Share

Bab 4. Cucu Menantu

Author: Lafiza
last update Huling Na-update: 2025-06-30 12:33:33

Mata Adam tampak bersinar cerah. Tapi tidak lama kemudian kembali redup. 

Gadis di sebelah cucunya terlihat biasa. Cantik. Rambut gelapnya dikuncir ke belakang memperlihatkan wajah tanpa make up. Tapi menurutnya masih tidak cocok dengan Felix. Gadis ini terlihat mungil. Hanya mengenakan kaos dan jaket denim. Ada juga jeans yang mulai pudar warnanya dipadu sepatu kasual. Entah dari mana sang cucu yang hebat menemukannya.

“Hallo, Kakek. Aku Anna Sawyer. Kakek pasti akan hidup seribu tahun lagi. Jangan percaya kata-kata dokter. Mereka hanya menginginkan uangmu.” Anna bermaksud menghibur pria tua yang terlihat sangat sakit di tempat tidur. 

Kakek Felix tercengang begitu mendengar ucapan Anna. Itu bukan sesuatu yang bisa sering dia dengar. 

Felix mengangkat alis. Sudut mulutnya sedikit bergerak mendengar lelucon itu. 

Melihat dua orang dengan respon yang tidak sesuai harapan, Anna menggaruk belakang kepalanya.

“Maaf. Aku tahu itu tidak lucu. Tapi para dokter itu sudah sering membuatku kesal. Aku tidak menyukai mereka. Kakek, lebih baik tinggal di rumah dari pada di sini. Tempat ini akan membuatmu makin sakit. Auranya di sini sangat buruk. Bahkan orang sehat pun bisa sakit jika terlalu lama di sini. Kau lihat saja aku. Tadinya aku masih baik-baik saja. Baru beberapa menit di sini, rasanya kepala dan perutku mulai sakit.” Anna bicara panjang dalam satu tarikan napas dan benar-benar merasa kepala dan perutnya sakit.

Sesungguhnya dia merasa sangat lapar. Ini hampir jam  satu malam.

Adam Harrington yang biasanya cerewet dan pemarah tidak bisa berkata-kata. Dia melihat pada Felix dan menangkap kilasan rasa puas di wajah cucunya.

Gadis ini memiliki kemampuan lisan yang tidak terkatakan. Tapi wajah polosnya membuat siapa pun tidak bisa marah secara terang-terangan.

Adam berdehem sebelum bicara. Dia memikirkan beberapa kalimat yang cukup pantas.

“Oh, kalau begitu kalian bisa pulang lebih dulu. Aku tidak ingin cucu menantuku tiba-tiba sakit.” Dia mengusir keduanya secara halus.

Sudut mata Adam melirik Felix dan memberi semacam tatapan peringatan. Dia tidak ingin  tekanan darahnya naik jika anak ini terus berada di sekitarnya.

Lagi pula Adam memiliki semacam firasat buruk sehubungan dengan gadis yang dibawa Felix.

***

Hampir pukul tiga dini hari ketika mereka meninggalkan rumah sakit. Anna duduk terkantuk-kantuk di ujung kursi penumpang belakang. Dia tidak berani memejamkan mata mengingat siapa yang sedang duduk di ujung lainnya.

Waktu tiba di kediaman Harrington yang besar, suasananya sangat sunyi. Anna menatap bangunan berlantai dua di depannya dengan ekspresi rumit. Ini tampak seperti istana versi modern.

“Ayo, masuk.” Felix berjalan melewati Anna yang masih melongo di halaman, tampak tidak peduli apakah gadis itu akan mengikutinya atau tidak.

Dua pria anak buah Felix pergi ke bagian bangunan yang lain di sekitar sana.

Anna agak gugup. Tapi bagaimana pun dia harus ikut masuk. Udara menjelang subuh sangat dingin. Perutnya juga sudah lapar. Dia berharap orang-orang di dalam sana tidak begitu pelit untuk memberinya makan.

Dengan pemikiran itu, Anna bergegas menyusul Felix.

Hanya seorang pelayan yang menyambut mereka di ruang tamu. Dia seorang pria tua dengan seragam dan penampilan yang sopan.

“Tuan Felix.” Dia menyapa hormat. Matanya beralih pada seorang gadis di belakang pria itu. Senyumnya standar saat menyapa Anna. “Nona....”

“Namanya Anna Sawyer. Kau bisa memanggilnya nyonya Harrington.” Felix memotong kalimat pelayan bernama Garret itu. Lalu ujarnya pada Anna. “Ini Garret, kepala pelayan di sini. Jika kau perlu sesuatu, kau bisa meminta bantuannya.”

Kemudian tanpa peduli dengan keterkejutan di wajah  Garret, Felix meninggalkan ruang tamu.

“Hei—maksudku, Sayang. Aku sangat lapar dan ingin makan sesuatu. Kau tidur saja lebih dulu. Tidak perlu menungguku.” Anna berkata pada Felix sambil melirik Garret.

