seperti ini, dia pasti tidak akan tinggal diam," lanjut Gatot.

Sekar kembali terkejut, kali ini bukan karena ayahnya mengenal Panglima Besar Indra Yudha, tetapi karena ayahnya salah paham kepada Surya Yudha.

"Ayah ... sebenarnya, hmm ... itu ...."

"Itu apa?" pungkas Gatot.

"Surya memang menolongku, tapi tak ada hal buruk yang dia perbuat padaku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status