Share

Janji

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-05-30 14:39:37

Malam harinya, di dalam kamar utama Mansion yang paling luas, udara terasa lebih hangat dari biasanya.

Lampu tidur menyala temaram, mewarnai ruangan dengan semburat oranye lembut.

Zanitha dan Ananta berbaring di atas ranjang, saling berpelukan.

Mereka baru saja menidurkan Ares tanpa drama bahkan Ananta tidak selesai membaca dongeng karena Ares terlalu kelelahan bermain dengan mainan barunya.

Zanitha mengenakan kaftan tidur tipis, sementara Ananta hanya memakai celana training dan kaus polos.

Di antara mereka, keheningan nyaman mengisi udara.

Zanitha menyandarkan kepalanya di dada Ananta, mendengarkan detak jantung laki-laki itu yang stabil dan menenangkan.

Tangan besar Ananta mengusap-usap rambut Zanitha dengan gerakan lambat.

“Aku belum berhenti bersyukur,” bisik Ananta tiba-tiba, suaranya rendah, nyaris serak.

Zanitha menoleh sedikit, mengangkat dagunya untuk menatap wajah suaminya.

“Bersyukur karena apa?” tanyanya lembut.

Ananta menatap dalam ke mata istrinya, matanya ge
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
ending-in aja thor. sdh happy. beres semua. apalg? ga usah macem2 n intrik lg deh. fin. end. tamat.
goodnovel comment avatar
Deee12
Hahahha kira² anak zanitha nih sepantaran anaknya siapa ya di keluarga gunadhya ? Keknya ares boleh lah dijodohin ama klan gunadhya wkwkwk
goodnovel comment avatar
elisah fitriyani
sudah mendekati akhir nih hiks.. semoga dibuatkan novel anaknya zanitha sama salah satu anak gundhya ya mba erna hehe
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Awal Perjalanan Panjang

    Pagi itu, di bawah langit Zurich yang kelabu, Rafael berdiri di depan sebuah pintu kayu sederhana di distrik pinggiran kota.Tangannya terangkat, nyaris mengetuk tapi ragu.Untuk ke sekian kalinya, dia bertarung dengan rasa takutnya sendiri.Takut ditolak.Takut dianggap menjijikkan.Takut kehilangan satu-satunya harapan baru dalam hidupnya.Dengan gemetar, akhirnya Rafael mengetuk pintu.Beberapa detik berlalu, lalu pintu itu terbuka perlahan.Nayla berdiri di sana, mengenakan sweater hangat warna abu-abu dan jeans sederhana.Wajahnya datar, tanpa ekspresi.Tatapannya menusuk, menembus dada Rafael.“Aku sudah bilang, jangan datang lagi, Rafael,” ucap Nayla tanpa basa-basi.Suara Nayla terdengar berat, tegas, penuh luka.Rafael menelan ludah, tetap berdiri di sana.“Aku cuma mau bicara. Lima menit saja. Kumohon,” katanya, suaranya parau.Nayla menghela napas keras, lalu menggeser tubuhnya sedikit memberi jalan.“Lima menit. Tidak lebih,” katanya dingin.Rafael melangk

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Resmi Bercerai

    Pagi itu, Zurich dibalut kabut tipis.Udara terasa berat, menyesakkan dada.Di sebuah kamar di mansion kecil yang disediakan keluarga Von Rotchschild untuknya, Winna berdiri di depan cermin besar, mengenakan blazer hitam yang dulu pernah membalut tubuhnya dengan kebanggaan—kini tampak kebesaran, menggantung di bahunya yang mulai mengurus.Tangannya gemetar saat mencoba merapikan rambutnya.Sekali, dua kali, lalu menyerah.Apa gunanya tampil sempurna, kalau ia tahu… dunia yang ia pertahankan selama ini akan runtuh hari ini?Dengan langkah berat, Winna mengambil tas tangan hitam kecil dari atas meja, lalu meraih ponselnya.Pesan pendek dari pengacaranya sudah menunggu.Pengacara : Sidang final jam 09.00. Mohon hadir tepat waktu.Winna menarik napas panjang, mencoba menahan gemuruh ketakutan dalam dadanya.Namun saat kakinya melangkah keluar kamar, tubuhnya terasa goyah—seolah sebagian jiwanya tertinggal di tempat itu.Di dalam mobil yang membawanya ke gedung pengadilan, Winna