Felix yang baru menaiki anak tangga menghentikan langkahnya. Dia merasa terganggu dengan panggilan ‘sayang’ itu. Tapi setelah beberapa detik, dia tidak berkomentar apa-apa dan melanjutkan langkahnya.

Siapa yang akan menunggu seseorang untuk tidur? Felix mendengus dingin.

Anna pikir Felix cukup puas dengan aktingnya. Tadi dia tidak menyangka kalau akan langsung diperkenalkan sebagai nyonya Harrington. Walau dia tidak peduli. Tetap saja dia merasa sedikit tersanjung. Pernikahan berdasarkan kesepakatan ini benar-benar membuatnya tidak nyaman. Jika dia sedikit lebih santai, mungkin dia tidak akan terlalu canggung.

“Mm, Garret, aku sangat lapar. Apa kau bisa menyiapkan sesuatu. Terserah apa saja. Aku tidak pilih-pilih dalam hal makanan.” Anna menyentuh wajahnya saat merasakan tatapan Garret yang tidak wajar, antara terkejut dan tidak percaya.

“Baik, Nyonya. Tidak masalah. Nyonya bisa menunggu sebentar.” Garret memimpin ke ruang makan dengan kepala di penuhi banyak kalimat pertanyaan.

Anna bisa melihat tanda tanya yang mengapung di atas kepala pria itu. Dia nyaris terkikik sendiri.

Ketika Garret menyuguhkan beberapa menu makanan di meja makan, Anna mulai bicara. “Kau pasti terkejut dengan kedatanganku dan status nyonya Harrington ini.” Matanya bersinar saat melihat sepotong paha ayam goreng di piring saji. Dia mengambil satu dan mulai menggigit.

“Pelayan seperti saya tidak berhak menanyakan apa pun yang menyangkut masalah pribadi majikan.” Garret tersenyum bijak. Dia berdiri agak jauh di sebelah Anna, bersiap menunggu apa pun yang diperintahkan.

Anna tidak peduli dengan respon Garret. Dia mengunyah dengan cepat dan mengabaikan beberapa etiket makan yang sebenarnya pernah juga dipelajarinya.

“Sebenarnya, aku juga terkejut. Tiba-tiba saja Felix ingin menikahiku.” Anna tertawa sendiri. Hanya dia yang tahu kalau tawanya adalah bentuk dari kesedihan dan rasa tidak berdayanya.

Ini memang terjadi dengan tiba-tiba, pikirnya.

“Tapi siapa yang bisa menolak seorang Felix? Bahkan jika dia ingin menikahi seorang pria sepertimu, kau juga tidak bisa menolaknya.” Anna menggigit potongan ayam di tangannya dalam satu gigitan besar. Matanya sedikit berkabut. Pikirannya tenggelam pada beberapa hal menyedihkan dan tidak menyadari  bicaranya yang konyol.

Siapa yang bisa menolak keinginan seseorang dengan senjata yang ditodongkan ke kepalamu? Anna menggerutu dalam hatinya.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 175. Makan Gratis untuk Semua Orang

    Felix berdehem pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. Nada suaranya terdengar santai namun cukup keras untuk didengar beberapa meja di sekitar mereka."Hari ini kita kedatangan tamu seorang aktor dari luar negeri. Dia akan membayar semua tagihan makan malam ini. Jadi, jangan menahan diri." Setelah mengatakan itu dengan sangat tenang, dia tidak memedulikan tatapan terkejut yang mulai bermunculan di sekitarnya. Dia mengangkat gelas wine-nya dan menyesap dengan ekspresi puas, seolah baru saja mengumumkan sesuatu yang luar biasa.Caleb yang hendak memasukkan potongan daging ke mulutnya langsung membeku. Mulutnya terbuka sedikit, ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak ada kata yang keluar. Dia tidak percaya dengan pendengarannya.Apakah pria menjengkelkan ini telah ketularan penyakit istrinya? Caleb dipenuhi keluhan. Bukankah ini sama persis yang dilakukan Anna padanya tempo hari?Dua pengawal yang duduk di meja sebelah nyaris tersedak. Bukankah tuan sudah meniru nyonya dan menjadi tidak

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 174. Aku Tidak Ada Hubungannya

    "Sayang, aku kehilangan nafsu makan di rumah. Jadi, kupikir lebih baik menyusul ke sini. Mungkin makan gratis bisa mengembalikan selera makanku." Felix berkata tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun. Anna hanya bisa tercengang melihat kehadiran pria itu yang tiba-tiba. Butuh beberapa saat baginya untuk memproses situasi ini. "Kau, bagaimana kau bisa tahu aku di sini?" tanyanya dengan nada tidak percaya.Lalu dia teringat dua gadis di meja sebelah. Tentu saja, ini pasti ada hubungannya dengan mereka. Pasti salah satu dari mereka yang mengirim pesan pada Felix. Anna menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa dirahasiakan dari pria ini.Caleb sendiri tidak mengira jika Felix akan datang. Wajahnya sempat menunjukkan ekspresi terkejut sebelum kembali tersenyum. Pria ini sangat membencinya dan selalu menolak bertemu. Dan kini, di tengah makan malam yang tidak direncanakan ini, Felix justru muncul dengan sendirinya."Felix, kebetulan sekali. Akhirnya kita bisa makan malam bersama." Caleb

