*Sayangku, Magani…
*Maaf, aku baru bisa memberikan surat ini kepadamu. Hari ini tepat satu tahun aku pergi, bukan?
“Salah. Satu tahunmu masih dua bulan lagi, Mas…” Magani berbicara sendiri saat membaca kembali sebuah surat yang diberikan pengacara Herjuno Jagapati padanya.
Seharusnya surat itu diamanahkan untuk diberikan pada Magani satu tahun setelah Herjuno meninggal. Namun karena kedatangan istri siri Herjuno yang tak terduga, akhirnya sang pengacara terpaksa memberikan surat itu pada Magani lebih awal.
*Aku memiliki istri lain selain dirimu. Namanya Weni Amanda. Aku juga punya anak darinya. Anak itu bernama Tangguh Askara. Usianya empat belas tahun sekarang. Kamu pasti sangat terkejut.
“Aku terkejut. Sampai aku nyaris ingin membongkar tanah makammu untuk dapat langsung memakimu, Herjuno!”
*Aku tahu aku salah. Aku s
Raja melangkah memasuki rumah keluarga Jagapati seraya menyugar rambut. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur di rumah, dan sore ini memutuskan pulang karena sang ibu terus-terusan cerewet memintanya pulang.Pria ini memijat pangkal hidung saat kepalanya terasa berat. Rasa kantuk sepertinya mulai mengendalikan tubuh.“Aku sedang kerja. Kenapa kamu tidak sabaran sih?!”Langkah Raja terhenti saat mendengar suara itu. Detakan jantungnya berpacu kencang, karena tahu siapa si pemilik suara. Wanita cantik yang sudah berhasil menjerat hatinya, bahkan di pertemuan pertama mereka. Sang pengacara, Velindira Gunawan.Raja melangkah perlahan dengan hati-hati, dan langsung disuguhkan dengan punggung indah sang pengacara yang saat ini sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Ia menghentikan langkah tak jauh di belakang Elin.Kenapa wanita itu bisa ada di rumahnya?Raja memaki kesal dirinya di dalam hati setelah tersadar. Tentu saja wanita itu ada di sini. Pasti Elin sedang membahas pen
“Mbak Velindira!”Elin yang baru saja akan masuk ke dalam mobil Bima, dikejutkan oleh sebuah suara seorang pria. Ia mengenali suara itu. Segera saja Elin mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Tak jauh di depannya, sang klien mengesalkan a.k.a Raja Buana Jagapati sudah berdiri di luar gerbang rumah keluarga Jagapati.Dahi Elin mengernyit dalam. Pria itu… sedang apa di luar gerbang?Elin menahan napas saat Raja mendekat. Jantungnya berdetak kencang seperti genderang mau perang~Apakah Raja ingin meminta maaf atas sikapnya tadi?Kedua tangan Elin mengepal kuat. Ia menggigit bibir gemas.‘Jangan terlalu percaya diri, Elin! Lagi pula… kenapa Raja harus meminta maaf? Memang apa salahnya jika Raja bersikap formal? Bukankah memang seharusnya seperti itu? Hubungan kalian hanya sebatas klien dan pengacara! Ke mana sikap profesionalmu selama ini, Velindira Gunawan?!’maki Elin di dalam hati pada
“Bang Raja mau ke JCA?”“Tidak. Saya ada urusan sebentar, Jim. Jaga Perfect Bubbles ya.”“Enggak usah disuruh, saya selalu akan menjaga Perfect Bubbles seperti anak sendiri, Bang.”Raja terkekeh geli saat Jimmy, salah seorang karyawan yang dia percaya bercanda seperti itu. Jimmy adalah orang yang memegang Perfect Bubbles pusat setelah Raja disibukkan dengan JCA. Pria itu juga seringnya berada di mess daripada pulang.Tempat pencucian mobil milik Raja ini dilengkapi mess yang ada di lantai atas bangunan berlantai dua ini.Sejak awal proses pembuatan bangunan untuk Perfect Bubbles, Raja sengaja memfasilitasi mess untuk calon pekerjanya. Raja beranggapan, mungkin saja nanti para pekerjanya berasal dari luar kota. Mereka bisa menghemat uang karena tidak harus mencari tempat kos atau kontrakan. Tapi jika pekerjanya ingin suasana yang lebih pribadi, tentu saja Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bebas ingin mengontrak sendiri. Asalkan kinerja mereka baik.Selain itu, tempat ini juga dil
Elin mengaduk minumannya tak bersemangat. Sudah satu minggu semangatnya pergi entah ke mana. Elin tidak tahu mengapa sikap Raja satu minggu yang lalu mengganggu pikirannya. Elin sampai berpikir, apakah dia punya salah pada pria itu? Mungkin saja tak sengaja ia melukai hati Raja. Tapi semakin dia ingat setiap pertemuan dan kebersamaannya dengan Raja, Elin merasa tidak ada yang salah. Ia tidak punya salah apa pun. Elin yakin itu!“Kusut banget, Lin.”“Kalah sidang?”
