Home / Romansa / Pengantin Miskin Milik CEO Dingin / Chapter 22 | Malam Tanpa Jawaban

Share

Chapter 22 | Malam Tanpa Jawaban

Author: MJeona
last update Last Updated: 2025-07-11 23:59:12

Gedung Darriston Couture mulai lengang ketika jam kantor menunjukkan pukul lima lewat dua puluh tiga menit. Cahaya jingga dari senja Paris membias pelan di antara gedung-gedung tinggi, menyiratkan akhir dari hiruk pikuk pekerjaan hari itu. Di ruangannya, Kennard tengah berdiri membelakangi jendela besar yang menghadap ke jalan utama. Jas navy-nya sudah ia lepas, digantungkan rapi di kursi kebesarannya itu, menyisakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka dan dasi yang digulung longgar di leher.

Joana mengetuk pintu sebelum masuk. Wajahnya masih segar meski sedikit kelelahan. "Ken, Edmund bilang kamu memanggilku?"

Kennard menoleh, tatapannya tampak kusut meski berusaha tetap tenang. "Joana, saya akan pergi sebentar. Pulanglah dengan Edmund. Jangan tunggu saya."

Joana menatapnya bingung sekaligus tidak tenang. "Ke mana? Perlu aku temani?"

"Tidak," potong Kennard. "Saya hanya ada urusan pribadi. Tidak bisa ditunda."

Joana ingin bertanya lebih, tetapi sorot mata biru Kennard memintanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (30)
goodnovel comment avatar
Ovy Mamanya Arum
Joana pasti marah sama ken krna tiba" mencium dia, tp yg di ketahui kl ken ga da rasa ma joana dan mereka cuma nikah kontrak dg perjanjian
goodnovel comment avatar
Ovy Mamanya Arum
kmu pasti mabuk"an krna pernyataan Ryu tadi kan? kmu ga rela Joana di cintai sahabatmu? pada kmu masih ragu dg perasaanmu sendiri ken? atau karena gadis kecil masa lalumu itu makanya kmu menyangkal perasaanmu?
goodnovel comment avatar
Imas Patimah
andai Ken bisa mengungkapkan perasaan nya terhadap Joana, bahwa Ken sudah mulai mencintai nya, sayang rasa cinta itu Ken bungkus rapi Krn Ken kayanya masih galau juga, antara mencintai Joana dan menunggu cinta masa kecilnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 25 | Jebakan

    Kediaman keluarga Lin berdiri megah di Distrik ke-16 Kota Paris. Malam itu, lampu gantung kristal menyala terang dari langit-langit tinggi, menyinari seluruh ruang makan yang dipenuhi aura elegan dan formal. Meja makan panjang ditata sempurna dengan alas putih gading, porselen mahal, dan bunga segar yang dirangkai indah. Aroma hidangan khas Prancis menyelimuti ruangan, menandakan betapa seriusnya tuan rumah menjamu tamunya.Kennard hadir mengenakan setelan hitam klasik dengan dasi satin warna abu-abu gelap. Di sisi kirinya, Joana tampil sederhana, tetapi elegan, dalam balutan gaun hitam anggun dengan rambut disanggul setengah. Edmund, setia di belakang mereka, ikut hadir dengan setelan resmi, membawa sebuah map hitam kecil berisi dokumen kontrak kerja sama.Sambutan keluarga Lin terasa hangat. Aaron menyambut Kennard dengan pelukan khas ala Prancis, dan Ivana—dengan aura anggun keibuannya—menyapa Joana dengan hangat. Namun, yang paling menarik perhatian adalah Alexa. Malam itu, ia ta

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 24 | Posesif

    Waktu sudah menyentuh pukul lima pagi. Cahaya lembut dari lampu tidur di atas nakas menyinari sebagian wajah Kennard yang mulai menggeliat pelan di atas ranjang. Aroma rambut Joana yang menguar halus dan semanis vanila membuat napasnya lebih teratur dari biasanya. Kala membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah kepala gadis itu yang masih bersandar di dadanya, dan kedua tangan Joana yang melingkar erat di tubuhnya.Kennard terdiam. Hatinya seolah-olah diremas oleh perasaan asing yang tidak bisa ia namai. Ia tidak ingin bergerak. Namun, ketika dada bidangnya naik turun perlahan, Joana tampak menggeliat kecil dalam tidurnya. Tangannya malah semakin erat memeluk Kennard.Tanpa sadar, sudut bibir Kennard melengkung naik. Sebuah senyum tipis yang sangat jarang ia berikan pada siapa pun. Ia mengecup kening Joana, lama dan lembut, seakan-akan waktu sedang berhenti untuknya.Namun, begitu Joana menggeliat, Kennard buru-buru memejamkan mata kembali, pura-pura tertidur.Joana menyibak kelop