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 173. Tidak Ada yang Keberatan

    Caleb tersenyum pahit. Alisnya terangkat sedikit.Gadis ini menebak tepat bahkan tanpa melihat. Dia memang sedang berpikir tentang Anna. Bagaimana dia tahu?"Kau terlihat cantik malam ini." Dia mencoba memberikan pujian. Semua orang menyukai pujian, bukan? Itu adalah pengetahuan dasar dalam berinteraksi dengan orang-orang."Aku selalu terlihat cantik kapan pun. Kau tidak perlu bersusah payah mengatakannya." Anna sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Caleb. Bahkan dia tidak mengangkat wajahnya dari ponsel untuk menatap pria itu.Wajah Caleb langsung menjadi masam. Gadis ini kenarsisannya mengalahkan dia sendiri. Dan itu adalah pencapaian yang tidak mudah, mengingat Caleb sendiri tidak kekurangan kepercayaan diri.Suara ponsel Anna terdengar kontras dengan suasana sekeliling. Di meja-meja lain, percakapan berlangsung dengan volume yang sopan, diselingi dentingan peralatan makan yang halus. Sementara dari meja mereka, terdengar teriakan karakter game dan efek suara pertempuran. Cal

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 172. Kau Terlihat Seperti Orang Bodoh

    Ketika pelayan datang membawakan buku menu, Anna tidak lagi mau bersusah payah membacanya. Huruf-huruf yang tercetak di atas kertas berkualitas tinggi itu terasa melelahkan untuk dipandang. Lagi pula, dia sudah cukup lelah memperhatikan semua detail mewah di restoran ini."Berikan kami semua hidangan terbaik dan termahal di tempat ini." Anna memesan tanpa sedikit pun melirik buku menu. Tangannya melambai ringan, seolah memesan hidangan termahal adalah hal yang biasa dilakukannya setiap hari.Pelayan wanita itu terdiam sejenak, matanya berkedip beberapa kali. Dia melirik ke arah Caleb, mencari konfirmasi. Pesanan seperti ini jarang datang dari meja biasa. Biasanya, tamu yang memesan dengan cara demikian adalah mereka yang duduk di ruang VIP.Pelayan hendak menanyakan hal lainnya, tapi Caleb segera memberi isyarat agar sang pelayan membawakan saja yang dipesan gadis itu. Tangannya terangkat sedikit, gerakannya halus namun tegas. Pesannya jelas: lakukan saja apa yang diminta.Sambil mela

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 171. Kau Terlihat Bagus

    Caleb menunggu Anna di dekat pintu masuk restoran dengan gelisah. Tangannya sesekali merapikan dasi sutra yang melingkar di lehernya, memastikan semuanya sempurna. Ketika sosok Anna akhirnya muncul dari balik pintu kaca besar, napasnya hampir terhenti.Dia menatap dengan terpesona pada nyonya muda itu. Meski hanya mengenakan gaun putih selutut yang sederhana dan riasan wajah tipis, Anna terlihat seperti peri yang turun dari lukisan kuno. Gaun itu mengalir lembut mengikuti setiap gerakannya, dan cahaya lampu restoran memantul lembut pada kulit putihnya yang bersih. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai natural, hanya diikat sebagian di belakang dengan jepit sederhana.Caleb menelan ludah. Jika saja dia tidak tahu identitas dan menyelidiki tentang gadis ini, dia pasti akan tertipu dan mengira kalau Anna hanyalah seorang gadis SMU yang lemah dan polos. Penampilannya yang lembut dan tak berdosa benar-benar menipu. Dia dengar gadis ini suka berkelahi dan sedikit tahu bela diri. Bahkan a

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 170. Jangan Berani Mengadu

    Hari berikutnya, kelas terakhir berlangsung tepat seusai makan siang. Anna mengemas bukunya dengan tergesa-gesa. Dia hampir tidak sabar untuk meninggalkan ruangan yang pengap ini. Beberapa teman sekelasnya melirik dengan penasaran, tapi Anna tidak peduli. Dia melangkah keluar dengan cepat, diikuti oleh dua pengawal yang setia berjalan beberapa langkah di belakang.Saat tiba di tempat parkir, Anna menemukan sosok itu lagi. Pria itu berdiri dengan santai di samping mobilnya yang mengkilap, dan begitu Anna melihat penampilannya, gadis itu langsung terbahak keras tanpa bisa menahan diri."Kakak, kupikir tadi aku sedang melihat wortel sebesar manusia," ujar Anna di sela tawanya yang pecah tanpa terkendali. Tangannya bahkan memegang perutnya yang sakit karena menahan gelak tawa.Dua gadis pengawal yang mengikuti Anna nyaris ikut tertawa juga. Bahu mereka bergetar menahan keinginan untuk ikut tertawa lepas. Kalau saja mereka tidak khawatir dengan nama belakang Caleb dan posisi mereka yang ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status