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Janji

    Malam harinya, di dalam kamar utama Mansion yang paling luas, udara terasa lebih hangat dari biasanya.Lampu tidur menyala temaram, mewarnai ruangan dengan semburat oranye lembut.Zanitha dan Ananta berbaring di atas ranjang, saling berpelukan.Mereka baru saja menidurkan Ares tanpa drama bahkan Ananta tidak selesai membaca dongeng karena Ares terlalu kelelahan bermain dengan mainan barunya. Zanitha mengenakan kaftan tidur tipis, sementara Ananta hanya memakai celana training dan kaus polos.Di antara mereka, keheningan nyaman mengisi udara.Zanitha menyandarkan kepalanya di dada Ananta, mendengarkan detak jantung laki-laki itu yang stabil dan menenangkan.Tangan besar Ananta mengusap-usap rambut Zanitha dengan gerakan lambat.“Aku belum berhenti bersyukur,” bisik Ananta tiba-tiba, suaranya rendah, nyaris serak.Zanitha menoleh sedikit, mengangkat dagunya untuk menatap wajah suaminya.“Bersyukur karena apa?” tanyanya lembut.Ananta menatap dalam ke mata istrinya, matanya ge

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Kebahagiaan Yang Menjadi Nyata

    Udara sore di taman belakang mansion Von Rotchschild sejuk, langit biru bersih tanpa awan.Ares, yang kini berusia dua tahun, berlarian sambil membawa pesawat mainan di tangannya. Tawa kecilnya menggema, lincah dan tak pernah kehabisan energi.Namun Zanitha hanya duduk di bangku taman, wajahnya pucat, tubuhnya terasa berat.Matanya mengikuti Ares dengan tatapan kosong karena tubuhnya terlalu lelah untuk bergerak.Biasanya, dia yang paling semangat mengejar Ares, bermain petak umpet, atau sekadar ikut tertawa melihat tingkah putranya.Tapi hari ini…Hari ini rasanya tubuhnya memberontak.“Ares … pelan-pelan ya, Sayang,” tegur Zanitha pelan, hampir seperti berbisik.Ares tertawa, berlari lebih kencang.Zanitha menahan mual di tenggorokannya, memejamkan mata sesaat.Peluh dingin membasahi pelipisnya.Langkah kaki cepat terdengar mendekat.Ananta, mengenakan kemeja santai berwarna biru tua, menghampiri dengan raut khawatir.“Sayang, kamu kenapa?” tanyanya sambil jongkok di de

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tempat Pulang

    Dua hari setelah Nayla menemuinya dengan memberi kabar buruk sekaligus bahagia, Rafael kembali duduk termenung di balkon apartemen kecilnya.Matanya sembab. Di meja, dua cangkir kopi sudah dingin. Satu kosong, satu tak disentuh.Lalu terdengar suara pintu diketuk.Dengan malas Rafael melangkah gontai untuk membukanya tanpa ekspektasi apapun tentang siapa yang ada di depan pintu.Dia lantas mendapati Ananta, berdiri dengan mantel panjang, wajah serius tapi tanpa tekanan.“Aku tidak ada tenaga untuk debat.” Rafael berkata lirih, mencoba menutup pintu kembali.Namun Ananta menahan menggunakan satu tangan.“Aku datang ke sini bukan untuk berdebat,” katanya. “Aku ke sini … karena Zanitha.”Rafael mengerjap.Ananta masuk perlahan, duduk di sofa.Suasana hening sebentar.“Dia minta aku bicara denganmu,” lanjut Ananta. “Dia merasa iba melihat Jonas dan Jenny. Katanya … anak-anak tidak pantas jadi korban keegoisan orang tua.”Rafael duduk perlahan di seberangnya, tatapannya kosong.

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terlambat

    Proses perceraian Rafael dan Winna tidak berjalan semudah ucapan “Aku muak, aku mau cerai.”Setelah surat gugatan resmi dikirim, pengacara dari kedua pihak saling membalas, saling mengklaim hak atas aset, dan yang paling menyakitkan adalah hak asuh atas Jonas dan Jenny.Hari ini adalah sidang pertama mediasi.Di ruang pertemuan netral yang difasilitasi oleh pengacara Von Rotchschild, Winna dan Rafael duduk berseberangan.Wajah keduanya penuh amarah yang tak sempat reda.Winna mengenakan blazer hitam, dingin dan defensif.Rafael berjas abu-abu, mata sayunya menyimpan luka—dan sedikit sesal.“Anak-anak akan ikut aku. Aku ibunya. Aku yang tahu apa yang mereka butuhkan,” ujar Winna tajam.Rafael menatapnya tak kalah menusuk. “Kamu ibunya, ya. Tapi kamu juga wanita yang membuat rumah tangga ini jadi neraka. Aku tidak akan membiarkan kamu bawa mereka untuk pelarian ambisimu lagi!”Suasana langsung memanas.Pengacara Winna mengetuk meja, mencoba meredakan.Namun sebelum suasana me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status