Share

Pengantin Pembunuh Bayaran
Pengantin Pembunuh Bayaran
Penulis: siriuskecil

1. Misi : Jadilah Pengantin

“Titik lokasi sudah terlihat. Dua menit lagi saya akan masuk.”

Angel, gadis dengan pakaian pelayan dengan baki di sebelah tangannya itu melangkah dengan mantap di sepanjang koridor hotel.

“Bagus agen A. Denah hotel sudah terkirim. Kamu bisa keluar melalui lorong bawah tanah.”

“Dimengerti,” Angel berkata tegas sembari tetap berjalan cepat.

Bagi Angel, pekerjaan ini bukanlah hal yang besar. Hanya membunuh mempelai pria dengan racun yang sudah dicampur ke dalam minuman. Apa sulitnya bagi seorang Angel yang merupakan pembunuh wanita termuda di organisasinya dengan prestasi yang menakjubkan?

Sesampainya di depan pintu kamar sang mempelai pria, Angel dibuat bingung. Beberapa orang berkumpul di sana. Dua orang perempuan paruh baya tampak sedang menangis tersedu-sedu di depan kamar.

“Bagaimana bisa mereka berdua sama-sama kabur di hari pernikahannya?” Isak seorang perempuan yang Angel kenali bernama Kartika, ibu mempelai perempuan.

“Tamu sudah terlanjur berkumpul. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Pernikahannya tinggal satu jam lagi,” ujar Ratna yang merupakan ibu dari mempelai pria.

“Sudah. Kita pasti akan segera menemukan solusinya. Tapi yang jelas, tidak dengan membatalkan pernikahan ini. Nama baik dua keluarga dipertaruhkan,” Danu, ayah dari mempelai pria menghela napasnya. Semakin pening karena isak tangis dua perempuan di depannya.

“Feli tidak mungkin kabur di hari pernikahannya. Dia anak yang penurut. Ini pasti penculikan.”

Perkataan dari Bastian, ayah dari sang mempelai wanita membuat dua orang perempuan paruh baya disana semakin histeris.

“Diculik? Astaga! Feli kesayanganku!” Kartika menutup mulutnya. Terkejut dengan pernyataan yang diucapkan suaminya.

Angel masih tidak bisa memahami situasi. Melihat seorang lelaki kemayu yang hendak melewatinya, Angel yang tengah dalam penyamarannya menarik lelaki itu.

“Eh! Eh! Tunggu! Di sana ada apa?” Angel menahan lelaki kemayu itu. 

Lelaki dengan lipstik merah muda di bibirnya itu berhenti. 

“Oh itu!” lelaki itu meletakkan telapak tangannya di depan bibir dan kemudian berbisik. 

“Yey tahu nggak sih? Mempelai pria sama mempelai perempuannya ilang. Nggak tahu diculik atau emang kabur. Mereka emang ninggalin surat, sih. Tapi keluarga pada percaya kalau itu cuman manipulasi. Biasalah horang kaya. Pasti punya banyak musuh. Ya nggak?” 

Angel mengangguk paham.

“Oke kamu boleh pergi,” ujar Angel membuat lelaki itu mendengus kesal telah diusir begitu saja.

Angel kembali memindai situasi sekitar. Berbisik untuk melaporkan situasi ini melalui chip kecil yang terpasang di telinganya yang bahka tidak terlihat saat dirinya menggelung rambutnya. 

Angel hanya perlu membuat instruksi kepada otaknya untuk mengaktifkan dan menonaktifkan chip itu. 

“Agen A disini,” Angel mengawali laporannya 

Mata Angel terkunci pada mata tajam seorang lelaki yang menyender di tembok dekat dengan pintu masuk kamar sang mempelai laki-laki. Wajahnya cukup mirip dengan sang mempelai laki-laki. Namun, mata jeli Angel dapat melihat bahwa lelaki itu memiliki netra berwarna coklat, berbeda dengan targetnya yang memiliki netra berwarna hitam pekat. 

Dari data yang didapatkan Angel, gadis itu tahu dengan yakin bahwa lelaki yang tengah menatapnya adalah saudara kembar sang mempelai laki-laki. Arkana Lazuardi. 

“Agen A?” 

Angel tersentak begitu mendengar suara di telinganya. Ah, dirinya jadi lupa kan kalau saat ini harus melapor. 

“Ya! Agen A disini. Target tidak ada di lokasi. Mempelai perempuannya juga kabur Belum diketahui apa penyebabnya,” Angel sedikit menundukkan kepala. 

Diam. Atasannya di seberang sana terdiam. 

“Mundur. Kita lacak lokasinya dulu,” perintah dari seberang. 

