Home / Pendekar / Pendekar Wanita Kahinda / 4. Sang Pemberontak, Rangsabala

Share

4. Sang Pemberontak, Rangsabala

Author: Kolong Langit
last update Huling Na-update: 2024-10-19 20:04:33

Hari sudah sore, ketika Kahinda baru saja menampakan kakinya di pelataran halaman Kerajaan Marpala. Dia melihat begitu banyak prajurit Kerajaan tertidur di tanah. Kahinda juga melihat banyak darah yang mengalir di tubuh semua prajurit dan pasukan Kerajaan. Kahinda juga memeriksa beberapa tubuh mereka yang yang masih bernafas dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Raja Marpala..Putri Kahayu...dan.." Ucap seorang prajurit Kerajaan mencoba untuk memberitahu sesuatu pada Kahinda. Tapi, sayang nyawa prajurit yang sempat diperiksa Kahinda sekarang sudah menghembuskan nafas terakhir.

Kahinda masih mencoba untuk melihat beberapa orang yang mungkin saja masih hidup. Tapi, dia tetap tidak menemukan satupun dari mereka yang bisa bertahan. "Ayah, Ibu.." Ucap Kahinda yang langsung berlari menuju ke dalam istana. Dia juga melihat banyak orang yang bersimpuh darah.

Tapi saat dia sudah berada di dalam istana Kerajaan, Mata Kahinda langsung terbelalak ketika melihat tubuh ibunya juga sudah tergeletak tak berdaya di lantai istana. Dengan Rasa sedih yang mendalam, Kahinda mencoba untuk membangunkan tubuh ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Dia berbicara sambil terus meneteskan air mata kesedihan. "Ibu, Ibu..."

Kahinda melihat wajah ibunya yang juga penuh memar seperti terkenal pukulan seseorang. Bahkan dia juga memeriksa bagian tubuh ibunya yang tertusuk pedang dengan darah yang masih mengalir. "Kahayu, Apa yang sebenarnya kau inginkan, Kau bahkan tega membunuh ibu mu sendiri!?" lirih Kahinda yang kemudian menggendong tubuh ibunya dan membawanya ke arah dalam kamarnya.

Kahinda meletakkan tubuh ibunya di Ranjang sambil mencoba untuk kembali memeriksa keadaan sekitar. Dia juga tidak menemukan keberadaan ayahnya yang sakit lumpuh karena Racun yang diberikan Marya Leksula padanya. Dia juga memeriksa kamar Kahayu adiknya, tapi Kahinda juga tidak menemukannya. Dan saat ini Kahinda mendengar banyak suara langkah kaki besar sedang menuju ke dalam istana. Dia segera berlari untuk menemui rombongan yang datang ke istana.

"Periksa yang disana, temukan siapa saja yang masih hidup." ucap seorang pria yang terlambat datang ketika mendengar istana Kerajaan Marpala di serang oleh sebuah pasukan Pemberontak yang dikabarkan telah kembali. Ketika pria itu sampai, dia mengira bahwa pasukan pemberontak tidak akan berani masuk ke istana. Dan bagaimana pun, didalam istana sendiri juga banyak orang sakti yang terus mengawasi kegiatan di Kerajaan. Tapi dia tak melihat satupun diantara mereka.

"Ini jelas, aneh" ucapnya mendengar namanya dipanggil seseorang dari belakang ketika dirinya sedang mencari petunjuk.

"Paman Ram Wenang, Ibuku.." ucap Kahinda sembari menangis ketika melihat ke arah seorang pria yang merupakan pamannya sendiri.

"Kahinda" panggil Ram Wenang begitu terkejut ketika melihat Kahinda sudah ada disini sebelum dirinya. Sampai beberapa pembicaraan berlangsung, Kahinda sedang memperlihatkan tubuh ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Kahinda terus mencoba menjelaskan semua yang dia ketahui pada Pamannya, terkait Rencana pembunuhan yang akan dilakukan Marya Leksula dan adiknya Kahayu Rahma Dewi.

Tapi setelah mendengar cerita Kahinda, Sosok Ram Wenang masih merasa Ragu. Dia kemudian meminta Kahinda untuk tetap berada disisinya sambil mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia juga memerintahkan beberapa orang untuk mempersiapkan pamakaman untuk Ibunya Kahinda, dan juga pemakaman untuk semua prajurit yang tewas.

