Helena terpaksa mengikuti, meski hatinya semakin kesal. Ini bukan pertemuan yang dia bayangkan. Dia sudah membayangkan makan malam di restoran mewah dengan pembicaraan yang mendalam tentang hubungan mereka. Bukan berkeliling taman hiburan sambil membawa tas-tas berisi mainan.Antrean bianglala cukup panjang. Anna menggunakan kesempatan itu untuk memperlihatkan semua barang yang sudah dia beli.“Helena, lihat ini!” Anna mengeluarkan kalung dengan liontin berbentuk hati dari salah satu tas. “Cantik kan? Toko perhiasan di sana juga menjual gelang yang serasi. Kau mau aku belikan?”“Tidak perlu,” jawab Helena ketus, hampir kehilangan kendali diri.Anna sedikit terheran dengan reaksi Helena, tapi dia mengira wanita itu hanya lelah. “Kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat pucat. Mau duduk dulu di bangku sana?”“Aku baik-baik saja.” Helena menjawab sambil memaksakan senyum.Adam yang melihat ketegangan di antara mereka berdua merasa semakin tidak nyaman. Dia tahu Helena kecewa dengan pilihan te
Taman hiburan di malam hari memiliki pesonanya sendiri. Musik dari berbagai wahana bercampur menjadi satu, menciptakan keriuhan yang menyenangkan. Lampu-lampu aneka warna berkelap-kelip menyilaukan mata. Aroma jagung bakar dan permen kapas naik di udara malam yang sejuk.Anna berlarian seperti anak kecil yang baru pertama kali ke taman hiburan. Matanya berbinar-binar melihat setiap stan permainan yang mereka lewati. Di tangannya sudah ada boneka beruang kecil hasil menembak balon, sementara di bahu kanannya tergantung tas berisi berbagai pernak-pernik yang tidak berguna tapi menggemaskan.Silvia tidak terlihat di sekitarnya. Anna pergi bersama Adam setelah meminta ijin pada Felix dengan alasan untuk menemui teman masa lalu ibunya. Empat orang penjaga mengikuti mereka untuk berjaga dari jarak yang aman.“Kakek, lihat! Permainan lempar ring! Aku pasti bisa mendapatkan boneka panda besar itu!” Anna menunjuk dengan antusias ke arah stan permainan di ujung jalan.Adam yang berjalan beberap
Silvia hampir saja mengatakan dengan jujur tentang Andrew Stewart. Tapi lalu terpikirkan olehnya, Felix Harrington pastilah orang yang berada di balik kedatangan pengacara legendaris ini. Anna tidak mengetahuinya yang hanya berarti tuan Harrington telah menyembunyikannya. Bagaimana dia bisa membongkar rahasia sang majikan?Dia buru-buru menggeleng sambil berusaha menjaga raut wajahnya tetap tenang. "Tidak kenal. Aku tidak pernah mendengar namanya."Ampuni aku Tuhan.Ingin sekali Silvia memberitahu kebenaran. Mungkin dengan itu pasangan langka ini tidak akan terus saling cemberut tiap bersama. Kenyataannya tuan Harrington cukup peduli dengan isterinya, hanya saja kedua orang ini terlalu keras kepala untuk mengakuinya.Di sebelahnya, Anna kecewa. Dia memiliki dugaan, pengacara keluarga Langford takut pada tuan Stewart. Itu terlihat dari cara dia melihat pria tua itu dengan mata yang hampir tidak berkedip. Dia penasaran dengan identitasnya. Siapa sebenarnya Andrew Stewart itu?Oh, tentu
Anna mengerjapkan mata pelan. Wajahnya dipenuhi kebingungan ketika melihat Joseph Collins, pengacara keluarga Langford yang sejak awal tampak begitu yakin, tiba-tiba memutuskan mundur dari persidangan.Ini seperti keajaiban.Sudah dibayangkannya dua pengacara yang bertarung untuk membela kliennya. Tetapi tiba-tiba, begitu pengacara yang mendampinginya datang, si Joseph ini menyatakan mundur. Anna mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ada percakapan rahasia antara kedua pengacara itu? Atau ada ancaman terselubung yang membuatnya gentar?"Dia—menyerah?" bisik Anna, nyaris tidak percaya. Suaranya begitu lirih hingga hampir tenggelam dalam keheningan ruang sidang. Matanya beralih ke pria tua di sebelahnya yang masih duduk dengan tenang, seolah-olah tidak ada hal mengejutkan yang baru saja terjadi. "Bagaimana mungkin?"Andrew Stewart masih duduk tenang, seperti tidak ada hal mengejutkan yang baru saja terjadi. Bahkan, ada senyum tipis yang mengambang di bibirnya, seakan dia
Nyaris semua pengunjung sidang yang hanya sedikit menoleh ke arah pintu masuk. Mereka adalah beberapa keluarga dekat Langford, teman karib Dorothy dan beberapa mahasiswa yang sedang belajar hukum. Di pihak Anna sendiri hanya ada Silvia yang duduk dengan perasaan nyaris sama dengan Anna, gugup. Lalu ada wartawan dari majalah gosip yang bersiap menulis berita ringan tentang penyerangan seorang gadis muda terhadap puteri dari keluarga Langford.Dari pengunjung yang sedikit, hanya segelintir yang mengenal orang yang baru tiba.Seseorang di bangku pengunjung berbisik, “Astaga. Itu Andrew Stewart.”“Andrew Stewart? Siapa dia?” Temannya terlihat bingung.Seseorang itu tidak segera menjelaskan. Dia takjub dengan kehadiran pria tua itu. “Kau tidak tahu siapa Andrew Stewart?” bisiknya pelan. “Dia adalah legenda hidup di dunia hukum. Pria yang tidak pernah kalah dalam persidangan selama dua puluh lima tahun kariernya.”Joseph Collins di kursi pembela langsung menoleh. Jantungnya berhenti sesaat
Hari persidangan segera tiba.Pagi sekali Anna sudah pamit pada Adam dengan wajah sedih. Katanya, "Kakek, janji temu lusa aku tidak yakin bisa datang. Bagaimana kalau jadwalnya kita mundurkan lagi hingga tahun depan?"Mereka akan bertemu Helena Kingsley, kekasih Adam dua hari lagi. Saat Adam menjanjikan itu, Anna lupa bahwa dia sedang menghadapi sebuah tuntutan hukum sehingga mengiyakan saja. Tadi pagi saat terbangun dan memikirkan persidangan yang akan dihadapinya, Anna melirik pada ranjang Felix tapi malah menemukan sofanya. Dia lupa kalau dia yang tidur di ranjang Felix dan si pemilik entah di mana.Anna berdiri di depan cermin kamarnya, menatap pantulan dirinya dengan gelisah. Dia sedang bersiap-siap dengan sebuah gaun putih untuk mencerminkan kepolosan dari seorang gadis yang lemah yang tak akan menyakiti siapa pun. Tangannya gemetar saat merapikan kerah gaun itu. Anna pernah melihat seorang tersangka yang duduk di kursi pesakitan. Dia seorang ibu tua yang tampak baik hati. Tak a