“Something wrong, Elin?” tanya Sabrina terheran-heran.“Eh?” tanya Elin bingung.“Lo demam?”Elin menggeleng saat Kejora bertanya dengan khawatir.“A-aku tidak demam.”“Terus kenapa muka lo merah?” Kali ini Faira yang lanjut bertanya padanya.“Kamu sedang headache? Sampai geleng-geleng kepala begitu.”“A-aku tidak demam, aku tidak sakit kepala, dan mukaku tidak merah,” sangkal Elin. Ia berusaha meredakan debaran di jantungnya karena nama Raja yang tiba-tiba nyelonong begitu saja di pikiran.Ya ampun… bisa-bisanya dia berpikir jika ciri-ciri itu adalah ciri-ciri seorang Raja.‘Raja… Raja… Raja, enyahlah dari pikiranku!’ jerit Elin di dalam hati.“Jelas-jelas muka lo merah. Masih aja mau nyangkal.”“Masa sih?” tanya Elin pura-pura bodoh. Padahal dia juga merasakan jika mukanya panas, yang kemungkin terlihat memerah.“Mau I pinjemin mirror?”Elin menggeleng saat Sabrina dengan polosnya mengatakan hal itu. “Tidak perlu.”“Terus kenapa lo geleng-geleng kepala kayak tadi?”“Aku…”Elin terdi
Raja melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Ia menyugar rambut. Memperhatikan sekeliling kafe dengan suasana lampu yang temaram. Membuat suasana kafe jadi romantis. Entah berapa kali ia ke kafe ini dalam satu tahun belakangan. Bukan karena ingin ketemuan sama pacar yang sampai sekarang ia tidak punya, tapi karena kencan buta yang beberapa kali ia jalani.Tempat ini lumayan tenang untuk membuat orang-orang yang baru berkenalan dapat mengobrol banyak untuk dapat saling mengenal lebih jauh.“Pengacara Velindira Gunawan yangbeauty all the time, tapi tetap aku yang palingbeauty, janganruinpertemuan kita dengan membahas pria yang terbuat dari es besi itu!”Deg!Raja langsung melotot saat mendengar suara wanita yang menyebut nama pengacaranya. Velindira Gunawan? Tidak mungkin ada orang lain yang memiliki nama yang persis sama, bukan?Terdengar tawa beberapa wanita dari arah sofa
“Aku berterima kasih karena Mas Raja mau memaafkan apa yang pernah terjadi di antara kita.”Raja hanya membalas dengan senyum demi kesopanan. Ternyata pasangan kencan butanya adalah wanita yang beberapa bulan lalu menuduhnya berbuat mesum di dalam sebuah bus, Erika.Takdir macam apa ini???Setelah saling terkejut, suasana di sekitar dua orang ini benar-benar canggung. Tapi karena pertemuan ini sudah terlanjur terjadi, Raja dengan mempertahankan kesopanannya, mempersilakan wanita yang ternyata memiliki nama panjang Erika Zahra itu untuk duduk.Mereka berada di dalam kecanggungan beberapa saat, sampai akhirnya Erika meminta maaf dan Raja mengatakan sudah melupakan kejadian tersebut.“Aku sering dengar tentang JCA. Banyak brand-brand besar yang bekerja sama dengan perusahaan Mas Raja ternyata. Hahaha…” Wanita itu terus mengoceh untuk membangun pembicaraan.Sepertinya Raja melihat tanda-tanda kalau Erika adalah anggota spesies bermuka dua. Setelah mengetahui siapa dirinya, wanita itu jadi
“Apa sih kalian. Ya sudah, pulang yuk.”“Gue sama Kejora di sini dulu. Nunggu jemputan. Sama mau ngepoin kondisi si Bani.”“Ide bagus. Gue pengen liat sebanyak apa pengaruh si Micin ke Bani."“Kalian benar-benar Ratunya kepo dan tegaan! Bisa-bisanya mau tahu sampai segitunya.""Bukan tegaan. Justru kita nanti mau kasih wejangan buat Bani biar enggak sedih lagi karena 'ditinggal' si Vitamin rambut. Itu juga kalau Bani-nya keliatan sedih sih.""Setuju! Kita malah ikut prihatin sama Bani karena jadi korbannya si Micin.""Aku tidak akan bisa menang dengan segala argumen kalian. Sepertinya kalian yang lebih cocok jadi pengacara."Tawa ramai kembali terdengar dari meja Elin."Kalau begitu aku pamit ya. Aku harus segera kembali ke kantor. Kasihan juga Bima yang menungguku."Seluruh tubuh Raja semakin panas saat nama si penghianat itu keluar dari mulut Elin.Raja bangkit dari dudu