Dan di malam hari, ketika Bulan sudah naik. Baik Kahinda dan Ram Wenang bersama semua pasukannya sekarang sedang merasakan masa berkabung. Kahinda saat ini melihat banyak tumpukan mayat prajurit yang tertata rapi di kayu bakar. Dan dia juga sedang Melihat tubuh Ibunya yang sedang digotong beberapa orang untuk diletakkan di kayu bakar paling depan. Ada beberapa orang termasuk Kahinda sendiri sedang membawa obor api ditangannya.

Setelah lantunan do'a yang dilayangkan Ram Wenang, Baik Kahinda dan beberapa orang langsung melemparkan obor api ke tumpukan kayu bakar. Perlahan, api yang kecil sekarang sudah semakin membesar. Upacara pemakaman terus berlanjut sampai semua api padam dan tak menyisakan apapun selain abu sisa pembakaran.

Kahinda terus menangis tak henti-hentinya menyaksikan tubuh ibunya yang termakan kobaran api. Sedangkan Ram Wenang sendiri hanya terdiam sambil mencoba untuk membuat Kahinda tenang.

***

Beberapa hari kemudian, setelah kejadian pemberontak dan menghilangnya Raja Marpala. Kahinda dan Ram Wenang ditemani beberapa pasukannya sedang mencoba untuk mencari tahu. Apa tujuan musuh menyerang dan menculik Raja Marpala. Walaupun kahinda sempat mengatakan bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan Marya Leksula dan adiknya Kahayu. Ram Wenang belum bisa memastikan bahwa Kahayu sendiri yang melakukan itu. Terlebih, Ram Wenang mendengar bahwa Kahinda sudah membunuh Marya Leksula dengan tangannya sendiri.

"Kahinda, Aku hanya menebak bahwa Raja Marpala saat ini mungkin diculik oleh Pasukan pemberontak yang dulu pernah sempat dibersihkan oleh ayahmu. Hanya saja, Aku sendiri masih bingung. Raja Marpala memiliki 4 orang sakti yang biasa menjaganya. Tapi aku tak menemukan salah satu diantara mereka..." Ungkap Ram Wenang sembari memikirkan langkah selanjutnya.

"Tapi aku mendengar sendiri Paman, Kahayu dan Marya Leksula memiliki Rencana untuk melenyapkan Ayahku" Ucap Kahinda teringat cerita Marya Leksula sebelumnya. Dimana kemudian Kahinda mencoba untuk kembali menceritakan apa yang dia dengar sendiri dari Marya Leksula. Dia terus menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan Marya Leksula dan Akhir dari hubungannya.

"Kamu bilang, Dia anak dari salah satu Pemberontak?" tanya Ram Wenang.

"Tapi, Dia juga bilang padaku Bahwa Ayahku salah menghukum ayahnya. Aku sendiri tidak tahu pasti apakah dia berbicara jujur saat itu. Dia juga sempat menyebutkan Ibunya yang tidak Terima akan kematian suaminya. Dan dia pergi dari Kerajaan Bersama Marya Leksula." Jelas Kahinda melihat Ram Wenang sedang mencoba untuk mengingat beberapa kejadian yang sudah lama.

"Mungkinkah?" Tiba-tiba Ram Wenang seperti mengingat kembali seseorang perempuan dengan seorang anak lelaki melewati perbatasan wilayah kerajaan dimasalalu.

"Jika memang bukan Suaminya, Mungkin kah Ibu Marya Leksula sendiri yang merupakan seorang pemberontak?" Sekarang Ram Wenang mencoba untuk menyuruh seseorang untuk memanggilkan Mantan pemberontak dimasa lalu.

Hingga beberapa jam kemudian, Setelah Ram Wenang dan Kahinda menunggu lama. Seseorang mantan pemberontak di minta untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan dilontarkan Ram Wenang padanya.

"Katakan, Apa dulu pernah ada seorang perempuan yang menjadi salah satu pimpinan pemberontak Kerajaan?" tanya Ram Wenang langsung.

Saat ini seorang mantan pemberontak duduk bersimpuh sambil memohon ampun pada Ram Wenang. Dia sadar dulu pernah salah jalan dan dirinya juga sudah bertaubat menjadi rakyat biasa. "Ampun Tuan Ram Wenang. Hamba hanya pion kecil yang tidak tahu apapun. Aku hanya dipaksa mereka untuk bergabung."

"Tapi hanya kamu seorang yang tersisa, dan anehnya Kanapa Raja Marpala tidak ikut mengeksekusi mu?. Jadi katakanlah dengan jujur, Apakah ada diantara kalian seorang perempuan yang memimpin pasukan pemberontak?" Ram Wenang bertanya kembali dengan nada Pakasaan. Dan terlebih kenapa Raja Marpala hanya menyisakan satu orang untuk diampuni.

