Share

4. Kita Kan Suami Istri

Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.

“Kenapa?”

Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.

“Kana?”

“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.

Angel menggeleng pelan.

“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.

“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”

Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.

“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap Angel sambil lalu.

Gadis itu kemudian kembali merebahkan dirinya di atas ranjang empuk di kamar hotel tersebut.  Sedang Kana masih bergeming di depan pintu yang kini sudah tertutup rapat.

Angel sadar bahwa dirinya diawasi oleh Kana saat ini. Tetapi gadis itu membiarkannya saja. Sangat tidak masalah. Alih-alih memikirkannya, Angel lebih baik tidur saat ini untuk mengumpulkan energinya kembali yang sudah terkuras hari ini akibat pernikahan dadakan yang dirinya lakukan.

***

Sinar matahari mulai memasuki kamar dimana dua orang manusia dengan berbeda jenis itu tengah bergelung di tengah hangatnya kasur. Angel adalah orang pertama yang tidurnya terusik karena hari sudah mulai cerah.

Gadis itu merenggangkan badannya. Di sampingnya, Kana tidur dengan begitu pulas. Ketika tidur begini, wajah Kana tampak begitu polos. Sorot mata tajamnya tidak lagi terlihat.

Sampai saat ini, Angel masih mencurigai Tuan Muda Lazuardi yang satu ini.

Bukan. Lebih tepatnya penasaran? Kana agak begitu berbeda dengan apa yang ada di dalam kepala Angel.

Kana, sebagai seorang travel blogger yang memiliki kehidupan begitu bebas, Angel kira akan seperti lelaki pecinta travel lainnya yang tampak ceria, bebas, dan gemar bercanda. Kana memang ramah, tetapi lelaki itu masih jauh dari karakter yang telah Angel sebutkan baru saja. Belum lagi tatapan tajam lelaki itu yang begitu mengintimidasi. Bagaimana bisa lelaki itu menyatukan senyum ramah dan tatapan tajam seolah ingin mendominasi situasi seperti itu?

Terlalu pusing dengan pemikirannya sendiri, Angel bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke arah kamar mandi. Gadis itu ingin mandi saat ini. Meski tidak tahu nantinya akan memakai baju apa. Mungkin akan meminjam Kana lagi? Jika memang harus begitu, Angel juga tidak keberatan.

Angel meniup busa di telapak tangannya. Kemudian mencelupkan tangannya lagi ke bath up dan menariknya lagi untuk meniup busa yang kali ini berhasil dirinya tangkap di telapak tangan. Begitu saja seterusnya.

Sedang asik-asiknya bermain busa, seseorang membuka pintu kamar mandi dengan santai. Angel melotot!

Sial! Dirinya lupa mengunci pintunya.

Maka, yang dapat dua orang itu lakukan adalah diam di posisinya masing-masing seperti patung. Keduanya begitu terkejut.

“Kamu! Kamu ngapain disini?” Angel bertanya panik sembari mengumpulkan busa sebanyak mungkin untuk menutup bagian depan tubuhnya. Juga semakin menenggelamkan badannya.

“Melihat pemandangan,” ucap Kana.

Lelaki itu berdiri santai. Saking santainya, lelaki itu saat ini menyandarkan punggungnya di tembok kamar mandi yang menghadap ke arah Angel sembari melipat tangannya di depan dada bak seorang model.

Dasar tidak tahu etika!

Angel mendengus dalam hati. Menyumpah serapahi lelaki itu.

Memang, lelaki itu sangat bebas di luar sana dan mungkin hal semacam ini adalah hal biasa bagi Kana. Tetapi itu kan bagi Kana! Bukan bagi Angel!

“Pergi!” bentak Angel.

“Kalau tidak mau?” tantang Kana. Tahu bahwa Angel tidak akan bisa beranjak dari tempatnya.

“Kana! Dasar gila! Kamu mau mata kamu aku bikin buta?” marah Angel.

“Kenapa kamu tampak panik?”

Angel menatap tak percaya ke arah Kana atas pertanyaan yang diberikan lelaki itu. Kenapa panik katanya?

Angel benar-benar tidak bisa berkata-kata saat ini!

“Kana! Keluar! Kenapa kamu malah berdiri di sini?” Angel berteriak. Gadis itu bahkan hampir melempar Kana dengan botol sabun yang ada di dekatnya.

“Memangnya kenapa? Kita kan suami istri,” Kana tersenyum miring yang semakin sukses membuat Angel dongkol.

“Suami istri palsu yang menggantikan suami istri lainnya, ingat?” peringat Angel.

Kana menghembuskan napas seolah kecewa.

“Huh! Baiklah, padahal aku juga ingin mandi. Kenapa tidak mandi bersama untuk menghemat waktu?” Kana menaikkan sebelah alisnya.

“KELUARR!” bentak Angel semakin keras yang langsung membuat Kana benar-benar keluar.

Tawa Kana masih terdengar jelas di telinga Angel. Tentu saja Angel semakin kesal lagi. Angel menundukkan kepalanya. Menenggelamkan wajahnya pada genangan air yang dirinya tempati. Berharap bahwa rasa malunya yang saat ini tidak mengenakan apapun di depan Kana bisa larut dalam air tersebut bersama dengan dakinya.

***

Begitu keluar dari kamar mandi, Angel sudah melihat betapa banyaknya paper bag di atas tempat tidur hotel. Mata Angel menjelajahi sepenjuru ruangan tersebut dan tidak menemukan tanda keberadaan Kana.

Tidak mau ambil pusing, Angel mengambil salah satu gaun selutut berbentuk A line berwarna putih. Seusai memakainya di kamar mandi, Angel mematut dirinya di depan cermin. Mata gadis itu melihat dirinya sendiri di cermin dengan balutan gaun putih ini. Sangat pas sekali. Angel suka gaun ini.

Tidak lama, pintu kamar terbuka dan menampilkan wajah Kana yang sesuai dari luar. Kana memandangi Angel yang memakai salah satu baju di paper bag.

“Suka?” tanya Kana.

“Ya! Jadi ini adalah pemberian kamu?”

Kana mengedikkan bahunya acuh, “Bisa dibilang begitu. Kenapa? Kamu ingin membayarnya? Karena jujur saja, tabunganku lumayan terkuras karena bajumu.”

Angel mendengus. Dirinya juga tidak minta untuk dibelikan pakaian kok kemarin! Angel bisa meminjam baju Kana lagi kan?

Lelaki itu sendiri yang memiliki inisatif membelikan Angel pakaian, dan kini justru minta ganti rugi? Waw! Hebat sekali memang Tuan Muda keluarga Lazuardi yang satu ini.

“Kamu tahu sendiri kalau aku hanyalah seorang waitress,” ucap Angel.

“Lalu?” Kana mengerutkan kening bingung.

“Mana mampu aku mengganti gaun yang satunya saja berharga jutaan?”

“Barangkali kamu ada cara lain untuk membayarnya,” ucap Kana.

“Seperti misalnya?”

“Membagi uang yang kamu dapat dari keluarga Lazuardi dan Wijaya mungkin?”

Angel menganga mendengarnya. Benar-benar lelaki ini! Sangat beban sekali sampai harus meminta Angel membagi uangnya.

“Enak saja!”

Tidak akan. Uangnya tidak akan Angel bagi meski gajinya sebagai seorang agen juga sudah cukup banyak. Tetapi jika ada lebih, kenapa tidak?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status