“Dimengerti.” 

Angel bersiap untuk membalikkan badannya sampai tiba-tiba seseorang menariknya. Reflek Angel sebenarnya cukup cepat. Bisa saja dirinya langsung membanting orang yang berani menariknya seenak jidat dalam satu gerakan. Sayangnya, saat ini dirinya sedang dalam penyamaran.

“Maaf, Tuan. Saya hanya sedang mengantarkan minuman,” ucap Angel kepada lelaki itu. 

“Aku tahu,” lelaki itu menoleh ke arah Angel sembari tersenyum. Senyumnya yang lembut kontras dengan tatapan tajam matanya. 

Lelaki itu membawa Angel ke tengah keramaian keluarganya yang sedang bersedih karena kedua mempelai yang kabur. 

“Biar Kana dan gadis ini yang menggantikan. Lagi pula, bukankah jarang ada yang tahu bahwa Saka memiliki saudara kembar? Dan juga, Feli merupakan orang yang cukup tertutup. Tidak banyak yang tahu bagaimana rupa putri tunggal keluarga Wijaya bukan?” 

Semua orang terdiam. Angel pikir ide ini sangat… 

“Bagus.” 

Buruk. 

Ya! Semua orang di sana mengatakan ini ide yang bagus kecuali Angel. 

Gadis itu mendongak kepada lelaki yang diketahuinya bernama Arkana itu. Menggeleng pelan dan mencoba meronta. 

“Tidak, Tuan. Ini bukan ide yang bagus. Mana bisa saya…” 

“Papa setuju, Kana. Dan untuk kamu, berapa yang kamu inginkan. Saya bisa memberi kamu berapapun asal nama baik dua keluarga ini terselamatkan.” 

Orang kaya dan sikap sombongnya! 

Angel mendengus dalam hati. Mereka kira, mereka bisa membelinya? Sebagai seorang agen tingkat tinggi, keloyalan Angel terhadap organisasinya tentu tidak bisa diragukan. Berapapun jumlah yang mereka tawarkan, Angel tidak akan mau. 

“Ubah rencana, masuk dan jadilah mempelai perempuan di pernikahan itu.” 

Suara ketua organisasinya bergema di telinga Angel karena sejak tadi gadis itu memang belum menonaktifkan chipnya sehingga ketuanya pasti dapat mendengar pembicaraan orang di sini. 

“Baik, akan saya gantikan. Lalu berapa yang bisa saya dapatkan?” 

Tentu Angel akan memanfaatkan situasi ini untuk mendapat uang tambahan. Persetan dengan harga diri! 

“Tiga ratus juta?” tawar lelaki paruh baya di depannya. Danu Lazuardi. 

Kecil sekali. 

Angel membatin dalam hati. Ini tidak ada apa-apanya dengan bayarannya dalam satu kali misi. Dan ini juga bukan apa-apa bagi keluarga Lazuardi dan Wijaya. 

Hah! Mungkin mereka memang memandang remeh Angel yang menyamar menjadi seorang waitress saat ini.

*** 

Menatap pantulan wajahnya di cermin, Angel termenung. Lalu, setelah ini dirinya harus bagaimana? Ketuanya tiba-tiba menghilang dan tidak lagi memberikan instruksi. 

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Kana di sana. 

Lelaki itu menyenderkan punggungnya di pintu yang tertutup sembari menatap Angel dalam balutan gaun pengantin. Mengamati Angel dari bawah ke atas. Seolah sedang memberikan penilaiain. Ingin rasanya Angel mencolok mata lelaki itu yang memandangnya begitu. 

“Kita belum berkenalan. Siapa nama kamu?” tanya Kana ramah. Berbeda dengan tatapan menilai yang ditunjukkannya sebelumnya. 

“Lucu sekali. Kita sudah menikah tadi dan kamu bahkan tidak tahu nama istri kamu?” 

Kana mengedikkan bahunya. 

“Mau bagaimana lagi. Bukan nama kamu yang saya sebut tadi. Memangnya kamu tahu siapa nama asli saya?” 

“Kana. Semua orang memanggil kamu begitu tadi.” 

Kana menatap Angel intens. Mencoba mencari tahu kebohongan dalam mata gadis itu. 

Hah! Kenapa lelaki itu kini justru tampak curiga kepada Angel? Kana tidak mungkin tahu sesuatu bukan?

“Yakin hanya sebatas itu yang kamu tahu?” ucap Kana memancing Angel untuk mengatakan hal lebih mengenai dirinya.

Angel mengangguk. Meski pada nyatanya gadis itu juga memiliki biodata Kana yang merupakan salah satu anggota keluarga Saka. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status