"Baiklah tuan, Aku akan katakan dengan jujur. Aku Winggih Mayana sebenarnya adalah utusan Raja Marpala yang ditugaskan untuk menyelidiki siapa saja yang menjadi pemberontak dan aku bergabung dengan mereka hanya untuk tujuan mencari siapa saja diantara beberapa orang penduduk desa yang di curigai. Lalu, saat itu..." Winggih Mayana menceritakan secara detail beberapa orang yang memiliki tanda seorang pimpinan pemberontak.

"...Ya ada tanda tato dibagian tengkuk lehernya.."

"Dan Pimpinan tertinggi para Pemberontak bernama Rangsabala, Dia adalah pendekar Sakti"

Winggih mengakhiri ceritanya, dan dia menjadi saksi kunci dalam kasus pembasmian Para pemberontak Kerajaan.

Sekarang Kahinda mencoba untuk mengingat tentang tanda tato dibagian tengkuk leher seseorang. Dia memang sempat melihat bahwa adiknya juga memiliki tanda tato berbetuk Dua pedang bersilang di tengkuk lehernya ketika dia mendapati perselingkuhan Marya Leksula dan adiknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Wanita Kahinda   38. Mendapatkan Informasi, Rinung si Kembang desa

    Di belakang Mayapena bersaudara, kaliwu membuka mulutnya lebar-lebar ketika dia melihat ke arah keduanya. Dia melata pelan tanpa bersuara, tampak tubuhnya begitu elastis dengan Kepala mendongak ke bawah. Dia bukan ular kobra atau semacamnya, tapi dia mendirikan kepalanya seolah seperti tiang listrik. Dia memperlihatkan taringnya yang tajam sambil melirik ke arah Ragul. Dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan. Bahkan kedua Mayapena bersaudara pun tak sadar jika dibelakang mereka muncul sosok Ular besar. "Kak, Dia begitu mulus. Sebelum kita menggunakannya. Aku ingin mandi kembang terlebih dulu." Ucapan itu keluar dari mulut Ragul yang sedang meremas kain baunya. "Haha, Itu lebih baik." Balas Ragil yang sedang mengikat Kahinda dengan tali yang belum terikat kuat dan mengencangkan–nya. "Aku sudah tak butuh ini" Ragil melemparkan kain bau ke belakang dan itu tepat masuk ke dalam mulut Kaliwu. Kahinda yang saat ini belum memberikan aba-aba, begitu terkejut ket

  • Pendekar Wanita Kahinda   37. Jarum Bius, Kelumpuhan

    Ragul pun ikut melompat ke arah Kahinda. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk dijadikan pengalihan. Dia bersama Kakaknya, akan melakukan segala cara hanya untuk menangkap Kahinda, walaupun harus mempermalukan dirinya. Bagaimana pun, keduanya sudah sangat tergoda dengan kemolekan dan kecantikan Kahinda. Terlebih bagi Ragil sendiri, Kahinda adalah tipe wanita yang sempurna untuk dijadikan istrinya. Ragul hanya mengikuti keinginan Kakaknya, dia sekarang tertawa lebar ketika melihat Kahinda memperhatikan dirinya. Dia berdiri dengan begitu tegap dan berani. "Hey, Cantik lihat aku." Ucapnya sembari tertawa lepas, ketika dia memperlihatkan bulu ketiaknya. "Kalian berdua memang menjijikkan!" Bentak Kahinda seketika menerima tendangan Ragil di perutnya. Dia langsung terpental mundur ke belakang dan terjatuh ke sisi pinggir danau. Ragil dan Ragul kembali tertawa, ketika tahu Kahinda bisa dengan semudah itu dikalahkan. Ragul kemudian mengenakan pakaiannya kembali dan dia hanya ingin mempe

  • Pendekar Wanita Kahinda   36. Dua lawan Satu, Ragil dengan Rencana anehnya

    Ragil dan Ragul tak menyangka, Wanita didepannya begitu ahli dalam pertarungan. Keduanya pun mundur kebelakang ketika merasa pukulan palu mereka tidak membuat Kahinda menyerah. Bahkan keduanya sekarang begitu terkejut melihat Kahinda kembali membuat ejekan. "Dua lawan satu, Ayo kalian maju?!" tantang Kahinda membuat senyum cantik di depan mereka. Tampak bibir dan giginya telihat manis saat membuat senyum itu. Ragil kemudian meminta Adiknya untuk mundur dan berbisik beberapa hal. Dia ingin tahu apakah Kahinda memang sehebat itu, dan mampu membuat mereka mundur kebelakang. "Kau mengerti kan" tutur Ragil yang meminta Adiknya untuk melakukan sesuatu. "Malulah, Masa aku buka pakaian?" Ragul langsung dijitak Kakaknya yang memiliki Rencana dan siasat aneh. Kahinda terbengong beberapa saat, ketika dia melihat Ragil maju dan Ragul melangkah ke arah samping. Dia terus memperhatikan keduanya, "Apa yang kalian Rencana kan?" tanya Kahinda. Ragil hanya tersenyum sebelum dia pada akhirnya