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 23 | Dua Luka

    Kini, kepala Kennard tergeletak berat di atas pangkuan Joana. Gadis itu duduk bersandar pada kaki ranjang, memeluk dan menggenggam tangan suaminya yang dingin dan lunglai. Jantungnya berdetak tak beraturan, matanya sembap oleh air mata yang tak bisa dibendungnya sejak Kennard pingsan."Ken, kenapa kamu jadi begini? Kenapa kamu mabuk berat begini, Ken?" tanyanya parau meski ia tahu tetap tak akan ada jawaban. Joana tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia tak mungkin memanggil Arley atau pelayan yang lain, apalagi kalau Grandpa Lionel atau Daniella sampai tahu Kennard pulang dalam keadaan mabuk berat seperti ini. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu Edmund. Sesekali tangan lentiknya membelai rambut kusut dan lembab milik suaminya, lalu kembali mencium tangan dingin lelaki itu sambil menangis tanpa suara.Tak sampai sepuluh menit kemudian, terdengar ketukan panik di pintu kamar."Nyonya muda! Ini saya, Edmund. Boleh saya masuk?"Joana buru-buru menjawab, "Masuk saja, Tuan Edmund! Tidak di

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 22 | Malam Tanpa Jawaban

    Gedung Darriston Couture mulai lengang ketika jam kantor menunjukkan pukul lima lewat dua puluh tiga menit. Cahaya jingga dari senja Paris membias pelan di antara gedung-gedung tinggi, menyiratkan akhir dari hiruk pikuk pekerjaan hari itu. Di ruangannya, Kennard tengah berdiri membelakangi jendela besar yang menghadap ke jalan utama. Jas navy-nya sudah ia lepas, digantungkan rapi di kursi kebesarannya itu, menyisakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka dan dasi yang digulung longgar di leher.Joana mengetuk pintu sebelum masuk. Wajahnya masih segar meski sedikit kelelahan. "Ken, Edmund bilang kamu memanggilku?"Kennard menoleh, tatapannya tampak kusut meski berusaha tetap tenang. "Joana, saya akan pergi sebentar. Pulanglah dengan Edmund. Jangan tunggu saya."Joana menatapnya bingung sekaligus tidak tenang. "Ke mana? Perlu aku temani?""Tidak," potong Kennard. "Saya hanya ada urusan pribadi. Tidak bisa ditunda."Joana ingin bertanya lebih, tetapi sorot mata biru Kennard memintanya

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 21 | Ungkapan Cinta

    Suasana di lobi Darriston Couture diselimuti atmosfer menegangkan. Ryuzaki masih berdiri dengan sebelah tangan melingkar di pinggang Joana, sementara Kennard melangkah perlahan untuk memangkas jaraknya. Manik ocean blue sang CEO tampak tajam kala menatap pemandangan di depannya itu tanpa berucap satu kata pun.Joana langsung menyadari aura gelap dari sosok yang baru muncul dari lift tersebut. Ia segera menarik sedikit tubuhnya, menjauh dari Ryuzaki. Tatapannya tak sengaja bertemu pandang dengan Kennard. Hati kecilnya menyempilkan bisikan, "Apakah dia marah? Atau hanya tidak suka dosenku menyentuhku begitu saja? Kenapa tatapannya begitu, sih?"Tatapan Kennard belum juga dialihkan dari tangan Ryuzaki yang bertengger di pinggang Joana. Namun, lelaki itu tetap dengan sikap dingin dan tidak bereaksi impulsif. Dengan tenang, ia melirik asisten pibadinya yang sedari tadi menunduk, tampak cekikikan sendiri. “Edmund,” panggilnya pelan. Hening. Kennard yang mempunyai kesabaran setipis sayap

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 20 | Kedatangan Ryuzaki

    Mentari pagi baru saja menembus kaca tinggi kamar utama di mansion Darriston. Udara masih menggigil oleh sisa embun dini hari, tetapi Joana sudah berdiri di depan cermin, mengenakan loose pants warna krem dipadukan dengan blouse model ruffle warna dusty pink. Rambut panjangnya digerai rapi, hanya dibingkai penjepit mutiara kecil di sisi kanan. Wajahnya bersih tanpa riasan tebal, hanya pelembap, lip tint coral peach, dan sapuan bedak tipis yang menyamarkan sisa ruam alergi.Setelah puas memastikan penampilannya, ia melangkah ke sisi ranjang dan membangunkan Kennard."Ken, sudah pagi. Kamu harus bersiap ke kantor. Sudah pukul enam lebih sepuluh menit."Kennard membuka mata perlahan, tampak sedikit heran melihat Joana sudah begitu rapi dan siap pagi itu. Ia tak berkata apa pun, hanya mengangguk kecil sebelum bangkit menuju kamar mandi tanpa sepatah kata pun.Joana menggigit bibir bawahnya. Masih terasa sisa dingin dari pertengkaran mereka tadi malam. Ia menarik napas pelan, lalu memberes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status