  • Pendekar Wanita Kahinda   35. Darah, Dibayar

    "Haha, Aku sudah cukup lega sekarang. Wanita ini begitu mulus dan terasa Enak untuk digunakan." Tutur Sosok Botak berjanggut. Dia adalah Ragil Mayapena yang sedang mengikat seorang wanita cantik hasil tangkapannya. "Lain kali aku mau duluan Kakak, Aku juga mau merasakan Wanita yang masih Perawan." Ucap Ragul Mayapena sembari duduk dan memperhatikan Kakaknya yang sedang membenarkan celananya. "Tapi sayang, dia tak terlalu banyak menjerit. Padahal aku lebih suka Wanita yang melawan." Ucap Ragil Mayapena berjalan ke arah kudanya. Dan saat dirinya berbalik arah, dia langsung mendengar suara Ragul Mayapena yang terjatuh. "B–wah!" Ragul Mayapena tersungkur ke tanah ketika dirinya mendapatkan sebuah tendangan keras dari Kahinda. "Ragul!" teriak Ragil melihat ke arah seseorang Wanita yang berdiri di belakang Ragil. Ragul langsung bangkit, dan memperhatikan wanita di belakangnya. Dia langsung tersenyum melihat sosok Kahinda, "Kak, Bukankah dia Wanita di kedai." Ucap Ragul bangkit dan

  • Pendekar Wanita Kahinda   34. Negeri Yawena, duo Mayapena.

    Dua hari kemudian, Kahinda dan Wan Bin tengah mempersiapkan diri mereka untuk kembali memutar jalan. Mereka sedang menunggu Kaliwu menunjukkan kehebatannya. Di bantu Kahinda selaku majikannya, Kaliwu sedang memusatkan tenaga magisnya. Dari telapak tangan Kahinda, anting Kaliwu berkedip dan melata di tanah seperti ular kecil mainan. Ukurannya seperti sebatang rokok dan itu sangat kecil. Jika, di ibaratkan tubuh Kaliwu itu seperti tiga kecoa berjajar dan berbaris. Kahinda mencoba kembali pemanggilan bentuk besar ular Kaliwu. Dia berkonsentrasi penuh saat ini, dan ketika dua jarinya berada dan menempel di keningnya. Kahinda langsung menyalurkan tenaga Magis yang sudah dipelajari dari Kaliwu. Terlihat benang merah bersinar seperti cahaya laser langsung masuk ke dalam tubuh Kaliwu. Hanya sesaat, Kahinda melihat tubuh Kaliwu semakin membesar dan dia langsung mundur bersama Wan Bin. "W–argh!" Teriak Kaliwu menggema, sisik merahnya terlihat seperti lava berpijar ketika dirinya kembali k

  • Pendekar Wanita Kahinda   33. Tunggangan Ular Kuno

    Kahinda pun langsung menutup matanya, dan perlahan dia merasakan sensasi dingin di wajahnya. Dia benar-benar ketakutan ketika melihat taring tajam dan juga panjang hendak menusuk dirinya. "Apa yang kamu lakukan!" teriak Wan Bin yang langsung di lilit ekor kaliwu. Dia tidak mampu bergerak ketika merasakan lilitan itu terus meremas tubuhnya. "Haha, Bagaimana ya rasanya daging manusia??" tanya Kaliwu mengarahkan ekor ke wajahnya sendiri. Dia ingin melihat tatapan ketakutan Wan Bin saat ini. "Apa kamu suka makan daging ular?." Saat ini Kaliwu hanya ingin membalikkan perkataan Wan Bin yang beberapa menit yang lalu tergiur dengan dagingnya. "Kaliwu, lepaskan Wan Bin!." Ucap Kahinda merasakan dan melihat ingatan kaliwu di dalam pikirannya. Kahinda tidak takut, hanya saja dia sedikit merasa pening ketika dirinya terhubung dengan Kaliwu. Walaupun hanya sesaat, Kahinda melihat gambaran wajah seseorang perempuan cantik yang merupakan Ratu ular. Sampai beberapa menit kemudian, Kaliwu lang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status